Kelas yang kondusif, siapa guru yang tidak mau? Jika ingin jalan singkat guru akan menjadi sosok yang galak dan tegas tidak ketulungan alias bertangan besi dan cenderung menerapkan peraturan yang sifatnya satu arah.
Tulisan singkat ini akan membahas mengenai perbedaan mendasar antara Peraturan, kesepakatan dan prosedur, kesemuanya adalah hal yang akan membuat kelas menjadi tempat yang kondusif digunakan untuk belajar.
Peraturan | Kesepakatan | Prosedur | |
Proses pembuatan | Bisa kapan saja sesuai dengan kejadian atau maunya si pembuat. | Dibuat di hari pertama jam pertama di tahun ajaran baru. | Bisa merupakan hal yang sudah diketahui guru. Guru tinggal menuliskan saja sesuai dengan kelas atau usia siswa. |
Jumlah | Banyak pointnya | 5 paling banyak | Bisa berapa saja tergantung guru |
Kata-kata yang digunakan | Kata negative, seperti jangan, dilarang dan lain sebaginya | Menggunakan kata positif dan fokus pada perbuatan yang diharapkan. Daripada melarang siswa mengobrol atau bercanda saat bekerja atau mengerjakan soal dengan kata “DILARANG MENGOBROL, guru melakukan kesepakatan yang dengan kata-kata “MELAKUKAN SEMUA HAL DENGAN USAHA YANG TERBAIK “ | Kata yang menggambarkan aktivitas misalnya “TARUH BUKU PR DI RAK INI” atau “MENGETUK PINTU SEBELUM MASUK KELAS” |
Suasana saat dibuat | Kadang dalam suasana emosi karena ada kejadian tertentu. | Dibuat dalam nuansa keakraban dan niat baik guru untuk menjadikan kelasnya sebagai komunitas pembelajar | Guru bisa mengingat atau mengamati rutinitas yang terjadi |
Berguna untuk .. | Membuat kapok jika siswa melanggar karena disertai hukuman atau sangsi | Membuat siswa sadar karena jika tidak dilaksanakan, temannya akan ingatkan bahwa ia melanggar hasil kesepakatan, | Meneguhkan kebiasaan baik. Misalnya sebelum masuk berbaris dahulu atau tindakan lain yang berulang dan perlu diteguhkan menjadi seperangkat kebiasaan yang diatur oleh guru |
Siapa yang membuat | Sekolah karena kewajiban sebuah sekolah mengatur siswanya. Atau guru yang belum mengerti apa beda antara kesepakatan dan peraturan. | Guru dan siswa, bersama-sama sederajat sebagai warga dari komunitas kelas. | Guru |
Komunikasi dan jangka waktu dalam penerapannya | Jika sekolah yang membuat peraturan, sekolah akan mengingatkan saat upacara atau ceremonial lain. Jika guru yang membuat biasanya baru pada saat ada pelanggaran siswa akan diingatkan soal peraturan sekaligus diberi sangsi | Diulang-ulang dan diberi contoh sejak hari pertama oleh guru selama 6 minggu pertama. Guru di miinggu-minggu tersebut akan sibuk ingatkan dan memberi peringatan berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat. | Hampir sama seperti kesepakatan |
Sifat penerapan | Memaksa | Memaksa secara halus | memaksa |
Lingkup penerapan | Sekolah atau kelas | Kelas | Kelas atau sekolah |
Siapa yang terkena/ditujukan pada siapa | Siswa | Guru dan siswa | siswa |
siswa melihat dan membacanya di … | Buku penghubung atau di papan besar, di lobby sekolah atau di kelas | Di kelas dan dihias oleh siswa | Tersebar di titik dimana prosedur biasa dilaksanakan. |
Bagaimana jika siswa melanggar | Sangsi oleh sekolah atau guru | Sangsi sosial dari teman karena jika melanggar haknya akan dikurangi. | Guru mengingatkan |
PERATURAN KESEPAKATAN LEBIH BAIK DRPD PERATURAN YG DIBUAT HANYA OLEH SEKOLAH , TAPI MUNGKIN BISA DLAKUKAN DI JENJANG SMP D SMA , UNTUK JENJANG SD MGKIN BELUM BISA KRNA SISWA SD MASIH PERLU BANYAK BIMBINGAN UNTUK MERUMUSKAN PERATURAN TSB , TAPI KALIMAT DALAM MEMBUAT PERATURAN PERLU DIUNGKAPKAN DENGAN KATA YANG MENYENTUH SEHINGGA ANAK / SISWA DENGAN PENUH KESADARAN MENTAATI PERATURAN TSBT.
saya rasa murid SD sudah bisa mengerti kesepakatan, karena murid saya di PG & TK sudah sangat mengerti apa itu kesepakatan dibandingkan Peraturan dan Prosedur, mereka sangat menikmati kesepakatan mereka karena kesepakatan terdiri dari persetujuan dari kedua belah pihak yang dimana konsekuensi yang diberikan disetujui oleh murid dan hasilnya sangat luar biasa 🙂
karena sebenarnya MURID adalah Guru kita. selamat mencoba 😉
Super sekali komentarnya, terima kasih banyak. Dengan kesepakatan murid dan guru ada dalam posisi sejajar dalam menciptakan kelas kondusif