Saat berbicara mengenai taman kanak-kanak, aktivitas bermain seringkali disebut-sebut sebagai salah satu bagian penting dari proses pembelajaran. Hal ini karena melalui bermain, siswa TK memiliki kesempatan untuk mengejar imajinasi dan kreativitas mereka, serta mempelajari cara bekerja sama dan mengatasi masalah. Dalam hal ini, peran sekolah dan guru sangatlah penting untuk memfasilitasi pengalaman bermain yang berkualitas bagi siswa.
Pengalaman bermain di taman kanak-kanak memiliki peran yang sangat penting dalam membangun fondasi untuk pembelajaran sosial dan kognitif yang positif. Dalam pengalaman bermain, anak-anak belajar melalui interaksi sosial dan eksplorasi simbolis. Fitur-fitur sentral dari bermain, lingkungan belajar, hubungan, dan eksplorasi dan ekspresi simbolis, mendukung pembelajaran di tahun-tahun awal sebagai bagian dari kerangka Pembelajaran Abad 21. Melalui pengalaman bermain, anak-anak belajar untuk bekerja sama, mengatasi masalah, dan mengembangkan imajinasi dan kreativitas mereka. Oleh karena itu, penting bagi guru dan pemimpin untuk memastikan bahwa lingkungan taman kanak-kanak memfasilitasi pengalaman bermain yang positif bagi anak-anak.
Impian semua pemimpin di sekolah agar kualitas guru gurunya meningkat. Kualitas guru yang baik adalah jaminan mutu sebuah sekolah. Perubahan dalam bidang pendidikan adalah keniscayaan. Utamanya dalam bagaimana melakukan perubahan pada diri individu yang ada di sekolah. Dikarenakan tidak ada yang abadi selain perubahan itu sendiri.
Sering sekolah terjebak hanya memperhatikan komplen dari orang tua siswa baru kemudian bersedia melakukan perubahan. Padahal tanda atau sinyal untuk perubahan sudah sangat kentara sekali. Hanya saja sekolah kurang peka untuk melihat adanya kebutuhan bagi sekolah untuk berubah.
Dibawah ini adalah daftar bahwa sekolah anda harus segera berubah.
Pendidikan inklusif adalah filosofi dan pendekatan dalam bidang pendidikan yang bertujuan untuk memberikan kesempatan belajar yang sama bagi semua siswa, tanpa memandang latar belakang, kemampuan, disabilitas, atau status sosial ekonomi mereka. Dalam sebuah sekolah yang inklusif, diperlukan pendekatan whole-school yang berarti semua anggota sekolah, termasuk guru, staf pendukung, administrator, dan siswa, bekerja sama untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.
Hal ini membutuhkan komitmen terhadap hak asasi manusia dan keadilan sosial, serta penggunaan praktik berdasarkan bukti, seperti diferensiasi dan aksesibilitas, untuk mendukung pembelajaran dan kesuksesan siswa. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa semua siswa merasa dihargai, dihormati, dan didukung, dan mampu berpartisipasi sepenuhnya dalam proses pembelajaran. Ini berarti bahwa setiap anak, tanpa terkecuali, harus memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang sesuai dengan potensinya, tanpa diskriminasi apapun. Dalam pendidikan inklusif, setiap anak diterima dan didukung dalam sekolah, dengan adaptasi yang sesuai jika diperlukan, sehingga setiap anak dapat mengikuti pelajaran dan mencapai hasil yang maksimal.
Contoh kasus yang biasa terjadi dalam bidang pendidikan inklusif adalah:
Siswa dengan disabilitas fisik tidak memiliki akses yang sama untuk belajar dan berpartisipasi dalam aktivitas sekolah seperti siswa lainnya
Siswa dengan masalah belajar seperti dyslexia atau ADHD tidak menerima bantuan yang cukup untuk membantu mereka dalam belajar
Siswa yang berasal dari keluarga dengan tingkat sosio-ekonomi rendah tidak memiliki akses yang sama untuk fasilitas dan teknologi sekolah yang dibutuhkan untuk belajar
Siswa yang berasal dari lingkungan budaya yang berbeda tidak merasa diterima dan dilibatkan dalam aktivitas sekolah dan lingkungan belajar
Siswa dengan bahasa asing sebagai bahasa ibu tidak menerima bantuan yang cukup untuk membantu mereka memahami materi pelajaran dalam bahasa yang berbeda.
Berikut ini beberapa kesalahpahaman yang sering terjadi dalam dunia pendidikan tentang pendidikan inklusif:
Pendidikan inklusif hanya untuk siswa dengan kebutuhan khusus: Pendidikan inklusif memperlakukan semua siswa dengan cara yang sama tanpa diskriminasi, termasuk siswa tanpa kebutuhan khusus.
Pendidikan inklusif memperlambat kemajuan siswa tanpa kebutuhan khusus: Pendidikan inklusif membantu siswa tanpa kebutuhan khusus untuk belajar cara berinteraksi dan bekerja sama dengan siswa lainnya, yang akan membantu mereka dalam hidup mereka di masa depan.
Pendidikan inklusif memerlukan banyak biaya: Pendidikan inklusif memerlukan usaha dan kerjasama dari semua anggota sekolah, tapi tidak perlu banyak biaya. Dalam banyak kasus, biaya bisa dikurangi dengan menggunakan sumber daya yang ada dengan lebih efisien.
Pendidikan inklusif membutuhkan banyak tenaga kerja: Pendidikan inklusif memerlukan usaha dan kerjasama dari semua anggota sekolah, termasuk guru, staf pendukung, administrasi, dan siswa.
Pendidikan inklusif membutuhkan perubahan besar dalam sistem pendidikan: Pendidikan inklusif memerlukan perubahan dalam pola pikir dan cara berpikir dari semua anggota sekolah, tapi tidak perlu perubahan besar dalam sistem pendidikan secara keseluruhan.
Berikut adalah beberapa tahap yang bisa dilakukan oleh sekolah dalam menerapkan pendidikan inklusif:
Penyadaran dan komitmen: Semua anggota sekolah harus memahami dan berkomitmen untuk menciptakan lingkungan belajar inklusif.
Evaluasi sistem dan praktik: Evaluasi sistem dan praktik saat ini untuk menentukan apa yang sudah bekerja dan apa yang harus diperbaiki.
Pendidikan dan pelatihan: Semua anggota sekolah harus melalui pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan tentang pendidikan inklusif.
Penyesuaian sistem dan praktik: Membuat penyesuaian pada sistem dan praktik sekolah sehingga lebih inklusif.
Peninjauan berkala: Memantau dan meninjau keberhasilan program inklusif secara berkala.
Kerjasama dengan orang tua: Bekerja sama dengan orang tua dan masyarakat untuk memastikan bahwa mereka memahami dan mendukung pendidikan inklusif.
Evaluasi dan perbaikan: Terus melakukan evaluasi dan perbaikan untuk memastikan bahwa pendidikan inklusif selalu efektif dan memberikan hasil terbaik bagi semua siswa.
Ada beberapa mental dan karakter yang diperlukan dari seorang guru untuk menerapkan pendidikan inklusif, di antaranya:
Empati: Guru harus mampu memahami dan merasakan perasaan dan situasi siswa yang berbeda, sehingga dapat memberikan dukungan dan bantuan yang sesuai.
Adaptif: Guru harus mampu beradaptasi dengan situasi dan kebutuhan yang berbeda dari siswa, dan membuat tindakan yang tepat untuk memastikan setiap siswa merasa terlibat dan terintegrasi dengan lingkungan belajar.
Kreatif: Guru harus mampu memikirkan dan mengembangkan solusi yang inovatif untuk memastikan setiap siswa memiliki akses dan kesempatan yang sama untuk belajar.
Terbuka: Guru harus menerima dan menerima perbedaan yang ada di antara siswa, dan tidak membedakan mereka berdasarkan latar belakang, kemampuan, atau kondisi khusus.
Berpikir Holistik: Guru harus memahami bahwa pendidikan inklusif bukan hanya soal memberikan dukungan fisik atau konseptual, tetapi juga melibatkan perubahan dan peningkatan sistem dan budaya sekolah secara keseluruhan.
Dengan memiliki mental dan karakter ini, guru akan dapat memastikan bahwa pendidikan inklusif diterapkan secara efektif dan menghasilkan dampak positif bagi setiap siswa.
Pendidikan inklusif membutuhkan komitmen terhadap hak asasi manusia dan keadilan sosial, serta menggunakan praktik-praktik berdasarkan bukti, seperti differensiasi dan aksesibilitas, untuk mendukung keberhasilan dan proses belajar siswa. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa semua siswa merasa dihargai, diakui, dan didukung, serta mampu berpartisipasi secara penuh dalam proses belajar. Dengan demikian, sekolah dapat menciptakan lingkungan belajar yang terbuka bagi semua siswa dan meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
Siapakah anda yang sedang membaca tulisan ini? sudah berapa lama anda menjadi pendidik? berapa jenis kurikulum yang anda lalui? jika anda pernah mengajar dengan pendekatan CBSA, KBK, KTSP, Kurikulum 2013 dan terakhir adalah kurikulum darurat. Selamat anda adalah manusia segala jaman. Nah gelar anda akan bertambah lagi dengan adanya Kurikulum prototype yang akan segera diluncurkan.
Kurikulum adalah belahan jiwa bagi seorang guru. Sedihnya perlakuan guru terhadap kurikulum seperti kekasih yang tidak disayang dan diperhatikan. Diserahkannya kurikulum itu pada buku paket atau diserahkan pada penilaian orang katanya begini dan katanya begitu.
Kurikulum juga sering disalah artikan sebagai semata hanya RPP. Padahal RPP adalah turunannya. RPP adalah skenario dari kurikulum yang sudah dipetakan dan ditafsirkan. Sebenarnya dengan perubahan terus menerus pada kurikulum apa sih yang guru mesti ingat dan camkan agar tetap bisa memperhatikan belahan jiwanya itu?