
Jika boleh memilih sebenarnya guru dan sekolah lebih suka pembelajaran tatap muka segera diterapkan. Apa daya keadaan tidak memungkinkan. Walaupun di beberapa sekolah ada yang mulai masuk. Pihak pengelola sekolah yang sudah memberanikan diri tentu punya pertimbangan dalam memilih jalan untuk siswanya masuk kembali,
Jika sekolah anda masih melakukan pembelajaran jarak jauh di tahun ajaran baru ini layak untuk didiskusikan hal apa yang masih sama saat sebelum dan sesudah pembelajaran jarak jauh diterapkan?
Saat mencermati situasi sekarang ini sekolah seperti dihadapkan akan kata ‘perubahan’ terus menerus. Situasi ini bisa membuat komunitas yang ada di sekolah melewatkan kesempatan untuk mempertahankan hal yang prinsip untuk diterapkan. Sebuah hal yang prinsip berarti sebuah hal yang tidak boleh tidak ada.
Apapun situasinya. Bahkan dalam situasi penuh tantangan pun hal hal prinsip ini jangan sampai lolos untuk diterapkan.
Apa saja hal yang prinsip itu?
1. Pembelajaran yang autentik. Guru bisa saja mengatakan bahwa dunia digital lah jawaban dari semua tantangan dalam masa pandemi ini. Dibalik itu semua ada pembelajaran yang autentik sebagai ruh dari semua inovasi yang guru lakukan. “Belajar dengan cara yang otentik” berarti pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata dan proyek-proyek dan yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi dan membahas masalah-masalah ini dengan cara yang relevan untuk mereka. Secanggih apapun alat digital yang anda gunakan akan kurang maknanya jika guru masih terkungkung pada pembelajaran konvensional yang tidak menarik.
2. Komunikasi antara rumah dan sekolah dan sebaliknya. Komunikasi yang baik adalah akar dari semua kesuksesan belajar. Saat pembelajaran jarak jauh komunikasi tetap perlu dikedepankan. Dalam situasi ini rumah sama pentingnya dengan sekolah. di awal tahun ajaran baru saat yang terbaik untuk membuat sesi sesi yang bermanfaat bagi orang tua siswa. Lakukan banyak sesi untuk meneguhkan kerja sama sekolah dan rumah. Bisa dalam bentuk mengirimkan video parenting sampai mengadakan sesi zoom online yang dihadiri oleh semua orang tua siswa yang baru. Materinya bisa macam macam dari soal teknologi sampai soal parenting dan lain sebagainya.
3. Aturan pembelajaran yang jelas, terstruktur rapi dan mudah dimengerti oleh orang tua siswa. Orang tua siswa menjadi orang yang paling penting diberikan pengertian dikarenakan mereka lah yang akan mendampingi anaknya dalam pembelajaran jarak jauh ini. Sekolah bisa terus mengupdate aturan menyesuaikan dengan pembelajaran jarak jauh. Hal yang mesti diberikan adalah aturan mengenai bagaimana mendukung pembelajaran anaknya tanpa membuat anaknya tergantung pada bantuan orang lain saat mengerjakan. Serta aturan mengenai kemandirian dan kejujuran saat mengerjakan tugas dari sekolah.
4. Guru tahu kapan mesti memberikan tugas digital dan non digital. Saat memberikan tugas digital sekolah perlu tahu daya dukung siswanya. Termasuk kemampuan siswa dalam menyesuaikan dengan pembelajaran menggunakan digital. Dengan demikian di minggu pertama layak diberikan pelatihan dulu perihal penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Ada yang mengatakan siswa siswi kita anak yang cepat belajar teknologi namun guru tetap punya kewajiban mengajarkan hal yang fundamental. Tugas non digital adalah hal yang selama ini siswa kerjakan lalu difotokan dan dikirim kepada gurunya.
5. Mengubah pola pikir menilai hasil pekerjaan siswa menjadi memberikan umpan balik (feed back) kepada siswa selama mereka mengerjakan tugas. Banyak guru yang hanya ingin melihat hasil akhir kemudian menilainya. Hal ini lah yang membuat kegaduhan di rumah siswa. Dikarenakan siswa yang hasilnya ingin bagus di mata gurunya akan memaksa orang lain membantunya bahkan frustasi jika dukungan tidak didapatkan. Dengan demikian perlu bagi guru membagi siswanya dalam penugasan yang memungkinkan ia memberikan saran masukan umpan balik secara rutin dan merata kepada semua siswanya.
Pembelajaran jarak jauh tidak bisa menggantikan roh pembelajaran yg autentik. Guru tetap punya kewajiban melaksanakan semampunya. Selama pembelajaran jarak jauh masih menjadi pilihan maka sekolah dan guru punya tanggung jawab lebih untuk memastikan apapun jalan yang dipilih semangat pembelajaran autentik tetap hadir.
Mari berprasangka baik bahwa situasi seperti ini mengajak kita untuk berefleksi kembali tentang makna terdalam dari pendidikan. Selama ini kita hanyut di berbagai program pengajaran dan pembelajaran (digital dan non digital) dan tidak jarang menjadi lupa makna dari pendidikan.