Dunia sosial media menawarkan banyak hal pada profesi pendidik. Sebagai pribadi seorang guru bisa memanfaatkannya untuk keperluan membangun jaringan atau sekedar bertemu teman lama. Dunia sosial media kerap dipandang sebelah mata karena dianggap sebagai mengganggu dan membuat seorang guru tidak konsentrasi dalam mengajar atau banyak sekali cap lain yang mengatakan bahwa dunia sosial media itu jelek dan lain sebagainya.
Banyak guru juga yang mengeluh betapa murid sekarang lebih suka fesbukan atau twitteran dibanding belajar. Nah jika demikian saat nya guru masuk ke dunia siswa dengan memberi contoh sebagai seorang pribadi yang senang belajar, apalagi jika belajarnya dengan cara yang baru.
cara yang baru yang saya maksud adalah cara belajar guru yang dengan menggunakan sosial media.
Beberapa tipe guru yang akan menolak belajar dengan cara ini adalah;
- guru yang merasa sosial media (facebook dan lain sebagainya) hanya untuk mengisi waktu luang dan untuk orang yang senang bermain menghabiskan waktu
- guru yang merasa dirinya sudah pintar tanpa mesti membuka diri pada orang lain
- guru yang punya kedudukan di sekolahnya (sudah duduk lupa berdiri) yang merasa bahwa dirinya sudah pintar untuk apa belajar lagi, toh ia sudah diakui di sekolahnya.
- guru yang dekat dengan kepala sekolahnya sehingga ia yakin jika ada studi banding atau pelatihan ia pasti dipilih ikut serta
- guru yang memandang bahwa belajar itu ya mambaca buku atau ikut penataran, ada dosennya ada mahasiswanya dan duduk mendengarkan selama berjam-jam, itu baru belajar katanya.
- guru yang kurang suka kerja sama dengan guru lain, pada sesama guru ia bersaing, pada guru muda ia tidak suka berbagi ilmu
padahal…
- tugas setiap orang yang mengajar itu belajar
- cara belajar orang berbeda-beda
- ilmu terus berkembang, anda boleh punya kedudukan di sekolah, dipercaya atasan namun saya yakin tetap anda memerlukan di ‘charge’ (seperti HP) agar tetap bisa maksimal dalam bekerja dengan ilmu yang baru.
- kesempatan sekolah atau ikut pelatihan bagi seorang guru itu jarang-jarang kalaupun ada urut kacang atau siapa yang senior baru dipilih.
- waktu setiap orang guru itu terbatas untuk belajar
- semua guru senang fesbukan
- hampir semua guru punya HP atau smart phone (thanks to sertifikasi)
Naah sekarang saatnya seoran guru itu jadi guru yang sadar sosial media dengan menggunakannya sebagai sarana belajar dan meningkatkan kompetensi diri sendiri dengan cara
- gunakan twitter dengan tagar #twitedu dan #gurarutalk
- sadar bahwa jika ia alami masalah di sekolah banyak orang yg bisa bantu di sosial media.
- sadar semua pengetahuan yg ia ketahui lewat sosial media mesti kembali ke kelasnya, membuatnya jaid guru yg makin baik mengajarnya
- sadar ia tidak perlu pintar segalanya baru terjun ke sosial media, di time linenya di twitter banyak orang pintar
- senang bekerja sama dgn guru lain di luar sekolahnya lewat sosial media
- tahu cara menemukan orang yang tepat untuk jawab pertanyaannya kesulitan mengajar di kelas lewat sosial media
- sadar bahwa ilmu itu mahal sekaligus gampang dicari di dunia sosial media
- senang berbagi ide mengajar pada sesama guru di sosial media dan di kehidupan nyata
- senang berkunjung dan baca blog orang lain
- belajar dari guru yang ia kenal dan tidak ia kenal
So let’s say YES for ‘becoming connected educator!’
Sangat Bermanfaat,, Izin Copas Pak.
Silahkan Mr Apri dgn senang hati
izin re-blog ya Pak Agus ….
Oh ya.., sekolah Bapak mengajar jauh ya dari sekitaran Senen..?
Silahkan mas Indra,
Jauh mas, Senen itu Jakarta Pusat, kami di Tangerang selatan, mau ke jakarta ya
wah saya baru lihat Pak, minggu lalu saya di Jakarta, sayang sekali …
Reblogged this on CommuniC Ndr@ and commented:
Ketika sosial media menghubungkan dunia, banyak profesi terhubung di dalamnya. Mari kita simak artikel Pak Agus berikut ini, yang membahas Guru berdampingan dengan sosial media 🙂
sangat bermamfaat pak…
sungguh ulasan perspektif+sekaligus prospektif telah dipasang sandingkan
secara berkeseimbangan menjadikan semakin inspiratif..uraiannya pun terasa
begitu lembut teksturnya, menyajikan pilihan berikut manfaat+khasiat sekaligus akibat+sanksi risiko musti disandang dunia profesi guru (subyek) dengan murid
(obyek) tanpa selera rasa pedas apalagi menggigit . . . semoga menjadikannya
segera berfikir ulang + cerdas + bijak sekaligus cermat kembali akan pilihan
menyikapi paradigma nilai dianut selama ini mendera + memenjara pola pikir
yang ada oleh datangnya era perubahan nilai dunia sosial media . . . . . . . . .
5. Saat mengajar tidak tegang, dan melakukan pembelajaran yang menyenangkan
dengan berbagai macam cara dan metode
. kalau ini sih pembawaan lahir, susah diubah, terkecuali mereka mau dan berani
berkorban; karna
KETEGANGAN itu = kenikmatan –> dibilang berwibawa;
MENYENANGKAN? —> wah bisa kurang ajar tak terkendali tuh siswa, dan tak siap
kendali, apa kata rekan di Ruang Guru bagaimana nanti….?
BERMACAM CARA & METODE? —> ini butuh MODAL kreatifitas & intelektual luas
kalau pas-2an bagaimana… kan bisa-2 kamu ketahuan….?!?! ; biaya & harus kepada
siapa peroleh akses informasi? ;
kebo kabotan sungu = beban setumpuk, duit sejumput, masih dituntut cam-macam
pula… apa’an tuh maunya?? enak aza… bagi rajin bikin policy, sing ngelakoni policy,
mbingungi rek!
semoga era mental persis diatas segera berakhir dan berlalu, diganti era lebih diatasnya lagi “Menjadi guru yang terhubung di dunia sosial media” :
matur nuwun Pak Agus . . .
Memotivasi banget ….. Injin share ,,, bolehkah ? 🙂
……
okok
Silahkan dgn senang hati
pak,saya mau menulis tentang pembelajaran ips dengan menggunakan sosial media,apa ada buku yang menulis tentang itu?
Utk bukunya dalan bahasa indonesia sy belum pernah tahu mbak Andi. Jika berkenan silahkan searching di google books ya. Key wordnya sosial studies social media