Dedi Dwitagama dan Jokowi di mata saya.

Tulisan ini saya buat sebagai kado untuk terpilihnya Dedi Dwitagama menjadi pemenang Guraru Award 2012 dan kado atas dilantiknya Pak Jokowi sebagai gubernur Dki yang baru. Bicara soal keduanya adalah bicara soal betapa kuatnya energi dari sebuah niat baik dan ketulusan hati.

Keduanya mungkin berasal dari latar belakang yang berbeda. Pak Jokowi pertama kali saya baca di Tempo edisi khusus yang membahas walikota dan pemimpin daerah yang berprestasi, sementara pak Dedi adalah seorang kakak yang menginspirasi saya di sepanjang perjalanan kariernya sebagai pendidik.

Berikut ini adalah hal yang saya cermati dari keduanya

Pak Jokowi dan Pak Dedi itu sama-sama punya …

Keteguhan hati, senang mendahulukan orang lain. Kalau pak Jokowi mendahulukan dan mencintai rakyatnya,sementara pak Dedi mendahulukan murid-murid yang sebegitu dicintainya dan mengusahakan agar masa depan mereka cerah di kemudian hari. Teringat liputan di salah satu TV swasta mengenai pak Jokowi, pulang lelah ia berkampanye untuk pilgub di DKI sampai di rumah dinasnya di Solo, sudah menunggu si mbah tukang becak yang membawa poster ‘Pak Jokowi untuk DKI 1’. Pak Dedi juga demikian di twitter ada banyak muridnya yang mengawali paginya dengan nge tweet ‘aku kangen Pak Dedi dengan inspirasi dan semangatnya’. Keduanya bukan rekayasa, keduanya adalah bukti bahwa energi positif akan nyambung dan mengena ke hati siapa saja.

Pak Jokowi dan Pak Dedi itu sama-sama senang merasa…

Dirinya bukan pemimpin, dirinya adalah pelayan. Seorang pelayan tersenyum puas saat orang yang dilayaninya berhasil dan berubah nasibnya. Seorang pelayan bersedia ada di depan ketikan ada kekisruhan dan berada di paling belakang ketika ada keceriaan dan kesenangan. Pemimpin yang dirinya merasa adalah pelayan adalah jawaban untuk masa depan pemerintahan (Pak Jokowi)  dan pendidikan (Pak Dedi) di DKI sekarang ini. Saat SMKN 29 dipuji karena bebas tawuran, Pak Dedi katakan lewat twiternya, saya hanya memfasilitasi guru dan murid yang hebat-hebat.

Pak Jokowi dan Pak Dedi itu sama-sama punya gaya berpakaian yang…

Anti seragam. Apalagi jika seragam itu menjauhkannya dari objek pengabdiannya atau membuat dirinya tidak merasa nyaman dalam beraktivitas sebagai pelayan yang melayani warganya. Menurut mereka buat apa gunakan seragam jika akan membuat dirinya risih dan kikuk dalam bekerja dan turun ke bawah maka lebih baik ditanggalkan. Pak Dedi dan Pak Jokowi punya selera yang sama, bisa kasual di saat yang tepat dan rapi juga di saat yang tepat.

 Pak Jokowi dan Pak Dedi itu orientasinya sama…

Mereka punya orentasi yang sama dalam memecahkan masalah yaitu prinsip ‘quick and good’, selesaikan masalah dengan cepat dan bagus hasilnya. Dunia pendidikan dan dunia pemerintahan itu punya gaya yang sama, keduanya mesti jauh dari seremoni yang tidak perlu. Pak Jokowi dan Pak Dedi itu senang langsung ke akar masalah. Ketika masalah tawuran merebak di SMK yang dipimpinnya Pak Dedi turun langsung meyakinkan guru-gurunya bahwa masalah ini mungkin dan bisa diatasi dengan cara yang beradab dan terhormat. Kepada muridnya ia tularkan pengaruh dan harapan, bahwa hal yang terpenting adalah mengharumkan nama dirinya sendiri lewat prestasi (bukan nama sekolahnya). Demikian juga pak Jokowi, walau mesti mengajak makan malam pedagang kaki lima dalam 65 kali, kalau itu proses yang mesti dilalui agar hasilnya baik ia akan lakukan, hasilnya pedagang PKL di pasar yang lain pun minta dipindahkan dengan sukarela.

Pak Jokowi dan Pak Dedi itu sama-sama sadar social media

Pak Dedi ajarkan keteguhan hati pada muridnya dalam berprestasi dan berbuat yang terbaik, ia rajin gunakan social media untuk menginspirasi siswa nya dan merubah nama sekolahnya menjadi baik. Syarat ujian untuk seorang siswa SMK di sekolahnya adalah 200 postingan di blognya. Pak jokowi bahkan bisa menginspirasi orang lain untuk berkampanye untuk dirinya tanpa dibayar lewat sosial media(termasuk saya hehe)

Demikian tulisan ini saya persembahkan untuk keduanya. Keduanya adalah orang yang saya cinta dan bangga kan. Ditangan mereka saya titipkan masa depan pemerintahan dan pendidikan di DKI. Ayo pak Jokowi, sentuh hati rakyat kecil lewat kerja keras dan keberpihakan bapak atas mereka.

Ayo Pak Dedi bawa pendidikan di DKI menjadi lebih baik lewat pembinaan ‘though love’ yang anda punya selama ini, juga lewat inovasimu yang tiada henti. Akhirnya salam sayang untuk keduanya dari seorang guru dan blogger yang mencintai pemerintahan dan pendidikan di DKI agar lebih maju dari sekarang ini.

Kalian pasti bisa!!

Penulis: agusampurno

Mitra menuju sekolah efektif dan guru profesional

Satu komentar pada “Dedi Dwitagama dan Jokowi di mata saya.”

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: