Saya tanya, sikap apa yang akan kalian ambil…..Jika kamu tau ada diantara teman2mu membicarakan dengan nyinyir dan membandingkan (dibelakangmu) anakmu yang notabene memiliki nilai akademik dibawah rata2 ….Sementara kamu menerima & sangat memahami karakter anak2mu sendiri dan jujur tidak malu menyembunyikan, mengakui segala kelebihan & kekurangan mereka sebab setiap anak memiliki talenta yg berbeda sekalipun saudara sekandung, dan karena pemahaman tersebut kamu juga tidak ingin membicarakan kekurangan anak2 orang lain….. #cumananya
Di Facebook ada banyak status yang menarik, yang saya copas disini adalah jeritan hati ibu yang tidak terima atas perlakuan orang tua anak lainnya. Buat saya hal diatas terjadi karena ada beban yang ada di pundak orang tua siswa disebabkan masalah nilai akademis anaknya. Setiap pengambilan rapor guru akan menghindari berdebat dengan orang tua siswa yang kritis perihal nilai.
Di banyak sekolah ukuran kasta’ seorang siswa diukur dari nilai akademis. Sebuah hal yang sangat membuat miris. Gejala itu diperparah dengan sikap guru yang mau terima beres saja. Inginnya kalau bisa semua siswa dikelasnya lancar dan cepat menguasai pembelajaran yang diberikan. Coba lihat siswa TK saat mereka tiba di sekolah, mereka begitu rileks dikarenakan di usia emas itu yang mereka pikirkan hanyalah berkarya dan bersenang senang di sekolah tanpa khawatir berapa nilai yang akan ia dapatkan.
Apa yang bisa sekolah lakukan agar orang tua siswa bisa seimbang dalam memandang nilai atau pencapaian putra putrinya.
1. Sekolah menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan dengan cara lakukan hal sebagai berikut:
• Buat pertemuan awal tahun ajaran yang dilakukan per kelas.
• Buat buletin sekolah
• Adakan acara seminar orang tua sekali per tiga bulan. Undang orang yang berkenan berbagi dan bukan seleb atau motivator yang dibayar mahal.
2. Guru diberikan pelatihan dan pembekalan cara untuk:
• Berkomunikasi efektif dengan orang tua siswa.
• Penilaian autentik ala kurikulum 2013
• Melakukan penilaian dengan banyak variasi.
3. Kepala sekolah
• Membuat kebijakan penilaian yang autentik yang mesti dipatuhi oleh guru dan diketahui oleh orang tua siswa
• Membuat format raport yang bentuknya campuran antara nilai angka dan narasi.
• Berbicara dalam setiap rapat yang dihadiri oleh orang tua bahwa nilai adalah gabungan antara usaha siswa dan sejauh mana guru berusaha membuat siswanya paham
• Membuat sistem pengambilan rapor yang efektif, sehingga semua orang tua mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai anaknya.
• Mengharuskan guru fokus pada penggunaan teknik penilaian formatif.
Diharapkan dengan langkah diatas akan tercipta komunitas di sekolah yang menghargai usaha dan tidak semata berorientasi nilai. Saat yang sama menganggap nilai yang baik adalah konsekuensi kerja keras dan antusiasme siswa dalam mempelajari sebuah pengetahuan.