Serba serbi mengepalai sekolah dari jenjang TK sampai SMA

leadersSudah banyak sekolah yang disebut sebagai ‘perguruan’. Dalam bahasa Indonesia perguruan berarti tempat menuntut ilmu dan menimba ilmu. Dalam prakteknya sebuah sekolah yang menyebut dirinya ‘perguruan’ berarti sebagai sekolah ia terdiri dari jenjang TK sampai SMA. Merupakan sebuah hal yang sudah banyak diterapkan utamanya di sekolah swasta yang karena dipercaya oleh masyarakat ia terus berkembang.

Diperlukan pribadi yang mau belajar dan punya niat yang tulus serta punya kemampuan komunikasi yang bagus untuk memimpin sekolah seperti ini. Dikarenakan kompleksnya masalah yang dihadapi serta tantangan ke depan sebagai sebuah lembaga pendidikan yang lazimnya berfungsi sebagai tempat persemaian generasi masa depan.

Sekarang mari berhitung mengenai individu yang menjadi pemimpin di sekolah yang melabel dirinya sebagai ‘perguruan’. Jika jenjangnya dari TK sampai SMA berarti ada 3 kepala sekolah. Kepala sekolah TK-SD, SMP dan SMA, belum lagi dengan wakil dan jajaran manajer menengah dibawahnya.

Siapa yang memimpin para kepala sekolah?

Di banyak perguruan, yang memimpin mereka semua biasanya individu yang berasal dari yayasan yang dianggap senior dan biasanya terkesan birokratis karena posisinya yang membawahi para kepala sekolah yang biasanya lebih visioner dan berkutat dengan praktek keseharian memimpin para guru sebagai aktor utama dalam mengelola siswa. Untuk menghindari hal ini sebaiknya yang menduduki posisi ini berasal dari guru juga. Tentunya dengan pengalaman yang cukup dan modal kepemimpinan yang baik. Diharapkan dengan hadirnya sosok yang berasal dari latar belakang seorang guru juga maka situasi persekolahan atau penyelenggaraan sekolah akan berpusat pada praktek yang terbaik karena yang mengawasi dan memimpin praktek tersebut berasal dari latar belakang guru juga.

Apa nama jabatan yang cocok untuk seseorang yang mengepalai para kepala sekolah

Biasa di sebut administrator, ‘Head of School’, Kepala sekolah pelaksana atau ketua perguruan

Apa saja lingkup tugasnya?

  • ‘Penjaga’ visi dan misi sekolah

Visi misi sekolah mesti terus hidup dan dikawal oleh para pimpinan di sekolah. Bukan sebuah organisasi yang sehat jika pergerakannya tanpa di dorong oleh visi misi. Diperlukan sosok pemimpin yang mau menjaga supaya visi misi sekolah bias menjadi kenyataan. Saat berbicara saat berpidato sosok ini mesti rajin menyelipkan visi misi sekolah dan bekerja sama dengan semua pihak terkait untuk wujudkan visi misi

  • Bertanggung jawab dalam pengembangan pendidikan dan kurikulum sekolah

Sosok ini mesti jadi sosok yang paling tahu kemana arah perkembangan dunia pendidikan ke depannya. Ia rajin hadir di seminar atau bahkan menjadi pembicara seminar bagi lingkup yang lebih luas di luar sekolah. Hasil dari pengetahuan yang ia dapatkan diluar disampaikan pada guru-gurunya sehingga mereka tahu dan siap untuk berubah. Jalannya perubahan sebaiknya juga disukung oleh lembar Action Plan yang ia susun bagi sekolahnya.

  • Berorientasi pada pelayanan terhadap siswa

Kepala sekolah yang dibawahi oleh jabatan ini mesti terus didampingi agar sekolah bias menjadi tempat yang ramah anak. KEpala sekolah mungkin punya banyak ide untuk diterapkan kaitannya dengan hal ini dan perlu adanya mitra atau seseorang yang mendampingi supaya penerapannya berjalan dengan baik. Misalnya proses pendaftaran dan penerimaan siswa baru, kedisiplinan dan isu lain yang berkenaan dengan kesiswaan.

  • Melalui sistem ia mengawasi pekerjaan dan kesejahteraan staf

Proses mendapatkan guru yang baik dimulai dengan proses rekruitmen yang sehat dan transparan. Guru yang baik bukan guru yang dikejar-kejar urusan jam pelajaran atau absensi semata. Guru yang baik karena ia dilatih dan dinilai kinerjanya selama satu tahun. Serta diperhatikan terus kenyamanan dan kesejahteraannya. Sosok yang menduduki jabatan ini juga bekerja sama dengan kepala sekolah dalam mengawal proses komunikasi yang terbuka dan positif dengan dan di antara staf.  Ia juga mesti bisa mendorong staf untuk mempertahankan dan mengembangkan keterampilan profesional mereka sambil menjadi orang yang bisa memberikan teguran dengan bijak untuk masalah yang dihadapi oleh guru dan staff.

  • Menjadi mitra bagi yayasan atau pengelola dalam  hal keuangan dan perencanaan sekolah kedepan

Sosok ini mesti paham bahwa sekolah yang baik didukung oleh keuangan yang sehat. Tanpa keuangan yang sehat mustahil sekolah bias maju dan berkembang. Untuk menjaga agar supaya keuangan sekolah sehat dan aman serta lancer, ia meminta guru untuk menentukan sendiri apa yang menjadi kebutuhan untuk kemudia disesuaikan dengan keuangan sekolah. Situasi ini jauh lebih sehat disbanding guru meminta selama setahun ajaran sedikit-sedikit atau satu satu dan tidak direncanakan dengan baik di akhir tahun untuk penggunaan di tahun ajaran berikutnya. Bersama dengan administrasi bagian keuangan ia bertanggung jawab agar pendanaan bias tepat sasaran dan tidak membuat guru frustasi karena keinginannya tidak dipenuhi

  • Supporter bagi keterlibatan orang tua dan masyarakat di sekolah

Sosok ini adalah supporter yang baik bagi keerlibatan orang tua di sekolah. Ia adalah orang yang sangat mengerti bahwa kepercayaan orang tua siswa terhadap sekolah adalah di atas segalanya. Ia menjadi sosok yang mengembangkan keterlibatan orang tua siswa lewat POMG dan memberikan berbagai kesempatan orangtua dan alumni untuk terlibat dalam kehidupan sekolah.

  • Rajin mempromosikan sekolahnya dan penentu arah pengembangan sekolah

Ia menjadi sosok yang mempertanggung jawabkan jalannya sekolah selama setahun ajaran penuh pada yayasan dan Komite sekolah. Saat yang sama ia juga melakukan upaya yang terencana dalam rangka pencitraan dan promosi sekolah. Dengan demikian masyarakat punya konsep yang sama mengenai sekolah yang dipimpinnya, sekaligus kemana arah dan pengembangan yang sedang ia lakukan

Sebagai penutup, menjadi komandan dari para kepala sekolah bukan sebuah hal yang mudah karena memerlukan pandangan yang visioner sekaligus ‘menginjak bumi’ dikarenakan mesti terlibat dengan praktek langsung yang sifatnya keseharian dari jalannya operasional sekolah.

Berbagi sudut pandang di sekolah, sebagai pengelola, guru dan orang tua siswa

8035424219_8fa6e1766e_b

Banyak yang menyangka mengelola sekolah sama dengan mengelola perusahaan, kantor dan tempat kerja lainnya. Prinsipnya memang sama seperti tempat kerja lainnya, ada produk barang dan jasa. Di sekolah produk berarti mutu lulusan yang dihasilkan, jasa berarti bagaimana pelanggan dalam hal ini orang tua murid merasa didengar dan diakomodir. Tentunya sesuai dengan kemampuan sekolah dan guru, baik dari segi keahlian, biaya tenaga dan waktu. Sebuah sekolah adalah sebuah komunitas dengan pengelola sekolah, kepala sekolah, guru, admin dan orang tua siswa menjadi elemennya. Semuanya berbagi tugas tanggung jawab agar siswa bisa merasakan hasil dan manfaatnya. Ujung-ujungnya akan tercipta sekolah sehat yang jadi kepercayaan masyarakat.

Sebagai elemen di sekolah tentu semua punya sudut pandang dan soal bagaimana menyatukan sudut pandang tersebut mari kita bahas satu persatu.

Sebagai pengelola sekolah/yayasan punya pandangan atau punya keinginan;

  • guru-guru yang menjadi pelaksana di lapangan bekerja profesional dan tepat waktu
  • guru tahu tugas dan kewajiban
  • guru mengajar anak didik dengan kasih sayang
  • admin bekerja dengan baik mengelola keuangan serta berkomunikasi yang sehat dengan orang tua siswa sebagai marketing
  • orang tua siswa mau mengerti kesulitan serta kerumitan dalam mengatur sekolah
  • guru yang sadar bahwa dirinya adalah pendidik

Sebagai guru

  • ingin di upah dengan layak dan sesuai sebagai seorang yang profesional
  • ingin merasa dipercaya
  • ingin sekolah mencukupi kebutuhan mengajarnya(kertas dll)  dan semuanya dipenuhi tanpa waktu yang lama
  • ingin di berikan iklim bekerja yang sehat tanpa paksaan dan semua berdasarkan kesadaran yang diawasi oleh sistem
  • ingin dibiarkan belajar terus supaya cara mengajarnya menjadi makin baik dari hari ke hari
  • ingin melihat sekolahnya terus berkembang
  • ingin merasa bahwa sekolah menghargai dirinya sebagai individu yang mempunyai tugas mendidik manusia yang menjadi generasi masa depan
  • ingin menjadikan admin di sekolah sebagai mitra atau partner dalam mendidik siswa dan bukan sebagai orang yang mengawasi guru
  • ingin menjadikan orang tua siswa sebagai mitra dalam mendidik anaknya

sebagai orang tua siswa

  • ingin melihat guru anaknya nyaman mengajar, karena mereka yakin kalau guru nyaman maka mengajarnya juga makin bagus kepada anaknya
  • ingin melihat sekolah anaknya terus berkembang
  • ingin didengar keinginannya oleh sekolah
  • ingin komunikasi yang jernih antar sekolah dan orang tua
  • ingin melihat sekolah punya program yang bagus dan tidak hanya menarik bayaran namun dengan program yang itu-itu saja
  • ingin anaknya dihargai semua potensinya, karena hidup dan kehidupan tidak cuma soal nilai
  • ingin melihat sekolah menggunakan uang yang sudah dibayarkannya dengan cara yang maksimal
  • ingin anaknya memandang sekolah sebagai tempat yang menyenangkan

Kata orang bijak tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, dengan kerja sama yang baik dan komunikasi yang efektif apapun jadi mungkin. Sekolah yang bagus sekarang bukan karena guru-gurunya saja yang bagus dan jempolan atau fasilitasnya yang memadai, sekolah yang bagus ada karena kerja sama.

berikut adalah hal yang bisa sekolah lakukan sebagai sebuah komunitas pembelajar

  • Sekolah mesti mengaktifkan organisasi POMG serta komite sekolah dengan demikian sekolah punya relasi yang positif dengan orang tua siswa
  • guru mesti sering dilatih sehingga ia merasa profesional
  • guru di percaya dan dihargai, hindari menerapkan disiplin ala pabrik oada guru, misalnya dengan memotong gaji jika tidak masuk atau jika melanggar terhadap suatu peraturan
  • jika guru melanggar, kepala sekolah yang mesti bertindak dan mengingatkan
  • sekolah mesti mencari sosok kepala sekolah yang bisa mengayomi semua elemen. Ia adalah sosok yang sayang pada guru, menghargai pemilik sekolah dan ingin berbuat yang terbaik bagi orang tua siswa
  • pengupahan dan penggajian dilakukan dengan struktur dan bukan sekedar dengan lama kerja atau senioritas, dengan demikian semua guru ditantang untuk jadi kreatif
  • sekolah mesti ubah format rapor yang hanya mengandalkan angka, selipkan juga karakter
  • Sekolah mesti sering lakukan kegiatan yang membuat anak senang bersekolah karena kegiatannya bukan hanya belajar dengan buku teks dan mendengarkan ceramah guru

 

Panduan membuat ‘Action Plan’ di sekolah

can-stock-photo_csp7561493

Sekolah yang efektif mirip dengan guru yang efektif. Keduanya mengandalkan diri pada rencana-rencana ke depan dan penting untuk dilaksanakan. Penting atau tidak penting bergantung pada prioritas setiap sekolah. Sebuah sekolah yang mengedepankan kebutuhan akan membesarkan potensi siswa dan guru akan melakukan segala cara agar guru betah dan senang mengajar, sementara murid senang dan rajin belajar. Sebuah perpaduan yang menarik bukan?

Mengandalkan saja guru supaya ia ikhlas dan rela mengajar tanpa kemauan membina dan mencukupi sehingga membuat ia loyal dan betah akan membuat guru frustasi dan ujung-ujungnya akan mempengaruhi mutu pengajaran pada muridnya.

Ada semacam garis yang bisa ditarik dalam menentukan rencana apa yang bisa sekolah buat dan lakukan. Tentu saja ada baiknya sekolah menentukan juga target yang terukur agar bisa mencapainya. Action plan yang baik mensejajarkan dirinya pada anggaran tiga tahunan dan perencanaan pelatihan tiga tahunan  Berikut adalah penjelasan singkat mengenai ‘Action Plan’ di sekolah

Apa itu ‘Action Plan’?

Sebuah rencana pengembangan sekolah yang dibuat bersama oleh manajemen sebuah sekolah (yayasan, kepala sekolah dan perwakilan guru)

Berapa lama jangka waktu ‘Action Plan’ itu?

Tiga tahun paling lama dan satu tahun paling singkat. Dari ‘Action Plan’ yang berjangka waktu tiga tahun bisa dipecah menjadi per satu tahun.

Mengapa ‘Action Plan’ diperlukan?

Supaya sekolah sebagai sebuah lembaga bukan menyandarkan dirinya pada complain atau keluhan orang tua sisw/masyarakat  baru mau berubah. Supaya sekolah merasa dirinya mandiri, bebas berpikir merdeka dalam menentukan tujuan-tujuannya sebagai lembaga pendidikan. Semua level menajemen dilibatkan dalam pelaksanaannya karena semua hal yang ada di dalam  ‘Action Plan’ menuntut kerja keras dari semua komponen dalam manajemen sekolah. Supaya sekolah juga bisa mengetahui sumber daya apa yang mesti disiapkan baik dana, biaya ataupun pelatihan.

Apa isi ‘Action Plan’

Dalam ‘Action Plan’ yang baik semua hal yang menjadi unsur dari berkembangannya sebuah sekolah disusun, digolongkan dan direncanakan pengembangannya. Adapun hal yang mesti tertera di dalam ‘Action Plan’ adalah;

1. Area pengembangan. Berisi area apa saja yang mesti di kembangkan dalam ‘Action Plan’. Biasanya area yang penting adalah;

  • Staffing. Membahas rencana apa saja dalam mengembangkan kemampuan staff dalam hal ini guru yang menjadi aktor utama perubahan di sekolah.
  • Hasil pembelajaran atau mutu lulusan yang diharapkan oleh sekolah. Memaparkan rencana pembaharuan berdasarkan visi dan misi dalam bidang pengajaran, disiplin, mutu guru, kerja sama dengan lembaga lain dan semua hal yang akan berdampak pada mutu lulusan sekolah.
  • Pelatihan/pengembangan kompetensi guru. Pelatihan apa yang diperlukan agar guru makin professional dan kreatif dalam mengajar
  • Komunikasi. Sangat penting untuk dibahas dan dikembangkan agar sekolah punya nuansa professional dan efektif saat berkomunikasi sesama stake holder (orang tua, guru dan siswa)
  • Standar akademis. Sebagai sekolah perlu kiranya standar akademis (kurikulum dll) di tingkatkan dan disesuaikan sehingga bisa membesarkan potensi siswa dalam perbedaan (diferensiasi)
  • Pengembangan sumber belajar. Pelayanan terhadap guru perlu ditingkatkan dalam hal penyediaan sumber dan media belajar (kertas, alat tulis dan lain sebagainya) agar sekolah bisa memfasilitasi gurunya agar kreatif.

2. Karakter. Berisi karakter apa yang ingin sekolah kembangkan dengan adanya perubahan. Adapun karakter dipilih sesuai kesepakatan di dalam komunitas sekolah.
3. Metode atau cara dalam mencapai tujuan. Berisi tindakan atau aksi apa yang mesti dilakukan untuk mencapai tujuan perubahan
4. Pelatihan yang diperlukan. Berisi pelatihan atau riset apa yang diperlukan dalam mencapai tujuan perubahan
5. Jangka waktu. Berisi perkiraan dari bulan apa dimulai dan bulan apa dianggap akan selesai
6. Siapa yang bertanggung jawab (person in charge). Berisi siapa atau jabatan apa yang akan bertanggung jawab dalam mengelola dan melaksanakan perubahan yang tertera di ‘Action Plan’.

Jika sekolah anti terhadap perubahan dijamin sekolah tersebut akan ditinggal oleh pihak yang selama ini percaya (baik oleh orang tua siswa dan guru). Perubahan memang memerlukan biaya yang jika direncanakan akan efektif dan efisien dalam mencapai tujuan. Perubahan mesti direncanakan, dibagi rata tanggung jawabnya berdasarkan kompetensi agar sekolah bisa mempersiapkan generasi yang bisa hadapi tuntutan jaman.

Selamat menulis ‘Action Plan’

9 Karakter kepala sekolah yang berhasil

principal-infographic_story (1)

Ada guru yang memang senangnya mengajar siswa dan berada di kelas. Guru tersebut menikmati sekali melewatkan kesehariannya sebagai guru yang dikelilingi siswa dan menghantarkan pengetahuan kepada siswanya. Ia juga menikmati melihat siswanya berbubah dan menjadi paham karena perannya sebagai guru.

Ada juga karena satu dan lain hal atau karena promosi guru tadi diangkat sebagai kepala sekolah. Saat menjalani peran barunya penting kiranya untuk mengetahui ciri pribadi kepala sekolah yang berhasil.

  • Senang akan perubahan. Ia senang membuat perubahan demi siswa dan demi kemajuan gurunya. Ia konsisten mengawal perubahan dan menjadi contoh orang yang pertama kali berubah. Ia jadi sosok yang sadar dan cepat mengambil keputusan dalam perubahan karena ia sadar perubahan yang baik mesti diniatkan jika tidak ingin kehilangan kesempatan.
  • Bersikap proaktif dan senang menciptakan kesempatan. Karena ada atau tidaknya kesempatan tergantung cara pandang seseorang. Kepada guru-gurunya ia menjadi contoh dalam bersikap proaktif dan menghindari menunda-nunda penyelesaian masalah karena akan menjadi hal yang besar dan berdampak pada keutuhan proses belajar mengajar di sekolah.
  • Punya kemampuan komunikasi yang baik dan berhati-hati saat mengeluarkan pernyataan. Bukan hanya pejabat public yang mesti berhati-hati dalam mengeluarkan kalimat pernyataan. Kepala sekolah juga mesti berpikir panjang sebelum mengeluarkan pernyataan agar suasana kondusif tetap tercipta di sekolah.
  • Sayang pada guru-gurunya. Kepala sekolah yang baik adalah juga guru yang baik karena dulunya juga pasti ia adalah seorang guru. Semua kebijakannya akan berujung pada upaya untuk membuat guru betah dan menciptakan iklim sekolah yang kondusif dan suasana kerja yang positif.
  • Senang gunakan social media. Kepala sekolah yang masih memandang sinis guru-gurunya yang aktif di social media adalah kepala sekolah yang jadul dan ketinggalan jaman. Semestinya ia lah yang mesti memandang social media sebagai media yang efektif untuk alat pembelajaran, berkomunikasi dan menjadi mitranya dalam memimpin.
  • Memprioritaskan proses pembelajaran. Pembelajaran yang saya maksud bukan sekedar berkonsentrasi pada tes dan ujian nasional namun membagi perhatian yang seimbang juga pada aspek yang lain misalnya aspek olah raga dan kesenian. Sekolah yang baik adalah sekolah yang bisa menyeimbangkan aspek akademis dan aspek  minat dan bakat siswa.
  • Gemar berkeliling dan mengontrol. Kepala sekolah akan kehilangan kesempatan untuk mengetahui perkembangan terkini di sekolahnya jika hanya duduk di ruangannya.
  • Menghargai latar belakang keluarga-keluarga yang mempercayakan anaknya untuk bersekolah di tempat ia memimpin. Kepala sekolah adalah gambaran dari cara sekolah menghargai orang lain yang berbeda. Setiap individu punya kesempatan yang sama besarnya untuk berubah menjadi lebih baik. Jika ia cepat nyinyir dan menghakimi maka ia akan sulit untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang tua siswa.
  • Hormat kepada pengawas dari Diknas sambil tetap melengkapi referensi pengetahuan dari sumber lain. Kepala sekolah yang berasal dari sekolah yang unggul dan bagus mutunya cepat punya penilaian yang merendahkan pengawas dari diknas hanya karena pengetahuan atau cara kerja yang berbeda. Sebaliknya sekolah yang baru berkembang kadang terjebak menjadi begitu mengiyakan apa saja yang pengawas katakan tanpa punya rujukan lain sebagai pembanding.

10 karakter guru yang bagus untuk dijadikan guru di sekolah anda

Picture_4_crop380w

Menyeleksi guru adalah pekerjaan ‘abadi’ dari seorang kepala sekolah. Sekolah mengandalkan kepala sekolah dalam mencari guru yang pantas dan cocok mengajar di kelas. Seperti semua proses seleksi, proses menyeleksi guru juga punya resiko dan hal yang mesti diwaspadai. Untuk itu saya mencoba menguraikan kriteria guru seperti apa yang pantas untuk direkrut sebagai guru di sekolah anda.

1.       Sesuai visi misi sekolah

Cari lah guru yang sesuai dengan visi misi sekolah anda. Sayangnya banyak sekolah yang merekrut guru hanya karena mau digaji kecil atau kenalan si A atau saudaranya si B. Sebelum merekrut resapi kembali visi misi sekolah anda dan rasakan apakah kandidat yang ada di depan anda ini cocok atau tidak dengan visi misi sekolah anda dalam hal kepribadian, cara komunikasi dan filosofinya terhadap pendidikan.

2.       Mengerti paedagogi

Banyak guru yang bukan berasal dari fakultas keguruan. Untuk guru yang punya latar belakang seperti ini tanya apa alasannya menjadi guru, dan bagaimana cara ia memandang dunia belajar mengajar. Kalau meragukan berarti kandidat ini hanya ingin jadikan profesi guru sebagai batu loncatan untuk ke pekerjaan berikutnya. Bahkan dari fakultas keguruan pun mesti ditanya kembali filosofi pendidikanya, jika kurang menyertakan aspek siswa atau anak didik, jangan lah diterima karena tipe guru seperti ini adalah tipe guru ‘teacher centered’

3.       Tahu latar belakang sekolah

Silahkan bertanya menurutnya bagaimana sekolah anda. Jika analisanya dalam dan baik sebagai masukan. Selamat! Anda sudah menemukan guru yang tepat

4.       Yang bisa bertanya saat diminta bertanya

Guru yang bagus senang bertanya. Proses seleksi bukan sekedar kandidat guru ditanya-tanya oleh kepala sekolah namun juga ada saatnya si calon mesti bertanya. Minta ia bertanya sesuatu mengenai sekolah anda, jika pertanyaannya bermutu dan cerdas berarti ia adalah guru yang cocok

5.       Punya kemampuan komunikasi yang bagus

Carilah guru yang sopan, tau etika dan punya komunikasi yang bagus. Guru yang punya komunikasi yang bagus akan membantu perannya sebagai guru. Namun tanya hati kecil anda juga sebagai kepala sekolah, apakah komunikasinya yang bagus ini positif atau negatif. Karena komunikasi yang negatif akan membuat sekolah anda bernuansa negatif juga. Silahkan mencari guru yang pandai menempatkan diri tidak terlampau serius namun juga tidak cengengesan

6.       Berpakaian pantas

Tidak perlu mahal, guru yang professional tahu bagaimana berpakaian pantas dan nyaman. Guru dengan bau badan berarti punya hal yang belum ia lakukan dengan benar dalam soal kebersihan.

7.       Meminta gaji yang sesuai

Guru professional tahu bagaimana cara menghargai diri sendiri. Guru yang meminta gaji terlampau murah atau mahal perlu diteliti lagi latar belakangnya. Jika sekolah sudah bisa memakai UMR sebagai patokan akan lebih baik lagi.

8.       Punya blog atau twitter yang aktif

Merupakan nilai lebih jika calon guru punya blog dan twitter yang aktif. Lihat tulisan atau lini masanya. Cari guru yang tidak galau dan berpikiran positif, guru yang sukanya mengeluh, mencaci dan berkata kasar di social media jangan direkrut sebagai guru.

9.       Menulis email dengan benar

Jika anda menerima lamaran lewat email, maka lihat cara dia menulis email. Banyak sekali calon guru yang saat melamar hanya menulis email kosong sambil diselipi CV dan surat lamaran pada attachmentnya, calon guru yang seperti ini perlu belajar banyak soal etika dalam dunia online. Ada juga guru yang menggunakan nama tidak resmi dan tidak serius. Misalnya “adindaimoet@yahoo.com atau  Azischayankkamu@yahoo.com dan sejenisnya yang mencerminkan belum dewasanya ia sebagai pribadi.

10.   Pengalaman penting namun bukan segalanya

Sekolah yang baik mengandalkan pada system dan bukan pada orang per orang. Menerima guru yang sudah pengalaman memang penting, namun lebih penting menerima guru yang mau berubah dan bersedia menerima masukan.

 

 

%d blogger menyukai ini: