Paket liburan menarik untuk siswa sekolah

Saat sekolah ingin hadirkan nuansa pembelajaran yang berbeda, LDSILVER TRAVEL dengan senang hati bisa ikut mendampingi dan memberikan pengalaman baru

Study tour sangat baik membuat guru dan siswa belajar hal baru langsung di lapangan.

Selamat memilih

ldbrochure

flyerpromo1

flyerpromo2

silver2bcard1

Whatsapp / SMS : 0896-2035-1588
Email : info@ldsilvertravel.com

Pembelajaran Seumur Hidup

safe_image
#KOMPASkariersabtu, 12 Maret 2016,
Eileen Rachman & Emilia Jakob
EXPERD
CHARACTER BUILDING ASSESSMENT & TRAINING
Seorang pimpinan perusahaan begitu bangga dengan tim IT nya dan menganggap bahwa kemampuan teknologi informasi perusahaannya sudah sangat canggih dan mumpuni. Namun dalam suatu seminar, pimpinan ini terkejut, karena ternyata banyak perusahaan lain mempunyai kekuatan IT yang sama, bahkan lebih canggih. Ketika meninjau kembali manajemennya, ia baru menyadari bahwa tim IT yang merasa sudah canggih ini, ternyata tidak mempelajari sistem baru dan tidak memperbaharui pengetahuannya. Beberapa bahasa bahkan masih menggunakan versi lama. Bisakah kita bertahan bekerja dengan pengetahuan yang diperoleh lebih dari 10 tahun lalu ini? Mungkin untuk beberapa sistem yang memang sangat statis, pengetahuan ‘old school’ ini masih bisa digunakan. Tetapi menjawab tantangan dan tuntutan pasar yang semakin besar, kompleks dan tak jelas, pastinya membutuhkan pengetahuan yang paling mutakhir. Bisakah kita menjaga keingintahuan, semangat belajar, pembaruan kompetensi di lingkungan perusahaan kita, sementara kita juga perlu mengejar target dan tetap berproduksi?
Di Google, 20 % dari kegiatan perusahaan dipergunakan untuk merancang prototip baik untuk produk baru, pembenahan interior ruang atau bahkan untuk mendesain kursi taman kantor baru. Menurut Larry Page, founder Google, “Yang penting ada unsur kotak katik dalam benak karyawan, tidak hanya desain, tetapi juga mencakup implementasi, aplikasi, dan terealisasikan secara fisik”. Kegiatan ini diperlukan untuk membuat aktivitas berfikir karyawan selalu berada dalam keadaan siaga. Tidak bisa kita menganut faham penyebaran benih, ”Let a thousand flowers bloom, and we’ll see what happens” lagi. Saat ini kita selalu perlu berfikir dengan berbagai fokus, serta memperbaharui proses yang sedang berjalan. Bahkan sebenarnya kita perlu menjaga ‘sikap oposisi’ terhadap produk yang tadinya adalah ide cemerlang kita. Tuntutan belajar dalam organisasi sudah bukan main-main. Bila tidak dijaga dan dipasarkan dengan baik di internal, maka kita akan menemukan karyawan yang meskipun masih muda, tetapi berpandangan ‘jadul’, keras kepala, dan tidak percaya pada perubahan, merasa tidak bisa dan tidak mau mempelajari sesuatu dalam proses bekerjanya. Bahkan dalam organisasi yang secara teratur mengirimkan karyawannya ke luar negeri untuk meraih gelar S2 bahkan S3 pun, gejala kealotan pemikiran ini bisa tetap terjadi.
Belajar informal
Apakah pembelajaran memang sudah berganti rupa? Masih bisakah kita menyuntikkan kegiatan belajar dengan cara konvensional? Matthias Malessa, Chief Human Resources Officer Adidas, merasa pembelajaran di dalam kelas sudah tidak lagi berdampak signifikan. Ia mencari cara, bagaimana pembelajaran dapat menjadi “light, desirable, dan fun.” Matthias percaya, bahwa mengalami sendiri, melakukan kesalahan, adalah cara pembelajaran yang paling efektif. Mereka percaya bahwa 80% pembelajaran terjadi secara informal. “Corporate University’ terasa menjadi tempat belajar yang sempit untuk mengakomodir karyawan yang ingin belajar dengan santai. Itulah sebabnya Adidas, mencari cara agar belajar bisa terjadi sepanjang hari, 24/7. Bahan pembelajaran diperluas menjadi bacaan koran, video, internet, quiz-quiz, termasuk ‘sharing’ untuk mengakses sumber sumber eksternal seperti TED, You tube, blog-blog. Mereka mengikuti prinsip : MOOC’s (Massive Open Online Courses). Para karyawan yang dibesarkan oleh You Tube, Pinterest dan Instagram ini perlu dirangsang pembelajarannya melalui media media ini pula. Agenda pembelajaran menjadi agenda setiap orang dalam organisasi, tidak terkecuali para pemimpin. Pemimpinlah yang menjadi komandan dan provokator pembelajaran. Hal ini juga dilakukan oleh sebuah perusahaan kosmetik lokal di negara kita, di mana pemilik, suami-istri, anak-mantu, semua percaya bahwa belajar bisa di mana saja, kapan saja, dari siapa saja, dan dengan media apa saja. Organisasi perlu mencari cara pembelajaran yang ‘self driven’ dan ‘sexy’ bagi karyawannya, menjadikan inovasi sebagai ‘way of thinking’ sehari-hari di lingkungan pekerjaannya. Pemimpin yang menganggap pembelajaran adalan kegiatan pra atau pasca, ataupun di samping kegiatan utama, akan mengalami perlambatan yang signifikan di organisasinya.
Quantum Leap Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran perlu didesain secara seksama, dengan tujuan dan ‘dashboard’ alias parameter pengukuran keberhasilan yang jelas. Menurut para pimpinan Adidas, “Kita paling tidak, perlu melakukan ‘quantum leap” sebanyak 10 kali lipat, dan mencetak laba 10 kali lipat lebih besar. Tidak lagi mengharapkan pertumbuhan mainstream 10 % saja secara biasa”. Mengapa harus demikian? Kenyataannya dengan lompatan 10 kali lipat, kita meninggalkan kompetitor. Karyawanpun menjadi lebih ambisius, dan ingin menginspirasi satu sama lain. Atmosfir seperti ini pastinya akan menarik dan individu yang suka tantangan, rajin belajar dan gemar berpikir untuk bergabung dengan perusahaan pembelajar ini. Budaya inovasi akan terwujud nyata dalam organisasi, tidak hanya menjadi kutipan manis yang tergantung pada plakat budaya perusahaan semata. Dan di sini, pemimpin tidak memiliki pilihan lain selain berpikir ‘why not?’

 

‘Koor’ dikelas, ini 4 cara guru menghindarinya

koor

Koor di kelas yang saya maksud bukan koor paduan suara. Namun koor yang dilakukan siswa saat meneruskan apa yang guru katakan.  Misalnya saat menerangkan pelajaran IPA guru mengatakan begini, “semua mahluk hidup memerlukan oksigen untuk hiiiiii…?” dan murid akan menjawab “duuuuuupppp…”

“Ini adalah cara tradisional guru dalam meminta partisipasi siswa.”

Mengapa koor tidak dianjurkan saat guru mengajar?
• Kelas akan menjadi ribut
• Siswa tidak terlatih untuk berpikir dalam (HOTS atau High Order Thinking Skills) atau berpikir kritis

Koor di kelas bukan strategi dan itu hanyalah cara, sayangnya cara yang sudah ketinggalan jaman. Nah jika guru ingin menghindarinya seperti ini caranya

  1. Guru memulai perencanaan pengajaran dengan pertanyaan atau ‘essential question’ misalnya dalam pelajaran ini apa saja pertanyaan yang cocok diberikan. Saat anda membahas bencana alam di Indonesia berikut ini adalah pertanyaan yang bisa diajukan: ‘apa saja bencana alam yang terjadi di Indonesia?’, ‘berikan contoh bencana alam yang diakibatkan oleh ulah manusia?’ atau ‘bagaimana cara berlindung dari bencana?’. Dengan mendahulukan pertanyaan guru jadi tidak punya beban untuk menjelaskan karena pertanyaan membuat guru jadi tahu siswa mesti menguasai keterampilan atau pengetahuan apa saja
  2. Lakukan ramuan 80:20. aktivitas berjalan 80 persen dan penjelasan guru 20 persen. Jika guru menjelaskan 80 persen maka yang terjadi anda akan jadi guru yang membosankan dan cenderung berceramah panjang lebar.
  3. Latihan mesti dilakukan terus menerus dengan cara mengemukakan kalimat dengan utuh dan disesuaikan dengan tingkatan umur siswa (aspek pedagogis).
  4. Koor di kelas bisa terjadi karena tingginya waktu guru dalam menjelaskan dan guru cenderung hanya mengetahui bahwa cara terbaik mengajar adalah dengan melakukan penjelasan panjang lebar. Guru masih belum mengetahui strategi lain dalam menjelaskan. Saatnya guru belajar kembali mengenai pembelajaran dengan bekerja sama (cooperative learning)

Menjelaskan siswa dengan cara berceramah adalah hanya salah satu cara dalam meraih partisipasi siswa di kelas. Koor bukan berarti siswa anda mengerti atau setuju, koor hanya akan membuat siswa berbicara tanpa berpikir dan jauh sekali dari membuat siswa berpikir kritis.

Saatnya guru mengemukakan penjelasan kepada siswa tanpa membuat siswa membeo atau hanya tinggal meneruskan kalimat saja.

Ragam pelatihan bagi guru kreatif

tegal

karawang

Guru abad 21 itu adalah sosok yang senang meningkatkan diri. Ia adalah sosok yang dengan tekun mendengarkan penjelasan nara sumber, bahkan jika yang dikatakan nara sumber sudah ia ketahui atau bersifat teoritis. Ia dengan otomatis membuka begitu saja pikirannya ketika ia tahu bahwa ada hal yang ada hubungannya dengan ‘passion’ nya sedang diperbincangkan atau dibahas. Apalagi jika bahasannya bisa langsung ia bisa terapkan di kelas dimana ia mengajar dan menginspirasi muridnya.

Guru abad 21 adalah guru yang anggap dirinya adalah seorang pembelajar, yang menganggap alam semesta ini sebagai kelas dan setiap orang yang ia temui adalah ‘guru’ dan setiap hari adalah hari yang menyenangkan untuk belajar kembali.
Rekan pendidik berikut ini adalah rangkaian event kependidikan hanya untuk anda.

Hubungi nama dan kontak yang tertera di flyer jika ternyata cocok dengan passion anda miliki

 

12784763_1236879086327007_1754971807_n

onno

%d blogger menyukai ini: