7 cara menyeleksi guru baru lewat media sosialnya

Penekanan agar guru selalu mengangkat semangat plurasime,kesetaraan, demokrasi dsb dalam proses pembelajaran ternyatadalam keseharian di medsos tidak seperti itu. guru takut membicarakan perbedaan yang berkaitan dengan SARA. Khawatir menyebabkan salah satu pihak ada yang merasa tersinggung apabila membicarakan sesuatu yang berbau SARA.

Bukannya menyalahkan sikap seperti ini, namun sebagai pribadi yang dewasa dengan profesi yang sama dan tahu batas-batas etika diskusi, mestinya justru lebih enak dalam menyampaikan opini secara terbuka, mendiskusikannya bahkan berdebat beradu pendapat dan argumentasi serta opini.

Dari beberapa contoh kontra produktif di atas, yang paling saya herankan dan saya sayangkan serta sangat disesalkan adalah masih banyaknya teman guru yang melakukan copas artikel, istilah, gambar, konten milik orang lain (dengan penuh kebanggaan), bahkan ada juga yang gemar menyebar HOAX dan tanpa tahu bahwa itu adalah HOAX serta apaitu HOAX (Karena baru beberapa bulan pegang android yang akun WA-nya dibuatkan oleh pelayan konter).

#Mohon maaf yang sebesar-besarnya nih teman-teman guru, saya buka sedikit dapur kita

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/maarif_setyo_nugroho/guru-medsos-dan-sikap-politik_5915e033c222bd9b538300b8

images (1)

Cuplikan artikel diatas saya sarikan dari diskusi mengenai penggunaan medsos atau media sosial untuk guru. Ingatan saya langsung terbayang saat saya meminta guru di sekolah yang pernah saya pimpin untuk ‘membereskan’ media sosial nya. Itu terjadi sekitar 3 tahun lalu dari sekarang. Jauh dari situasi dimana media sosial dianggap telah terjerumus jadi ajang fitnah. Saya minta guru untuk menampilkan jati dirinya sebagai guru. Cara yang sama juga saya terapkan saat akan menyeleksi guru.

Memang ada batas antara kehidupan nyata dan kehidupan di media sosial. Namun penting bagi sekolah untuk menyeleksi guru baru dengan meminta mereka menuliskan media sosial apa saja yang mereka punyai (bukan dengan passwordnya ya) dan di cek apakah isi postingan mereka ada yang berbau atau bernuansa:

  1. Serangan SARA atau suku atau agama tertentu.
  2. Menyerang kepala negara atau kepala pemerintahan
  3. Gemar berbagi berita hoax (gemar berbagi berita tak jelas tanda bahwa orang ini malas berpikir dan mengkonfirmasi)
  4. cek juga namanya di google, tulisan dan gambar apa yang keluar saat anda mengetik nama calon guru ini.
  5. Jika ia aktif di twitter, instagram atau facebook cek siapa yang ia follow atau menjadi teman di facebook. Segera coret dari daftar kandidat jika ia memfollow akun porno dan lain sebagainya.
  6. Curhat yang berlebihan atau narsisme yang berlebihan. Jangan kaget jika sekolah anda, akan dibahas habis habisan oleh tipe guru seperti ini.
  7. Cara ia menulis komentar di wall orang lain. Apakah ia gunakan kata kata yang pantas atau cenderung mengajak ‘perang’ orang lain.

Mengapa hal diatas penting, dikarenakan di facebook anda mesti meminta guru bersangkutan menuliskan pekerjaannya apa pada kolom pekerjaan. Akan sangat membanggakan jika sekolah anda berisi guru yang tahu menempatkan diri di media sosial dikarenakan akan menjadi contoh bagi siswa. Sangat bersyukur jika ia ternyata adalah seorang yang gemar berbagi konten positif atau penulis blog pendidikan. Jika seleksi diatas ia bisa lulus maka sekolah akan tenang dikarenakan terbebas dari hiruk pikuk yang diakibatkan oleh media sosial (tuntutan hukum, perselisihan dan lain sebagainya)

 

 

 

 

Penulis: agusampurno

Mitra menuju sekolah efektif dan guru profesional

2 tanggapan untuk “7 cara menyeleksi guru baru lewat media sosialnya”

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: