Sekolah yang berniat menjadi sekolah yang unggul dan inovatif mesti sudah bisa mengatakan dirinya selesai (move on) pada hal yang sifatnya kecil-kecil (remeh temeh). Masalah kedisiplinan, kerapihan seragam, motivasi siswa serta semua bentuk masalah kedisiplinan khas siswa adalah hal yang bisa saja dianggap ‘kecil’. Kecil jika dibandingkan dengan tantangan masa depan yang berat dan penuh tantangan di abad 21 ini. Kedisiplinan guru juga mesti dianggap kecil oleh kepala sekolah yang dirinya fokus pada pengembangan sekolahnya, dikarenakan ia punya segudang cara untuk menundukkan guru yang bermasalah.
Jika sekolah masih dipusingkan oleh hal yang kecil, membuat sekolah menjadi tidak fokus mempersiapkan siswa. Saatnya kerja bersama semua pihak di sekolah dalam mengentaskan hal tersebut dengan kepemimpinan kepala sekolah yang menggunakan tipe kepemimpinan Pedagogical leadership dijamin pasti berdampak pada perubahan kinerja siswa dan guru.
Jika sekolah sudah mulai percaya diri dan ingin berinovasi, maka sambil jalan secara paralel, masalah peningkatan kedisiplinan dan pengembangan karakter layak dijadikan tujuan dan fokus yang pertama dilakukan. Dikarenakan banyak penelitian yang mengatakan bahwa semua sisi dalam pengembangan karakter bisa dilakukan dengan biaya yang minim namun mesti berbekal pada komitmen seluruh warga sekolah.
Jika sekolah ingin serius mengedepankan keseimbangan antara pembinaan aspek akademis siswa dan pembinaan karakter/keterampilan hidup. Sekolah bisa menggunakan prinsip Model pembelajaran Flipped Classroom. Model pembelajaran ini “membalik” metode tradisional, di mana biasanya materi diberikan di kelas dan siswa mengerjakan tugas di sekolah. Dalam model ini siswa dituntut keaktifannya serta guru dituntut produktivitasnya untuk bisa hasilkan produk materi pembelajaran yang bisa diakses oleh siswa selama 24/7. Konsep Flipped Classroom mencakup active learning, keterlibatan siswa, dan podcasting/video. Dengan cara ini membuat siswa makin punya waktu lebih untuk melakukan peminatan sesuai program unggulan/inovasi sekolah yang mengasah aspek karakter, leadership dan life skill (keterampilan hidup) siswa.
Tantangan berikutnya setelah sekolah mempunyai struktur e learning yang berhasil, maka program sekolah serta inovasi lain dalam bidang pembinaan karakter perlu disiapkan dan dijadikan kerja bersama antara semua pemangku kepentingan di sekolah. Tema program seperti Leadership, Entrepreneurship, Community service, global citizenship, Lifelong learning, Silent reading dan Kesamaptaan layak dicoba untuk mengasah karakter siswa dan membekali mereka dengan keterampilan hidup
Selama tiga hari (26-28 Februari 2018) saya menemani senior management team di SMAN 1 Kintamani Bangli Provinsi Bali, dalam berproses menjadi sekolah yang inovatif sebagai bagian dari LSP (Lighthouse School Program). Hadir sebagai pemateri utama adalah Bpk I Nyoman Darta MPd Kepala sekolah SMAN Bali Mandara yang dengan bernas memberikan ‘best practices’ yang aplikatif selama beliau membina sekolah yang sudah dikenal secara nasional dan internasional.
Menarik bhasannya pak. Cuma judulnya kepanjangan, jd terkesan tdk artistik. Sebaiknya tdk lebih dari 50 karakter.
Reblogged this on TIK dan Kemuhammadiyahan and commented:
Keseimbangan antara aspek akademis dan pembinaan karakter adalah kunci sekolah menjadi unggul dan inovatif