Sekolah yang efektif adalah sekolah yang menyenangkan.

DBBEWq0XoAUFyv1

Hampir semua guru inginnya menampilkan dirinya sebagai guru yang menyenangkan dan seorang praktisi profesional yang mampu menciptakan kelasnya menjadi menyenangkan. Sebuah kelas yang menyenangkan bisa dilihat dari banyaknya karya siswa yang dipajang serta manis dan ramahnya senyum guru saat mengelola siswanya. Indikator lain adalah siswa yang aktif belajar dan bertanya dan antusias ikut dalam irama pembelajaran gurunya.

Dibalik layar semua hal diatas adalah proses pengaturan agar seorang guru bisa mengajar dengan efektif di kelas. Kunci dari baiknya cara guru mengajar di kelas adalah sekolah yang efektif. Sekolah yang efektif menyandarkan dirinya pada dua hal . Aspek belajar mengajar yang mengacu pada prinsip PAIKEM (Pembelajaran aktif kreatif inovatif dan menyenangkan), sumber belajar mengajar/ sarana prasarana. serta aspek non akademis yaitu penganggaran (budgeting), komunikasi serta dukungan yang tak henti dari para pemangku kepentingan.

Dalam membuat sebuah sekolah menjadi maju dan efektif, hal yang tidak boleh dilupakan adalah kapasitas dan kemampuan kepala sekolah. seringnya sosok mereka hanya sibuk pada situasi pengaturan aspek non akademis, dan kurang berpihak menomor satukan proses belajar mengajar. Jika situasinya seperti itu maka se menyenangkannya guru menampilkan dirinya di kelas akan terhambat oleh minimnya dukungan dari pengelola. Bayangkan jika guru sudah kreatif namun terhambat oleh ketiadaan kertas untuk menghias serta kursi meja kelas yang rusak tidak pernah dilakukan penggantian.

Sekolah yang efektif berarti menomorsatukan proses belajar mengajar dengan standar tertinggi yang bisa dicapai. Setiap sekolah mulai dari titik tolak yang berbeda namun jika tujuan akhirnya adalah standar yang tinggi dalam proses belajar mengajar maka segala cara akan ditempuh. Misalnya dengan komunikasi kepada pemangku kepentingan (masyarakat dan orang tua siswa) serta memaksimalkan semua sumber. Pada akhirnya semuanya akan bermuara pada mudahnya guru untuk berganti peran dari guru yang biasa-biasa saja menjadi guru yang mengajar dengan cara menyenangkan.

3 cara memberdayakan guru yang akan pensiun

Pensiunan Guru

Ada banyak kesempatan saya bertemu dengan para guru yang akan pensiun. Selalu sebuah kesenangan bagi saya bertemu dengan senior yang merupakan pendidik berpengalaman. Merekalah generasi yang memutuskan menjadi pendidik di saat banyak yang menolak untuk menjadi guru dikarenakan minimnya gaji dan pendapatan.
Saat yang sama sekarang ini profesi pendidik sedang jadi incaran banyak orang, apalagi ditambah status yang PNS. Dikarenakan pemerintah sudah menyadari bahwa kemajuan pendidikan hanya akan bisa berjalan jika guru gurunya diperbaiki, dilatih dan disejahterakan.

Lanjutkan membaca “3 cara memberdayakan guru yang akan pensiun”

10 syarat seorang guru agar mampu jadi fasilitator pelatihan.

DFMBIR1XYAAwPyx

Menjadi guru bagi siswa berbeda dengan menjadi guru bagi orang dewasa alias fasilitator sebuah pelatihan. Untuk itu diperlukan kemampuan lebih sebagai seseorang yang mentransfer ilmu sekaligus memodelkan karakter serta ilmu yang aplikatif di ruang kelas. Sebenarnya apa perbedaan antara siswa kita di kelas sebagai pembelajar dengan orang dewasa yang menjadi pembelajar

Orang dewasa sebagai pembelajar menyukai:

• Kesempatan untuk berinteraksi dengan peserta lainnya.
• Rasa belajar sesuatu yang baru.
• Cukup waktu untuk berbicara, merefleksikan dan membangun makna.
• Presenter yang menarik, sadar akan kebutuhan peserta.
• Terlibat dan isu-isu provokatif untuk bergulat dengan.
• Berbagai perspektif.
• Tujuan yang jelas.
• Berbagai gaya presentasi.
• Lingkungan yang aman untuk mencoba gagasan kita.

Orang dewasa sebagai pembelajar tidak menyukai:

• Menjadi pasif sementara presenter sibuk menguliahi.
• PowerPoint dengan terlalu banyak kata.
• Kurangnya akses internet.
• Sebuah agenda yang penuh sesak.
• Kebutuhan fisik tidak terpenuhi
• Tidak cukup waktu untuk merefleksikan dan menginternalisasi.
• Kurangnya dukungan dan tindak lanjut.

Lanjutkan membaca “10 syarat seorang guru agar mampu jadi fasilitator pelatihan.”

Punya murid pendiam itu sungguh sebuah anugrah.

Sebagai guru, secara tidak sadar kita sering lalai jika mesti bersyukur dikarenakan punya anak pendiam di kelas.
Ada banyak salah sangka mengenai anak pendiam.
Pendiam berbeda dengan pemalu. Rasa malu adalah tentang rasa takut akan penilaian sosial.

Sementara sifat pendiam yang akan saya bahas adalah sifat introvert yang ada pada siswa kita. Introvert dan ekstrovert adalah mengenai bagaimana seorang siswa sebagai pribadi merespon stimulasi sosial. Beberapa guru bahkan khawatir mengenai masa depan si introvert dikarenakan kemampuan komunikasi mereka yang terbatas, padahal guru justru diperlukan kemampuannya untuk membimbing mereka berkomunikasi dengan efektif dan bukan sekedar memaksa mereka berbicara di depan orang banyak yang akan menjadikan siswa introverts menjadi trauma.

Bagaimana dengan siswa yang ekstrovert ? Ekstrovert biasa di sebut si anak banyak omong, cerewet, ceriwis dan lain sebagainya. Ekstrovert adalah jenis pribadi yang mendambakan stimulasi dalam jumlah besar, sedangkan para introvert merasa paling hidup dan paling aktif dan paling merasa mampu saat berada di lingkungan yang lebih tenang.

Sayangnya sekolah-sekolah dirancang terutama untuk orang-orang ekstrovert dan untuk kebutuhan para ekstrovert. Jika diamati banyak sekali ruang atau tempat yang dirancang di sekolah sebagai tempat untuk ‘bersama’ dan disitu siswa akan berdesak-desakan. Sebuah siksaan tersendiri bagi si Introvert.

Berikut ini adalah fakta mengenai sifat introvert, tentunya sambil membahas sedikit sifat kebalikannya yaitu ekstrovert

1. Guru lebih terganggu dengan anak yang berjenis kepribadian introvert, sering mereka dianggap bermasalah.
2. Guru masih merasa bahwa siswa yang ideal adalah siswa yang ekstrovert.
3. Menurut penelitian siswa yang mampu mendapatkan nilai yang lebih baik adalah para siswa yang introvert.
4. Carl Jung, psikolog yang mempopulerkan istilah ini, mengatakan bahwa tidak ada yang namanya introvert murni atau ekstrovert murni. Beberapa orang jatuh tertegun di tengah spektrum introvert / ekstrovert, dan para ahli menyebut orang-orang ini ambivert.
5. Para psikolog melihat dan meneliti kehidupan orang-orang paling kreatif, yang mengejutkan adalah orang-orang yang sangat ahli dalam mewujudkan gagasan adalah orang yang memiliki kecenderungan introvert
6. Saatnya guru tidak lagi terlalu paksakan siswa yang temannya sedikit (atau tak ada teman sama sekali) untuk mereka mencari teman. Sepanjang ia nyaman dengan situasi itu tak ada yang perlu dirisaukan
7. Gerakan literasi yang saat ini sedang ramai diterapkan sangat membantu para introverts dikarenakan mereka akan selalu rindu dan suka kegiatan membaca hening 15 menit.
8. Para ahli menemukan bahwa ekstrovert paling baik kinerja belajarnya saat di tempat yang bising, dan para introvert paling baik kinerjanya di tempat yang lebih hening.
9. Bagi para introverts, guru mesti meramu antara pekerjaan individual, kerja kelompok, dan meminta siswa melakukan lebih banyak pekerjaan secara berpasangan, dijamin para introvert dan ekstrovert dapat berkembang.
10. Gunakan teknik TPS (Think-Pair-Share) atau (Berfikir-Berpasangan-Berbagi) jika ingin optimalisasikan potensi si introverts. TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperatif, dari pada penghargaan individual.
11. Jika sekolah atau kelas anda sudah gunakan edmodo/schoology akan sangat baik untuk si introvert dikarenakan akan membuat aspirasi mereka tersalurkan. Penerapan media belajar online sangat banyak gunanya. Dikarenakan bahkan si ekstrovert pun akan berpikir dua kali untuk angkat tangan berbicara dan menjawab pertanyaan di tengah setting ruang kelas yang belum menjadi kelas yang menyenangkan (belum ramah secara intelektual).

Judul diatas adalah ajakan untuk guru mulai membagi konsentrasi dan supportnya bagi si pendiam. Nah sekarang bagaimana jika malah gurunya yang introverts? Mampukah ia mengajar dengan baik ? atau bagaimana ia mengelola siswa yang ekstroverts?

Pustakawan sebagai ujung tombak kegiatan literasi di sekolah

book

Menjadikan sebuah sekolah yang punya kedekatan yang bermakna pada buku dan bahan informasi semestinya menjadi tujuan semua pengelola dan penentu kebijakan di bidang pendidikan. Perpustakaan yang menjadi tulang punggung dari literasi sering dinomor duakan dari proses pengembangan atau pembangunan sarana prasarana sebuah sekolah. Lanjutkan membaca “Pustakawan sebagai ujung tombak kegiatan literasi di sekolah”

11 prinsip pembelajaran yang bermakna di kelas

learning-to-fish-eduwellsJika kelas yang anda asuh sudah menerapkan 11 prinsip dibawah ini maka selamat anda adalah guru profesional!. Mari kita cek sama sama

1. Guru ‘memaksa’ siswa fokus dengan teknik yang kreatif agar tercipta suasana kelas yang kondusif namun tetap dengan nuansa yang positif. Ingat kelas yang kondusif adalah kelas dimana siswa bersedia ikut alur pembelajaran guru dengan perasaan sukarela.

2. Senang mengajak siswanya melakukan brainstorming, guru bersama siswa, siswa bersama partner atau rekannya dalam satu kelompok. Kelas yang sering lakukan brainstorming memang akan terdengar ribut/berisik sesaat, namun faedahnya akan lahir siswa yang berpikiran kritis.

3. Mengaitkan terus semua kegiatan dengan aspek menulis singkat (quick writes). Misalnya siswa menuliskan refleksi bagamana mereka menjalani pembelajaran bersama anda, dua atau tiga kalimat. Dilanjutkan dengan tugas menulis yang lebih kompleks.

4. Selalu ada soal/problem menarik yang diminta guru untuk siswa pecahkan sebagai cara menarik antusiasme siswa . Semakin siswa antusias semakin menarik kelas yang anda ajar.

Lanjutkan membaca “11 prinsip pembelajaran yang bermakna di kelas”

13 ciri guru profesional

High School Students With Teacher In Class Using Laptops

Tulisan ini pertama kali dibuat 6 November 2009

1. Selalu punya energi untuk siswanya
Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap percakapan atau diskusi dengan mereka. Guru yang baik juga punya kemampuan mendengar dengan seksama.

2. Punya tujuan jelas untuk Pelajaran
Seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap pelajaran dan bekerja untuk memenuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas.

3. Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan disiplin yang efektif sehingga bisa  mempromosikan perubahan perilaku positif di dalam kelas.

4. Punya keterampilan manajemen kelas yang baik
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan manajemen kelas yang baik dan dapat memastikan perilaku siswa yang baik, saat siswa belajar dan bekerja sama secara efektif,  membiasakan menanamkan rasa hormat kepada seluruh komponen didalam kelas.
Lanjutkan membaca “13 ciri guru profesional”

4 hal yang mesti dikuasai guru profesional lulusan PPG

sm3t_angkatan_v_undana

Jika mendengar kata guru profesional, maka yang terbayang di kepala adalah sosok yang mumpuni dan kaya akan strategi dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Ia hadir sebagai sosok yang siap mencoba hal dan strategi baru dalam pelaksanaannya. Pemerintah lewat program PPG (program pengembangan profesi guru). Saya sarikan dari blog Berkat Panggabean di portal qureta mengenai PPG

(http://www.qureta.com/post/ppg-tepat-membentuk-guru-profesional)

Pendidikan Profesi Guru (PPG) menjadi solusi yang dipilih oleh pemerintah untuk meningkatkan profesionalitas guru-guru kita.

PPG berlangsung selama 1 tahun, di mana pola pendidikannya dengan sistem asrama di berbagai Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang sudah diakreditasi oleh pemerintah dan mencapai indikator-indikator yang sudah ditentukan.

Memang PPG dalam beberapa tahun ini belum dilaksanakan secara umum. PPG masih dikhususkan untuk alumni-alumni Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T) yang sudah mengadikan dirinya di daerah terdepan bangsa ini selama 1 tahun penuh. Dengan pengabdian ini pemerintah memberikan subsidi untuk para sajana muda ini mengikuti PPG guna menciptakan guru-guru muda yang memiliki visi-visi segar demi kemajuan pendidikan Indonesia.

Pelaksanaan PPG dibagi menjadi 2 semester, di mana semester I adalah Workshop pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Bahan Ajar, Model pembelajaran, Media Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Penilaian. Di mana dalam proses workshop harus ada produk yang dihasilkan dan semuanya itu akan diuji dengan pelaksanaan Peerteaching sehingga segala perangkat tersebut akan diuji apakah sudah tepat atau tidak.

Jika masih kurang tepat maka akan direvisi. Untuk semester 2 akan ada tahap Program Pengalaman Lapangan (PPL) dimana kegiatan ini dilaksanakan di sekolah-sekolah bonafit yang berada di sekitar LPTK pelaksanaan PPG tersebut. Sejalan dengan kegiatan PPL setiap peserta juga harus membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) guna evaluasi kepada peserta untuk perbaikan pelaksanaan pembelajaran berikutnya.

Setelah membuat PTK maka peserta juga harus mengikuti Ujian Tulis Nasional (UTN) sebagai pengukuran kemampuan peserta. Dalam PPG ini penilaian bukan hanya dari nilai-nilai akademik akan tetapi juga ada penilaian kehidupan berasrama.

Dari penjelasan diatas bisa dicerna bahwa sudah ada niat yang baik dan besar dari pemerintah dalam menumbuhkan bibit guru profesional. Sebutan profesional datang dari tempaan yang dahsyat di lapangan. Untuk itu dalam menciptakan guru profesional agar PPG yang dilaksanakan tidak sia sia, ia memerlukan hal-hal berikut ini

  1. Guru setelah PPG mesti diberikan kemampuan berkolaborasi. Guru yang penuh akan pengetahuan dan skill akan frustasi jika berhadapan dengan suasana kerja yang keras dan tak mau berubah. Apalagi di sekolah yang aura senior dan yunior kental terasa. Ilmu yang dipunyai lulusan PPG akan padam dan mentok oleh rasa keakuan dari para senior di sekolah tempat ia ditempatkan.
  2. PPG mesti juga menyiapkan kemampuan guru untuk berperan sebagai middle management, artinya guru yang punya pengetahuan yang banyak biasanya akan otomatis diberi peran, akan sangat berguna jika seorang guru lulusan PPG punya kemampuan menggerakkan guru lainnya. Menjadi agen perubahan dan bukan hanya kaya pengetahuan namun minim inovasi.
  3. Guru profesional bukan lagi mengenai kemampuan dan pengetahuan yang banyak dan terkini, namun guru profesional adalah sosok yang tahu kapan mengeluarkan ‘senjata’apa. Dengan demikian ia mesti dibekali kemampuan adaptasi dan pembelajaran kreatif yang tidak sesuai pakem alias menyesuaikan keadaan lingkungan.
  4. Dari penjelasan diatas guru peserta PPG belum diberikan kemampuan mengenali siswa berkebutuhan khusus. Guru yang lebih senior di lapangan akan banyak bertanya pada guru yang ia anggap lebih mumpuni mengenai kondisi anak di kelasnya utamanya jika ada anak yang ‘dicurigai’ berkebutuhan khusus. Akan sangat baik sekali jika ia menjadi temoat bertanya dari guru yang ingin tahu mengenai siswa berkebutuhan khusus.

%d blogger menyukai ini: