Seminar TIK di Ponpes Mahirul Hikam Jateng bersama Djalaludin Pane Foundation

Bpk Hendra Yudha sedang menyemangati para peserta yang hadir

Minat para pendidik dan mubalig di sejumlah daerah untuk mempelajari Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) hingga saat ini masih terbilang tinggi. Hal ini sebagaimana terlihat dalam acara Seminar TIK bagi guru dan mubalig di Pondok Pesantren Mahirul Hikam As-Salafi Semarang (31/5/2014).

Lebih dari 200-an peserta hadir memenuhi ruang seminar di kompleks pesantren yang terletak di Payudan, Dusun Talok, Desa Kenteng, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang ini. Seminar TIK sendiri diselenggarakan oleh Djalaluddin Pane Foundation (DPF) bekerja sama dengan pihak pondok pesantren.

Pengasuh Pondok Pesantren Mahirul Hikam, KH. M. Thoha dalam sambutannya menyatakan, pihaknya menyambut baik diadakannya seminar TIK, apalagi pesantren yang diasuhnya itu memang tengah mengembangkan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan program TIK. Selain itu, dia berpandangan bahwa komputer di masa sekarang menjadi gerbang ilmu dan pengetahuan. “Apalagi, komputer ini jujur. Lebih jujur ketimbang manusia. Kalau salah ya salah, benar ya benar,” demikian dia mengilustrasikan betapa penting penguasaan terhadap ilmu komputer.

Lanjutkan membaca “Seminar TIK di Ponpes Mahirul Hikam Jateng bersama Djalaludin Pane Foundation”

Begini cara sekolah lakukan penerapan kurikulum 2013 dan mengiringi guru untuk mau berubah

Sekolah saat ini punya status yang baru sebagai komunitas pembelajar. Situasi yang ada sekarang bukan lagi yang tahu (guru) mengajar yang tidak tahu (murid). Namun lebih kepada yang tahu (guru) mengajarkan sesuatu mulai dari hal yang diketahui oleh siswanya. Teori ini biasa disebut konstruktivisme.   Penerapan kurikulum 2013 hampir pasti akan sampai ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.

Jika sekolah anda ingin sukses menerapkan hal yang baru ini, berikut ini hal yang mesti diupayakan.

Mental guru yang perlu ditumbuhkan

  • guru mempunyai mental pembelajar dan adaptif terhadap perubahan
  • tidak ada guru senior dan guru yunior, semua guru sama kedudukannya dihadapan ilmu yang baru atau perubahan yang baru.
  • guru mesti punya sikap untuk mendahulukan kepentingan muridnya, dengan demikian ia mau berubah, belajar kembali serta siap bekerja sama dengan guru lain sepanjang akan mempermudah ia dalam menjalani perubahan yang terjadi di sekitarnya sebagai pendidik profesional

Mental guru yang perlu dihilangkan

  • mengajar tanpa persiapan
  • malas bekerja sama dengan guru lain dan menganggap guru lain lebih pintar, lebih ‘hijau’ atau sederet lagi prasangka yang ada di kepala mengenai label negatif pada sesama guru.
  • senangnya yang mudah-mudah saja dan tidak mau ambil resiko, misalnya maunya hanya andalkan buku teks tanpa mau merencanakan pembelajaran.

Hal yang mesti dilakukan oleh kepala sekolah

  • mengatur waktu rapat menjadi kapan rapat seluruh guru dan kapan rapat antar departemen atau kelas paralel. dengan demikian guru difasilitasi dengan meeting yang efektif
  • mengatur anggaran dan budget agar sekolah mampu membiayai kreativitas guru sebagai dampak positif dari peerapan kurikulum 2013
  • membuat komite kurikulum yang bertugas mengatur rapat rutin demi menciptakan kurikulum yang berbasis sekolah. Anggota dari komite ini terdiri dari guru-guru yang mempunyai minat terhadap matematika, bahasa Indonesia, IPA, IPS dan lainnya

Standar dalam kurikulum 2013 adalah standar minimum yang bisa digunakan dari sabang sampai merauke. Melihat kenyataan tersebut terbukalah peluang bagi tiap sekolah untuk memaksimalkannya dengan aktivitas pembelajaran yang kreatif dan bemakna

Selamat mencoba dan menerapkan

Tips bagi sekolah yang ingin menerapkan Kurikulum 2013

 

Gambar

Menerapkan hal yang baru mesti ada tantangannya. Termasuk menerapkan kurikulum 2013, pemerintah dalam hal ini sebagai penentu dan pelaksanaan kebijakan sudah melakukan pelatihan 52 jam secara bergilir kepada guru-guru demi terlaksananya penerapan kurikulum 2013. Tidak itu saja, kepala sekolah pun mesti alami 72 jam pelatihan.

Namun bila sekolah anda belum termasuk yang terpilih atau sudah terpilih namun belum semua, apa yang mesti anda lakukan sebagai kepala sekolah atau pengelola sekolah. Dibawah ini hal yang menjadi pertanyaan mengenai kurikulum 2013 dari sisi guru sebagai pengguna

1. Bagaimana pengembangan materi pelajaran yang kontekstual dan bagaimana penerapan strategi/metode pembelajaran yang berbasis saintifik?

Tips nya

Guru mesti dibekali dengan ketrampilan bagaimana agar membuat siswa mampu bekerja sama lewat pembelajaran yang memunculkan kreativitas.

Kemampuan kreativitas diperoleh melalui:

  • Observing [mengamati]
  • Questioning [menanya]
  • Associating [menalar]
  • Experimenting [mencoba]
  • Networking [Membentuk jejaring]

Cara terbaik adalah guru diminta untuk membuat perencanaan pembelajaran dengan sistem kolegial atau bekerja sama dengan satu team. Dengan demikian di tiap team misalnya team kelas 1 atau kelas 3 mesti ada yang sudah ikut pelatihan kurikulum 2013. Kepala sekolah atau wakil bidang kurikulum juga bisa melakuan mentoring menemani tiap team dalam membuat perangkat pembelajarannya atau jika di SMP dan SMA menemani tiap faculty atau departemen dalam rangka pembuatan perangkat.  Silahkan menganalisa lewat teori Kate Murdoch mengenai Inquiry based learning

GambarGambarGambarGambar

2. Bagaimana melakukan penerapan teknik penilaian autentik dan apa saja jenis instrumennya
Penjelasan:
Penilaian autentik adalah sekolah menggunakan penilaian formatif dan sumatif dan sekuat tenaga menyeimbangkan antara keduanya.
Penilaian formatif dilakukan selama pembelajaran berlangsung, guru melakukan ulasan dan observasi di ruang kelas. Guru menggunakan penilaian formatif dan umpan balik siswa untuk meningkatkan metode pembelajaran selama proses belajar mengajar.
Penilaian sumatif biasanya digunakan untuk mengevaluasi efektivitas program dan layanan instruksional pada akhir bab atau unit tematik atau pada waktu yang telah ditentukan. Tujuan dari penilaian sumatif adalah untuk membuat penilaian kompetensi siswa setelah fase pembelajaran selesai.

Contoh penilaian autentik:

Penilaian Formatif

Catatan anekdotal siswa,  Kuis dan esai, diagnostik tes, Guru mewawancarai siswa, Role play, guru lakukan Observasi dan Siswa mengevaluasi diri sendiri

Penilaian sumatif
Tes akhir semester, Proyek Pribadi siswa, Presentasi lisan, Pameran siswa, Esay, Tugas Performance / proyek dan Debat

Gambar

 

Cek latar belakang guru sebelum merekrut (Agus Sampurno di Okezone.com)

JAKARTA – Kasus-kasus pelecehan seksual yang dilakukan guru terhadap murid membuat wajah pendidikan Indonesia coreng-moreng. Sekolah terbukti lalai karena mereka sampai “kecolongan” sedemikian rupa. Citra guru sebagai pendidik pun dipertanyakan. Bahkan, Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Prof. Bedjo Sujanto menyebut, integritas guru sudah hancur. Sejatinya, guru harus mempertahankan integritas dan etikanya sebagai tokoh panutan. Penilaian integritas dan penegakkan etika ini sendiri dimulai sejak proses penyeleksian calon guru di suatu institusi pendidikan. Menurut Kepala Sekolah Ananda Islamic School Agus Sampurno, di luar negeri ada daftar orang bermasalah (shame list). Pihak tertentu yang berkepentingan merekrut karyawan bisa merujuk daftar tersebut untuk mengecek latar belakang orang yang akan dipekerjakannya. “Tetapi di Indonesia kan tidak ada. Jadi yang bisa saya lakukan adalah melacak pekerjaannya terdahulu dan bertanya mengapa calon pegawai saya keluar dari kantor sebelumnya. Jika saya merasa orang ini perlu ditelusuri, maka akan saya telepon mantan atasannya untuk memastikan kualitas si kandidat,” papar Agus, ketika berbincang dengan Okezone, Jumat (16/5/2014). Selain mengecek latar belakang, Agus juga menekankan pentingnya rasa (sense) untuk mencermati seseorang. Dengan demikian, kita bisa menindaklanjuti kecurigaan yang mungkin timbul pada orang tersebut. Tidak hanya itu, pegiat guru kreatif ini juga merancang kebijakan pedoman perilaku yang mengikat para guru di sekolahnya. Aturan itu menunjukkan perilaku apa saja yang dibolehkan dan dilarang antara guru dengan sesama guru dan guru dengan murid. “Pedoman ini penting. Pasalnya, saat ini masyarakat Indonesia sedang mengalami banyak kegamangan. Kegiatan memeluk anak, misalnya, bisa jadi dianggap biasa bagi sebagian orang. Namun, bagi orang lain, tindakan tersebut bisa jadi dianggap sebagai gangguan atau pelecehan,” ujar Agus. (rfa)

Apa yang siswa inginkan dari gurunya?

image

1. Melibatkan mereka
Caranya? Lakukan dengan senyum dan sapaan hangat tiap pagi saat bertemu. Tanyakan pada mereka apa perasaan nya hari ini.

2. Tantang mereka
Caranya? Buat mereka berpikir dengan membuat games atau tugas yang seru. Jangan ada lagi LKS yang abal abal

3. Mencintai apa adanya
Caranya? Selalu punya standar yg tinggi pada siswa. Saat yg sama mau ngerti dan bersabar atas kondisi dan kemampuan mereka

4. Percaya pada mereka
Caranya? Stop berprasangka. Siswa sebenarnya gampang dan mudah untuk berubah. Hanya saja gurunya lah yang kadang meneruskan cap negatif yang didapat murid tsb dari guru sebelumnya.

%d blogger menyukai ini: