Ada banyak teori mengenai bagaimana memasarkan sekolah swasta atau lembaga pendidikan swasta. Ada juga sekolah-sekolah yang tidak terlalu peduli dengan teori, yang lebih penting bagi mereka adalah cetak sebanyak-banyaknya spanduk/banner/poster/brosur dan diletakkan ditempat strategis dengan harapan menjaring calon orang tua siswa.
Desain alat promosinya pun hampir pasti bisa ditebak dengan foto kegiatan di kelas, field trip dan tak lupa discount yang menarik perhatian. Calon orang tua siswa jaman now saat ini memang masih tertarik dengan alat promosi, namun saat yang sama mereka andalkan pertimbangan orang lain lewat media sosial atau biasa disebut sebagai ‘world of mouth’.
Sila cermati prinsip dibawah ini, semoga membantu anda dalam merencanakan promosi.
- Memasarkan sekolah saat ini menjadi kewajiban semua pihak di sekolah. Sekolah swasta memang punya kewajiban mesti memasarkan sekolahnya, sayangnya sering dibebankan hanya pada kepala sekolah dan bagian admission sekolah.Sekolah dan orang tua siswa akan mendapatkan malapetaka jika ada salah konsep saat bagian admission memasarkan sekolah. Bayangkan jika memasarkan sekolah kepada orang tua siswa layaknya seperti memasarkan property, dengan diskon antar pembeli yang berbeda tergantung nego keras atau lembut dari si orang tua siswa. Ujung-ujungnya antar orang tua siswa akan saling membandingkan berapa diskon yang didapat. Diperlukan ketegasan dalam menentukan aspek keuangan biaya masuk.
- Inti dari sebuah sekolah adalah kegiatan belajar dan mengajar, silakan sekolah mulai berpromosi mengenai sekolahnya dari kegiatan inti tsb. Kegiatan lain serta sarana dan prasarana hanya jadi pelengkap saja, pemanis yang bisa membuat calon orang tua siswa tertarik.
- Saat memasarkan sekolah, arti ‘brand’ menjadi sangat penting, lakukan evaluasi/refleksi diri, sekarang ini saat disebutkan nama sekolah anda apa yang orang lain pikirkan? jika masih ada perbedaan atau malah kebanyakan persepsi negatif nya saatnya sekolah anda mawas diri.
- Apa Tagline sekolah anda? Brand lembaga pendidikan saat ini bagus bagus, coba tebak tag line ini, ‘Berprestasi tinggi dan berakhlak terpuji’. Lembaga pendidikan apakah yang punya tag line tadi? sekolah atau bimbel?
- Jika sebuah sekolah swasta serius dalam mengelola lembaga pendidikannya, itu berarti ia mesti berfokus dan berorientasi pada bagaimana menghadirkan ‘pengalaman belajar yang mendidik dan bermakna’ bagi setiap pemangku kepentingan di sekolahnya (siswa, guru dan orang tua siswa). Orang tua siswa mungkin akan tertarik oleh gambar fasilitas yang ‘wah’ di brosur sekolah anda, namun ketertarikan akan berubah jadi keluhan tak ada ujung ketika mutu guru yang rendah, miskin ilmu mendidik serta pembelajaran di kelas yang konvensional.
- Banyak sekolah yang sdh punya akun di medsosdan rajin berpromosi, dengan cerdik melakukan soft selling dgn unggah kegiatan sekolahnya. Sebuah itikad yang baik, pertanyaan selanjutnya adalah apa guru-gurunya di medsos juga lakukan hal yg sama? Nah dari sini bisa diungkap dari sudut bagaimana cara menjual sekolah yang terbaik. Menjual dengan cara ‘Soft Selling’ sangat dianjurkan dalam membuat calon orang tua siswa tertarik. Sekolah bisa melakukannya lewat serangkaian kegiatan beberapa kali dalam satu tahun ajaran. Kegiatannya bisa seminar orang tua mengenai bagaimana mendidik dengan baik dan lain sebagainya, pelatihan guru yang difasilitasi oleh guru setempat yang mengundang guru guru di sekolah sekitar untuk jadi peserta. Intinya semua kegiatan yang bisa membuat orang tua siswa yang menyekolahkan anaknya merasa menyekolahkan di tempat yang tepat. Dikarenakan guru-gurunya update dengan isu terkini, tak sayang berbagi ilmu dengan sesama guru dan orang tua siswa serta sederet perasaan positif lain yang timbul karena kegiatan yang bermakna. Memang konsep soft selling dalam memasarkan sekolah mengandalkan sekali peran serta guru-guru. Soft selling akan muncul saat guru selesaikan keluhan orang tua siswa, menjadi rekan sharing orang tua siswa saat memilih sekolah dan sederet hal lain yang ada hubungannya dengan pendidikan Ujung dari semua kegiatan ini adalah komentar serta support yang positif dari orang tua siswa yang sudah ada. Ingat mereka lah agen pemasar terbaik. Pertanyannya sekarang apakah sekolah sudah cukup membuat guru guru nya mampu berbagi ilmu dan percaya diri dalam berbagi dan selesaikan masalah. Diperlukan atmosfir yang positif di sekolah hingga semua guru merasa ‘berharga’ dan diperhatikan sebagai guru sekaligus karyawan. Dengan demikian mereka jadi senang berbagi dan berpartisipasi dalam semua event marketing sebagai seorang yang profesional.
- “Teachers should be on the front lines of any marketing effort” kata Rob Norman, pakar marketing sekolah. Sudahkah kita berikan tanggung jawab yang sama pada para guru untuk ikut mendukung promosi sekolah, atau diam-diam guru bicara negatif soal sekolah di postingan medsos mereka. Sesungguhnya kualitas sebuah sekolah ditentukan oleh kualitas percakapan guru-gurunya di media sosial.
- Anda pemilik sekolah, pengurus yayasan atau kepala sekolah swasta? sudahkah anda duduk satu meja dengan semua guru, paparkan bagaimana strategi sekolah dalam menjaring calon siswa baru? atau para guru anggap persoalan marketing sekolah menjadi tanggung jawab kepsek sendirian. Di sekolah swasta sangat wajar apabila ada kesepakatan bersama bahwa banyak siswa akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan guru.
- Anda pemilik sekolah, pengurus yayasan atau kepala sekolah swasta? saatnya cantumkan di surat kontrak bagi karyawan/guru baru bahwa, ‘bersedia membantu memasarkan sekolah dgn cara mengajar dan bersikap profesional sekaligus ikut serta dalam event marketing”.
Prinsip diatas membantu anda fokus pada bagaimana melakukan promosi dengan cerdas dan efektif. Intinya adalah sebagai sebuah sekolah anda punya team pemasar (marketer) yang hebat, mereka adalah para guru. Cukup minta mereka mengajar dengan baik. profesional bermakna dan bersikap profesional di medsos maka semua barang cetakan anda untuk promosi (yang biayanya tidak murah) akan makin efektif dan efisien dalam menarik calon orang tua siswa.
Menyukai ini:
Suka Memuat...