
Model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Diambil dari situs Pak Akhmad Sudrajat
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning-teknik-jigsaw/
Beberapa hal yang mesti diwaspadai dalam penerapan strategi ini
- Tingkat kecepatan belajar siswa.
Guru perlu pastikan bahwa siswa sudah dibagi menjadi siswa yang
- Fast learner (pembelajar yang cepat dan dianggap bisa)
- Average atau Medium learner (Pembelajar yang dianggap sedang kemampuannya dan perlu bimbingan guru sekali-sekali)
- Slow learner (pembelajar yang sangat perlu didampingi)
- Siswa yang slow learner
Guru mendampingi dengan baik siswa yang slow learner.
Hal ini penting mengingat dalam pembelajaran dengan gunakan startegi kooperative learning jenis jigsaw semua siswa akan menjadi ahli. Sebuah hal yang akan menjadi tantangan yang sangat berat bagi siswa yang slow learner. Bagi siswa ini guru mesti berikan bahan yang lengkap dan pendampingan . Saat guru berkeliling kelas pastikan siswa tipe ini sudah menguasai hal yang akan ia diskusikan dengan kelompok ahli tempat ia akan berdiskusi
- Pemahaman siswa.
Guru lakukan formative assessment untuk mengecek selalu pemahaman siswa. Berdasarkan pengalaman, strategi jigsaw hanya akan efektif jika 80 persen siswa sudah menguasai konsep pembelajaran yang guru berikan. Jika masih ada siswa yang belum jelas maka suasana pembelajaran akan tidak kondusif
- Tambahan bahan belajar.
Jika seorang siswa diminta menjadi ahli, guru mesti beri tambahan sumber belajar yang bisa membuat ‘sekelompok ahli’ menjadi semakin paham. Bahannya bisa berupa video sampai guntingan artikel, jika waktunya cukup minta mereka yang mencari, atau guru yang memberikan alamat situs untuk mereka kunjungi.
- Kemampuan komunikasi
Seorang ahli adalah seorang yang mampu berkomunikasi, ia mesti tahu cara menyampaikan, bersedia mendengar jika ada tanggapan dan sabar dalam melayani pertanyaan. Guru mesti sepakati hal ini di awal-awal dengan siswa, dengan demikian siswa tahu cara bersikap sebagai ahli yang ‘matang’ dan ‘mumpuni’ dalam hal komunikasi.