
“Teman kita ini sebenarnya apa sih pekerjaannya, kok kita lagi sibuk koreksi pekerjaan anak-anak dia main suruh-suruh aja” Tanya seorang guru pada guru lainnya, tidak lama setelah ia menolak disuruh oleh guru lainnya mengerjakan sesuatu.
Cerita diatas banyak terjadi di sekolah. Seorang guru marah dan kesal karena disuruh oleh guru lainnya. Mengapa hal itu bisa terjadi, yuk kita ikuti paparan berikut ini.
Sekolah yang efektif punya ciri yang jelas dan berbeda dari sekolah yang biasa. Ciri yang paling kuat adalah sekolah yang efektif bisa memunculkan potensi individu (kepala sekolah, guru dan karyawan) yang ada di dalamnya. Potensi yang saya maksud adalah potensi dari setiap individu untuk maju bersama dan menyumbangkan potensi yang terbaiknya untuk sekolah tempat ia belajar, mengajar dan mencari nafkah untuk keluarganya.
Cara terbaik adalah dengan menempatkan seseorang pada posisinya. Banyak sekolah yang menganut asas, semua orang mesti ‘serba bisa’. Secara kasat mata cara ini mungkin bagus, semua orang akan terlihat sibuk dan bekerja. Apalagi jika mempunyai atasan yang ‘galak’ maka semua orang bekerja menurut ukuran atasan yang galak tadi. Tidak ada ukuran yang jelas, tepat dan terukur untuk mengukur kinerjanya, karena sepanjang sang atasan senang maka selesailah pekerjaannya. Sebaliknya si atasan akan cape hati, lelah mental dan pikiran karena bawahannya hanya akan bekerja dan menurut padanya jika ia galak. Dengan demikian control terhadap pekerjaan bukan datang dari sistem namun dari individu. Hal yang banyak terjadi adalah jika si atasan lengah maka pekerjaan akan jadi berkurang kualitasnya dan karyawan akan bekerja hanya untuk mencari aman.
Cara untuk membuat sekolah punya cara mengontrol keberhasilan pekerjaaan individunya antara lain dengan membuat ‘job description’ atau penjelasan mengenai tugas apa yang sebenarnya di emban atau menjadi tanggung jawab seseorang. Job description akan membuat karyawan yang sudah baik kinerjanya akan semakin baik kinerjanya dan membuat semua orang tahu batas dan wewenangnya.
Di sekolah siapa saja yang mesti punya job description?
- Kepala sekolah
- Guru
- Coordinator bidang atau wakil kepala sekolah
- Tata usaha
- Sekertaris
- Serta jabatan-jabatan yang pekerjaannya bersinggungan dengan bagian lain
Point apa saja yang mesti ada di dalam Job description
- Uraian singkat kepada siapa jabatan tersebut mesti bertanggung jawab
- Menerangkan tugas dan kewajiban secara detail dan jelas untuk dibaca oleh pihak lain
- Kepada siapa ia mesti berkolaborasi (bekerja sama)
- Kepada siapa ia mesti berkoordinasi
- Rapat apa dan dengan siapa yang mesti ia hadiri
- Program apa yang mesti ia buat (jika ada)
- Event apa yang mesti ia selenggarakan (jika ada)
- Dokumen apa yang mesti ia lengkapi
Setelah ada job description apa yang mesti sekolah lakukan?
- Taruh di portal internal milik sekolah di internet sehingga semua orang jelas
- Sisipkan di teacher handbook sehingga semua orang bisa menelaah dan membaca
Dalam banyak perselisihan di sekolah antar guru dengan guru, guru dengan admin atau guru dengan yayasan atau kepala sekolah cara mengatasinya gampang yaitu dengan cara kembali semuanya kepada job description masing-masing. Karena didalam organisasi sekolah seperti sekarang ini, sekolah cukup beruntung jika mendapat guru atau karyawan yang ber tipe ‘job description’, yang bekerja sesuai job description dan sesuai gaji yg diberikan. Apalagi jika bisa mendapat guru atau karyawan yang dengan suka rela bekerja di luar job description sepanjang pekerjaannya sendiri sudah selesai. Sebagai penutup tulisan ini hanya sekolah yg bisa memberikan otonomi yang ‘bertanggung jawab’ pada guru-gurunya yang akan berhasil menjadi sekolah yang efektif dan menjadi tumpuan kepercayaan masyarakat.