Kurikulum 2013 perlu banyak pelatihan guru yang bermakna

Kurikulum 2013 hampir pasti akan diterapkan. Mengharapkan pemerintah dan diknas saja untuk melatih guru sepertinya tidak adil mengingat begitu luasnya jangkauan area wilayah Indonesia.

Ada baiknya sekolah melakukan sendiri pelatihan yang berorientasi pada perubahan paradigma guru yang berlanjut pada penyebaran praktek terbaik di sekolah. Untuk itu penting kiranya jadikan sekolah sebagai komunitas.

Untuk itu jadi tidaknya diterapkan kurikulum 2013 tidak jadi soal yang terpenting sekolah jadi sadar artinya pelatihan guru yang berkesinambungan.

Buat saya pelatihan guru yang baik dan bermakna mempunyai syarat sebagai berikut,serta

1. Bernuansa workshop jika pesertanya kurang dari 60 orang (8 jam)
2. Bernuansa seminar jika pesertanya lebih dari 60 orang (3 jam)
3. Definisi workshop adalah guru berperan aktif dan suasana pelatihan bersifat partisipatif. Ada seorang fasilitator yang memandu prosesnya. Guru dianggap orang dewasa yang punya pengalaman dan bisa menginspirasi guru lain.
4. Definisi seminar adalah hadirnya seorang narasumber yang sifatnya membuka wawasan dan cakrawala berpikir guru yang hadir.

Topik yang bisa dibahas bisa bermacam-macam, guru bisa dimintakan pendapatnya lewat angket. Caranya minta mereka mengisi pertanyaan mengenai topik apa yang ingin mereka dalami sebagai guru. Topik pelatihan guru bisa dibagi dalam beberapa tema besar seperti:

– manajemen kelas (pengelolaan perilaku sampai bagaimana memotivasi siswa)
– kurikulum (pemetaan dan pembagiannya selama satu tahun penuh)
– strategi, metode dan model belajar (supaya guru punya banyak metode dan cara pendekatan dalam belajar)
– penilaian (bagaimana supaya guru mahir dan adil dalam menilai siswa)
– profesionalisme (pembekalan agar guru selalu siap berubah dan bersedia jadi individu yang senang belajar)
– penggunaan teknologi dalam pembelajaran (pelatihan langsung praktek cara menggunakan internet dan komputer dalam proses belajar)
– coaching dan mentoring (khusus bagi guru baru dan guru senior yang akan membimbing guru yunior)

Kesemua topik diupayakan supaya guru semakin yakin dan percaya diri dalam mengajar. Guru yang percaya diri bahwa percaya kurikulum boleh berubah, namun ia percaya bahwa dengan dirinya ada dalam komunitas pembelajar maka perubahan itu bisa diatasi

Kurikulum 2013 saatnya sekolah dan guru berubah

Perhatikan jam pelajaran mana yang berubah dan jam pelajarannya

Dalam kurikulum 2013 di sekolah dasar sebenarnya pelajaran IPA dan IPS tetap ada, hanya saja kompetensi dasar kedua mata pelajaran tersebut masuk ke dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Pada awal pemberitaan mengenai dibuatnya kurikulum 2013 beberapa waktu yang lalu, pers mem’blow up’ bahwa pemerintah menghilangkan pelajaran sains pada sekolah dasar, padahal ungkapan yang tepat seharusnya adalah mengintegrasikan.

Kurikulum 2013 benar-benar merupakan penafsiran Diknas terhadap perubahan dunia ke masa depan. Tugas pemerintah memang memberikan arahan lewat kompetensi dasar yang ada di kurikulum 2013, sedangkan tugas guru adalah mengajarkan dengan cara yang kreatif.

Ingatlah kembali dulu saat KTSP pertama kali diterapkan, semua guru terbelalak oleh istilah-istilah yang ruwet, semoga hal itu tidak terjadi di kurikulum 2013. Kini saatnya sekolah-sekolah di Indonesia untuk berproses. Sekolah-sekolah yang punya budaya ‘Komunitas belajar’ akan mampu menghadapi kurikulum 2013 dengan kepala tegak.

Tiap perubahan pasti membawa guncangan, kini saatnya sekolah-sekolah menolong guru-gurunya mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan baik. Sekolah sebagai komunitas belajar, akan meminta guru-gurunya untuk mengkaji kurikulum 2013 sekaligus meminta mereka bersikap fleksibel.

Perubahan yang paling mendasar sebenarnya adalah bagaimana cara melatih guru-guru mengaplikasikan kurikulum 2013. Tips dan trik serta strategi cara menggunakan kurikulum 2013 adalah yang lebih diperlukan oleh guru. Bagi guru yang gemar menjadikan buku teks sebagai satu-satunya sumber belajar, maka baginya kurikulum 2013 akan terasa sama maknanya dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya.

Kurikulum 2013 terbuka untuk disiasati. Guru perlu belajar mengembangkan kurikulum 2013 dengan cara mengembangkan indikator-indikator yang ada menjadi kegiatan yang bermakna. Hampir pasti bisa ditebak, kegiatan pertama ditahun ajaran disekolah-sekolah adalah mereview standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada di kurikulum 2013.

Kompetensi guru professional adalah gabungan dari empat aspek, yaitu; komunikator, kurikulum, strategi belajar, dan assessment yang jitu. Kelas yang baik bukan cuma dilhat dari urusan kurikulum, sumber belajar, dan fasilitas, tapi juga hubungan antar manusianya. Mengajar sesuai dengan kurikulum memang penting, apalagi jika ditambah dengan guru yang mau melakukan eksplorasi terhadap kurikulum 2013. Kurikulum 2013 berguna sebagai peta, kreativitas guru adalah energy untuk menapakinya.

Tugas guru ajarkan siswa sesuai target kurikulum, sambil mempersiapkan mereka dengan ketrampilan hidup. Kurikulum yang padat membuat guru merasa berharga tapi setelah itu kebingungan sendiri, semoga pada kurikulum 2013 hal itu tidak terjadi lagi. Sekolah yang efektif, memberikan keleluasaan waktu bagi gurunya bersama-sama untuk membedah dan menelaah kurikulum 2013. Jika konten kurikulum terlalu banyak dan menghimpit, guru cenderung kembali ke pola lama, yaitu chalk and talk.

Murid stres bukan karena beban kurikulum, ia stres karena cara komunikasi dan interaksi gurunya. Maka guru harus menganggap kurikulum 2013 itu sebagai kompas, ia memberikan arah apa yang mesti siswa kuasai. Para guru sebaiknya mengatur dan mengelola waktunya dengan efektif, daripada mengeluh tentang kurikulum yang gonta-ganti. Jangan sedikit-sedikit beralasan target kurikulum, sebab siswa juga perlu tahu kenapa mereka mesti belajar hal yang guru ajarkan.

Kurikulum di Indonesia sudah bagus, terlalu bagus malah, tapi bagaimana memprosesnya ketika dikelas itu yang menjadi masalah. Sebenarnya kurikulum ya itu-itu saja, tinggal bagaimana cara guru berusaha agar siswanya paham itulah yang jauh lebih penting. Buat apa target kurikulum tercapai, tapi siswa tidak enjoy yang pada akhirnya guru juga akan merasa kosong.

Guru sering melewatkan banyak moment yang berharga dari siswanya saat mengajar hanya karena mengejar target kurikulum. Padahal tidak ada kurikulum yang berat, yang ada adalah guru yang kurang terampil mengelola waktu. Pada kurikulum 2013 diperlukan guru yang terbiasa berkolaborasi dan bekerja sama, bahkan saat menentukan bahan ajar. Pada kurikulum 2013 diperlukan guru dan sekolah yang mempunyai keahlian meracik kurikulum secara terpimpin dan bertanggung jawab.

 http://wrogz.wordpress.com/2012/12/02/kurikulum-2013/

Artikel ini dikutip dari kumpulan tweet @gurukreatif

%d blogger menyukai ini: