“Bapak sih cara mengajarnya enak, tidak seperti guru saya yang sekarang, kami disuruh kerjakan tugas terus. Ngajar kami lagi dong paak..”
Siapa yang tak ‘meleleh’ hatinya jika mantan murid berkata demikian. Dari hasil refleksi saya pribadi, jika guru tidak hati hati ada ‘jebakan Batman’ dibalik pernyataan siswa diatas. Apakah itu?
1. Bisa disimpulkan bahwa keberhasilan guru saat mengajar lebih pada berhasil ‘menghibur’ siswa.
2. Sudah merupakan fitrahnya bahwa siswa senang diajak bersenang senang. Senang pada guru yang asyik saat bercerita dan menyenangkan saat berbicara.
3. Guru masih menempatkan siswa nya sebagai pembelajar yang pasif dan belum menempatkan siswanya sebagai sosok yang bisa diberdayakan sesuai umur dan tingkatan perkembangan.
4. Guru masih membiarkan siswanya dalan zona nyaman dengan cara ‘menyuapi’ dengan materi pembelajaran dan belum menempatkan siswa sebagai sosok yang sebenarnya bisa menunjukkan hal/materi yang ia kuasai dengan cara yang berbeda.
Tidak ada yang salah dengan pernyataan diatas. Bahkan banyak sekolah yang secara rutin membuat ajang pemilihan guru favorit tiap tahun, yang menumbuh suburkan pernyataan diatas.
Tentu kita semua sebagai pendidik setuju bahwa sebagai guru mestinya kita berikan apa yang siswa butuhkan dan bukan yang siswa inginkan. Hal yang siswa inginkan adalah ‘having fun always’ dan guru merasa tak enak hati jika kurang jadi sosok yang menyenangkan.
Sebaliknya apa yang sebenarnya siswa perlukan/butuhkan?
1. Mereka perlu belajar melakukan sesuatu dengan bekerja sama dan menemukan sebuah solusi dari permasalahan yang guru berikan.
2. siswa perlu menemukan sendiri hal yang jadi keinginan tahuan nya dengan kondisi serta suasana atau strategi yang guru ciptakan.
3. Mengetahui apa hal yang mesti diprioritas. Ambil contoh sebuah hal atau keterampilan yang penting dalam hidup ini adalah manajemen waktu. Tugas guru sejak awal membekali keterampilan ini lewat penugasan dan penguatan saat ia mengajar.
Jadilah guru yang bersedia bersusah payah melakukan pemberdayaan (empowerment) pada siswanya dibanding hanya sekedar melibatkan siswa (engaging). Memberdayakan siswa berarti anda sedang membantu siswa menemukan apa yang penting dan krusial demi masa depannya. Jika anda berhasil memberdayakan mereka saat yang sama mereka akan merasa terlibat dan senang diajar dan menjadi murid seorang guru yang pikirannya kekinian sekaligus jauh mempersiapkan dirinya ke masa depan.
Di sekolah sebagai pendidik anda bisa berperan sebagai siapa saja, sebagai guru kelas, guru mata pelajaran, koordinator guru, wakil kepala sekolah bahkan seorang kepala sekolah. Anda bisa saja seorang yang mengajar bidang sains, IPS, agama, bahasa atau pengajar bidang lain yang selama ini anda tekuni.
Mengajar dan mempersiapkan masa depan dengan pembekalan keterampilan hidup adalah tugas semua orang dewasa yang ada di sekolah. Saatnya membekali siswa yang menjadi tanggung jawab kita hal-hal yang awet dalam hadapi perubahan jaman dan bisa jadi bekal yang hakiki dalam menghadapi masa depan. Jika anda melakukan pemberdayaan kepada siswa maka anda akan mendapatkan ‘bonus’ siswa menjadi antusias belajar materi yang anda ajarkan.
Ok sip, pemberdayaan. 👌👍
Tp melibatkan siswa dlm artian utk mmbuat mreka lbh maju jg baik adanya.
sangat menginspirasi tulisannya pak, salam kenal.