6 prinsip menilai siswa dengan duduk bersama sesuai dengan semangat kurikulum merdeka

Jika membaca kutipan dari Margaret Heritage, yang mengatakan “kata ‘penilaian’ berasal dari kata kerja Latin ‘assidere’, yang berarti ‘duduk bersama’. Asal kata ini menyiratkan bahwa dalam penilaian guru duduk bersama siswa, dan penilaian adalah sesuatu yang dilakukan guru dengan dan untuk siswa daripada kepada siswa. Hal ini sesuai dengan semangat kurikulum merdeka yang berpihak pada siswa.

Hal apa sebenarnya yang terjadi di lapangan?

  1. Guru cenderung menilai semua pekerjaan siswa sehingga banyak sekali pekerjaan yang guru lakukan.
  2. Waktu guru banyak dihabiskan untuk mentransfer pengetahuan di depan kelas. Dengan cara berceramah yang menghabiskan waktu. 

Kedua hal diatas menghalangi waktu guru untuk fokus memberikan umpan balik yang bermanfaat kepada siswanya. Apa hubungannya umpan balik dengan penilaian? Penilaian adalah proses memastikan bahwa siswa menguasai konsep pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan tujuan pembelajaran. Umpan balik adalah sebuah proses dari guru kepada siswa yang memastikan bahwa alur pembelajaran berjalan sesuai rencana. 

Lanjutkan membaca “6 prinsip menilai siswa dengan duduk bersama sesuai dengan semangat kurikulum merdeka”

3 Alasan mengapa kurikulum merdeka mengutamakan Project Based Learning (PJBL)

Project Based Learning merupakan metode pembelajaran yang menggunakan project sebagai media pembelajaran. Model pembelajaran ini berpusat pada siswa untuk melakukan suatu investigasi atau penelitian yang mendalam terhadap suatu topik pembelajaran. 

Kurikulum merdeka dengan cepat menggandeng metode ini sebagai hal yang ditawarkan agar digunakan oleh guru. Kurikulum 2013 sebenarnya juga melakukan hal yang sama. Semua pendekatan dan metode dikenalkan kepada guru. Ada problem based learning, brain based learning sampai inquiry based learning. Dalam perjalanannya guru belum mampu mengadopsi untuk digunakan di ruang kelas. Pemahaman guru akan pentingnya penggunaan metode pembelajaran belumlah merata. Guru masih merasa sarana dan prasarananya belum cukup untuk mempraktekan metode tadi. 

Lanjutkan membaca “3 Alasan mengapa kurikulum merdeka mengutamakan Project Based Learning (PJBL)”

5 Transformasi belajar dalam kurikulum merdeka

Banyak guru yang masih berpendapat bahwa cara belajar di Kurikulum 2013 masih berlaku di Kurikulum Merdeka. Cara belajar siswa aktif adalah hal yang selalu ada dalam tiap keluaran kurikulum dari pemerintah. Dalam kurikulum merdeka hal yang terkait dengan cara belajar diupayakan diubah dengan pendekatan guru aktif merencanakan dan murid aktif berpartisipasi. 

Ada beberapa transformasi yang penting untuk dilakukan guru dan dilaksanakan di kelas. 

Lanjutkan membaca “5 Transformasi belajar dalam kurikulum merdeka”

13 Modal menjadi guru penggerak

Program guru penggerak adalah program pendidikan dari pemerintah untuk meningkatkan kompetensi guru. Guru Penggerak akan berperan untuk menggerakkan komunitas belajar untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya, menjadi pengajar praktik bagi rekan guru lain terkait pengembangan pembelajaran di sekolah, hingga mendorong peningkatan kepemimpinan murid di sekolah.

Untuk menjadi guru penggerak memang memerlukan pendidikan dan pelatihan. Dalam perjalanan karir sebagai pendidik saya banyak mengenal guru guru yang bahkan sudah menjadi guru penggerak sebelum program ini ada. Berikut ini adalah hal yang mereka lakukan dan ciri yang melekat padanya.

Lanjutkan membaca “13 Modal menjadi guru penggerak”

7 elemen penting bagi guru dalam menerapkan student/learner agency di kelas

Student (learner) agency adalah kerja seorang guru dalam membuat siswanya punya tanggung jawab dalam proses pembelajaran. Dibalik siswa yang bersemangat belajar selalu ada guru yang senang mencari jalan keluar dan mencoba berbagai macam strategi dalam membuat siswanya senang belajar. 

Untuk itu ada beberapa hal yang perlu guru pertimbangkan agar siswa punya keinginan menjadi pembelajar yang mandiri dan bertanggung jawab.

Lanjutkan membaca “7 elemen penting bagi guru dalam menerapkan student/learner agency di kelas”

Mewujudkan Lingkungan Belajar Yang Menstimulasi: Peran Guru dan Siswa

Lingkungan belajar merupakan salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Sebuah lingkungan belajar yang menginspirasi dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan semangat dan memberikan dampak positif bagi perkembangan mereka. Oleh karena itu, peran guru dan siswa sangat penting dalam mewujudkan lingkungan belajar yang menstimulasi.

Peran lingkungan sosial, virtual, dan fisik sangat penting dalam proses belajar dan mengajar berbasis penyelidikan dan perkembangan kesejahteraan. Lingkungan sosial memberikan ruang bagi siswa untuk berinteraksi dan berbagi ide dengan teman sekelas dan guru. Lingkungan virtual menyediakan akses ke sumber daya dan teknologi yang membantu siswa dalam memahami materi dengan lebih baik. Lingkungan fisik memberikan suasana yang nyaman dan memfasilitasi siswa dalam mengejar tujuannya. Semua lingkungan tersebut saling berkaitan dan bekerja sama untuk membantu siswa mencapai kesejahteraan dan hasil belajar yang optimal.

Lanjutkan membaca “Mewujudkan Lingkungan Belajar Yang Menstimulasi: Peran Guru dan Siswa”

Gambaran jika sekolah dipimpin oleh pemimpin yang otoriter dan toksik

Pemimpin yang otoriter biasanya dikenal sebagai pemimpin yang memiliki kepribadian yang dominan dan cenderung mengambil keputusan sendiri tanpa mempertimbangkan pendapat atau kebutuhan anggota timnya. Mereka seringkali menggunakan cara yang keras untuk mengendalikan orang lain dan mengambil alih situasi.

Di sisi lain, pemimpin yang toksik adalah pemimpin yang memiliki sifat yang merugikan bagi tim atau organisasi, seperti sering bertindak dengan egois, irrasional, dan membuat orang lain merasa tidak nyaman. Pemimpin toksik juga seringkali menyebabkan timnya mengalami stres dan kehilangan motivasi. Keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan dalam cara berpikir dan bertindak sebagai pemimpin.

Lanjutkan membaca “Gambaran jika sekolah dipimpin oleh pemimpin yang otoriter dan toksik”
%d blogger menyukai ini: