*Foto-foto dari Fb Bpk Iwan Sumantri Guru Era baru dari Sukabumi
Entrepreneur / wirausahawan sering difahami dalam pengertian yang sempit, yaitu orang yang mampu menghasilkan uang untuk dirinya atau perusahaannya. Padahal entrepreneur memiliki arti yang sangat luas yaitu seseorang yang mamiliki kecerdasan menangkap peluang meningkatkan nilai tambah sumber daya yang ada menjadi sumber daya atau produk yang kompetitif.
Seorang kepala desa yang mampu meningkatkan gairah kerja warganya sehingga produktivitasnya meningkat bisa disebut sebagai seorang entrepreneur. Meskipun tidak secara langsung kepala desa tersebut memperoleh keuntungan finansial. Demikian pula seorang guru yang mampu memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya, dimiliki oleh sekolahnya, atau lingkungannya untuk membuat pembelajaran yang menarik dan bermakna adalah seorang entrepreneur. Meskipun belum tentu guru tersebut mendapatkan keungtungan finansial secara langsung.
Dengan pengertian ini maka ada presiden yang seorang entrepreneur, ada gubernur yang seorang entrepreneur, ada walikota yang memiliki entrepreneur. Jiwa entrepreneur harus ada di dada setiap manusia. Sehingga apayang ia usahakan akan selalu berdampak positif bagi dirinya hingga bagi lingkungannya.
Dengan kurikulum 2013, pemerintah menghendaki lahirnya entrepreneur-entrepreneur di segala bidang sesuai posisi atau kedudukan siswa kelak. Untuk itu guru sebagai agen perubahan haruslah orang pertama yang mampu menumbuhkan jiwa entrepreneur dalam dirinya. Dengan demikian, ia akan mampu mendidik, melatih, dan menjadi teladan seorang entrepreneur yang sukses.
Oleh karena itu SMA Pesantren Unggul Al Bayan mengadakan seminar pendidikan, “Membangun Jiwa Entrepreneur Guru dalam Menyiapkan Ketrampilan Abad 21”. Seminar yang merupakan rangkaian acara tahunan Science Team Competition (STC) yang ke-8 ini menghadirkan seorang guru kreatif, Agus Sampurno @gurukreatif. Seorang guru muda yang telah membuktikan diri sebagai seorang guru yang entrepreneur. Ia mampu memanfaatkan sumber daya yang ada untuk membangun kelas dan menginspirasi rekan sesama guru di Indonesia melalui twitter dan blognya.
Pada awalnya ia tidak pernah mengira bahwa apa yang diusahakan itu diminati orang lain dan akhirnyapun ia menikmati keuntungan secara finansial. Dalam seminarnya ia membuka dengan ketrampilan yang diperlukan oleh anak didik kelak. Perlunya perubahan paradigma dalam pembelajaran, tidak lagi materi minded tetapi kompetensi. Karena bisa jadi apa yang saat ini diminati kelak sudah tidak ada lagi. Sebagai contoh, kemajuan teknologi telah menghapus kaset dari dunia industri musik, berubah menjadi MP3.
Agus Sampurno, memperlihatkan trik-trik kecil untuk menjadikan kelas dinamis hanya dengan selembar kertas. Dia mengajak guru memanfaatkan media yang ada seperti twitter, facebook, blog, atau jejaring sosial lainnya untuk saling bekerja-sama. Kerjasama yang tidak terbatas waktu dan tempat, sehingga muncul inovasi-inovasi dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
Tidak terasa waktu 1,5 jam berlalu, para peserta yang terdiri-dari guru-guru pendamping siswa dalam lomba STC dan guru-guru kewirausahaan di SMA pelaksana kurikulum 2013 ini asyik mengikuti ritme seminar yang dinamis. Beberapa kali pembicara memberikan ice breaker ringan sekaligus mengajarkan bagaimana mengelola kelas. Seminar ini dimoderatori oleh Drs. H. Heriyanto, M.Pd. Kepala sekolah SMA PU Al Bayan, seorang kepala sekolah berprestasi.
Dalam akhir seminarnya, Agus Sampurno mengingatkan bahwa apa yang kita lakukan sekarang barangkali terasa tidak ada apa-apanya. Tetapi dia menyakinkan bahwa apa yang dilakukannya dulu juga seperti tidak ada artinya. Dia menutup presentasinya dengan quote, “The Expert in Anything was Once a Beginner”.
Sumber: