Pernah mendengar istilah jagoan atau macan di kandang sendiri? Istilah diatas merujuk pada individu yang hanya sibuk berkarya dan jadi orang yang tenar, ngetop atau ahli di lingkungannya (di yayasan atau sekolahnya sendiri). Apakah hal itu salah? Tidak juga, semua orang punya pilihannya sendiri. Namun lain cerita jika kita sudah bicara mengenai kontribusi atau sumbangan apa yang sudah kita berikan pada masyarakat.
Sebagai contoh, ada seorang guru yang bekerja lebih dari 10 tahun di sekolah yang bagus dan mahal. Berbagai pelatihan dalam dan luar negeri telah diikutinya. Ilmunya mumpuni banyak dan canggih. Teori pendidikannya terkini dan tahu perkembangan terbaru. Cara mengajarnya mantap dan bisa dicontoh. Di sekolahnya tempat ia mengajar namanya kokoh berkibar. Kalau orang sebut namanya di sekolahnya sendiri, orang akan jeri, takut dan segan. Karena ia orang lama, senior dan tegas dan keras kepada sesama guru di lingkungan sekolahnya sendiri. Bahkan kepala sekolah pun segan, maklum kepala sekolah kalah senior. Tahun ke tahun pekerjaannya menjadi rutin bahkan bisa dilaksanakan tanpa pikiran dan usaha yang keras.
Jika anda masuk atau hampir mirip dengan kriteria ilustrasi diatas. mari kembali ke soal kontribusi setiap individu kepada masyarakat dan negaranya. Bayangkan jika rekan guru yang menjadi ilustrasi diatas bersedia berbagi pengetahuan, keterampilan dan inspirasi dengan sesama guru. Sebuah hal yang sebenarnya semua orang bisa lakukan karena mudah dan ‘rewarding’.
Lanjutkan membaca “4 langkah mudah jika seorang guru ingin jadi pembicara”