Bicara konflik adalah hal yang biasa yg terjadi di sekolah. Setiap saat konflik bisa timbul. Namun mari kita menyederhanakan semua dalam konteks ketiadaan atau kurangnya komunikasi. Konflik apa saja yang biasa dan bisa terjadi di sekolah dan berikut ini jawaban singkatnya
1. Konflik antara orang tua siswa dan guru
- cara komunikasi guru yang kurang baik dan profesional-
- guru berbuat kasar dan menyakiti lahir atau perasaan siswa
- orang tua siswa langsung mengadukan guru ke kepala sekolah dan yayasan tanpa sepengetahuan guru yang bersangkutan
- guru berbisnis atau meminjam uang pada orang tua
- guru kurang komunikatif dan menunggu masalah menjadi besar, sehingga orang tua marah dan frustasi.
2. Konflik guru dengan yayasan di sekolah swasta
- guru merasa yayasan tidak menghargai kerja keras guru di kelas
- guru merasa yayasan terlalu keras atau kejam kepada guru
- guru merasa jika ada kesalahan dirinya langsung dicap buruk
- yayasan merasa guru mau enaknya saja dan tidak mengerti kesulitan yayasan
3. Konflik guru dengan kepala sekolah
- kepsek dianggap terlalu berorientasi pada uang
- kepsek dianggap guru mau menang sendiri dan cenderung tidak mau disalahkan
- kepsek pilih kasih dan cenderung takut dengan guru yang kebetulan lebih senior
- kepsek senang mengatas namakan ide gurunya, dianggap sebagai idenya sendiri
- di depan orang tua murid guru merasa tidak dibela dan malah disalahkan oleh kepala sekolah
- guru merasa kepala sekolah kurang kapabel dalam bidang pengajaran dan pendidikan
Tiga konflik diatas bisa diatasi dengan
- sistem komunikasi yang baik dalam internal sekolah (email dan lain sebagainya)
- rapat yang rutin dan efektif, mingguan, bulanan atau per semester
- yayasan tidak boleh atau terlarang utk langsung menegur guru – guru dilarang terlalu akrab dengan orang tua siswa (diperlukan kedewasaan dalam hal ini)
- semua pihak mau meminta maaf jika salah dan mau belajar – sekolah punya sistem kepegawaian yang jelas adil dan profesional
Reblogged this on Firmanbiologi's Blog.
Di sekolah kami konflik guru dengan yayasan tak pernah kunjung reda. Efeknya banyak guru keluar masuk. Tapi yayasan seperti tak mau disalahkan, mereka menganggap guru keluar hanyalah soal pilihan.
Saya yang menyaksikan hal ini setiap tahun akhirnya jenuh juga pak, dan memutuskan untuk hijrah.