“iya..tapi kan mereka guru yang semestinya…………….!”
Saat saya membuat tulisan ini terkenang diskusi dengan beberapa rekan yang mengelola atau menjadi pemilik yayasan sebuah sekolah, bahwa sulit sekali mengatur guru. Sebagai individu profesional sudah selayaknya guru mudah dan menerima untuk diatur. Walaupun demikian memang satu kaki profesi guru ada pada level yang dianggap ‘mumpuni’. Sehingga sebelum manajemen sebuah sekolah ingin mengatur, belum-belum para pengelola itu akan berkata, “iya..tapi kan mereka guru yang semestinya…………….!”
Guru juga manusia, mereka perlu diingatkan jika salah, senang dipuji, dihargai dan dilihat usahanya untuk jadi yang terbaik semampu mereka.
Guru apakah karyawan atau pendidik?
jawaban saya dua-duanya. Pada lingkungan pekerjaan yang membutuhkan kompetensi dan presisi tinggi seperti di pabrik, seorang karyawan yang salah atau keliru dalam bekerja akan langsung mendapatkan sangsi dan hukuman. Sementara di sekolah? saya yakin hal tadi tidak akan terjadi.
Dunia sekolah adalah lingkungan dimana setiap individu berlomba menjadi contoh yang baik. Kepala sekolah memperlakukan guru dengan hormat, sebagai mitra kerja dan cenderung selalu berprasangka baik sambil terus dibina potensinya. Karena seperti itulah sekolah melalui kepala sekolah berharap agar guru melakukan hal yang sama pada siswanya. Bayangkan jika hal itu terjadi, di sekolah akan terbentuk budaya positif dan saling menghargai.
“Tapi kan di setiap sekolah selalu ada guru yang bandel dan keras kepala?”