Guru senior adalah ukuran kriteria bagi guru yang sudah lebih dari 15 tahun mengajar atau bahkan lebih. Dengan pengalaman yang banyak mestinya sosok guru senior bisa menjadi motor perubahan.
Ada dua jenis guru senior:
1. Ada guru senior yang hebat dan menginspirasi dengan pemikirannya yang terbuka dan pengalamannya yang banyak bisa membuat sesama guru terpacu dan makin mencintai dunia pendidikan. Ia adalah sosok yang sabar dan tetap mau mencoba hal yang baru. Ia tidak mentang mentang sudah senior. Saat diskusi dengan orang yang lebih muda ia sabar mendengarkan dan tidak terburu sampaikan bahwa dulu begini dan dulu begitu.
2. Guru senior yang selalu berucap ‘buat apa saya belajar dan bekerja keras dalam mengajar toh saya sudah mau pensiun’ atau ‘belajar kembali hanya untuk guru yunior saja’. Jika ada ide baru ia akan menentang dan menyampaikan bahwa ide tersebut tidak dikenal di sekolah itu sebelumnya.
Beberapa kesalahan sekolah sebagai lembaga terhadap pengelolaan guru senior ini antara lain:
1. Mengangkat mereka sebagai pemimpin hanya karena lama pengalaman bekerja atau senioritas tanpa melihat profesionalitas dan kemampuan.
2. Membiarkan mereka menjadi ‘racun’ bagi guru lainnya dengan perkataan negatif dan omongan di belakang terhadap sekolah.
3. Mengangkat pemimpin yang tidak bisa atau segan untuk menegur jika guru senior ada kesalahan.
4. Mengirim guru guru senior ke pelatihan atau seminar, tanpa pernah menagih mereka untuk berbagi kepada guru lainnya.
Untuk itu sekolah perlu melakukan hal berikut agar guru senior tetap bisa menjadi agen perubahan:
1. Membuat sistem standar sikap sebagai guru profesional. Semacam peraturan (kode etik) yang mengatur bagaimana seorang guru (senior dan yunior) mesti bersikap.
2. Memasangkan guru senior dan guru yunior dalam satu tim agar terjadi alih pengetahuan.
3. Kepala sekolah tampil sebagai sosok yang menghormati guru senior sekaligus tegas dan bersedia membantu terhadap hal yang menjadi kekurangan sikap atau pembawaan dalam guru senior bekerja.
4. Memberikan ‘panggung’ pada guru senior untuk berkiprah dan memimpin dalam event dan kesempatan tertentu di sekolah.
5. Membuat database pelatihan dan kompetensi. Siapa guru yang bisa melakukan kebisaan ini dan itu. Buat situasi guru saling menularkan ilmu.
Jika masih terjadi juga hal-hal yang merusak hubungan kerja atau nuansa pekerjaan karena sikap dari guru senior ini, sekolah bisa melakukan:
1. Menawarkan mereka pensiun dini, sekolah bisa lakukan dengan setengah memaksa, dengan alasan sudah tidak ada lagi posisi untuk mereka.
2. Tidak memberikan posisi untuk mereka di awal tahun ajaran sampai sikap mereka berubah dan mau bekerja sama.
Tentunya tahap diatas adalah tahap dimana kondisi sudah sedemikian tidak konstruktifnya. Sekolah perlu menyimpan semua bukti atau saksi dengan demikian sekolah tetap bisa adil dalam mengelola guru senior sekaligus tetap menghargai sumbangsih yang sudah guru senior berikan terhadap sekolah.
Dengan demikian sekolah tetap punya atmosfir suasana kerja yang sehat dimana guru yunior dan senior saling bahu membahu bekerja demi siswa.