Alasan mengapa guru perlu menggunakan sosial media Edmodo di kelas

Bayangkan situasi berikut ini

Di dalam kelas yang anda ajar, ada dua orang anak, yang satu sangat aktif bertanya dan satu lagi sangat pendiam. Keduanya sama sama senang belajar dan senang mencoba sesuatu hal yang baru. Sebagai seorang guru jika ada orang lain bertanya mengenai kedua anak tersebut, yang mana yang akan anda bisa ceritakan dengan baik dan gamblang, atau mana anak yang menurut anda pintar?

Tentu saja anak yang banyak bicara dan bertanya kan? Demikian juga menurut pandangan saya. Padahal belum tentu. Saya yakin di setiap kelas dimanapun sekolah berada, isinya hanya terdiri dari 3 tipe.

  •  Tipe berisik (senang bicara, bekerja sama dan senang bergurau)
  • tipe biasa (senang berbicara dan bercanda namun semuanya serba pas tidak berlebihan
  • tipe pendiam (hanya berbicara jika ditanya, hanya bekerja jika disuruh dan cenderung hemat dalam berkata-kata)

Seorang guru yang professional mesti mampu berusaha keras dengan segala daya dan upaya agar ketiga tipe standar siswa diatas bisa menunjukan potensi terbaiknya. Cara yang paling mungkin dan bisa dilakukan adalah menganggap kelas sebagai komunitas. Komunitas adalah kumpulan individu dengan minat dan hobi serta tujuan yang sama. Sebuah komunitas selalu dilekatkan dengan kegiatan yang sering secara bersama-sama dilakukan oleh anggota komunitas tersebut. Dalam hal ini sebuah kelas adalah komunitas pembelajar (karena baik guru dan siswanya keduanya adalah seorang pembelajar )

Lanjutkan membaca “Alasan mengapa guru perlu menggunakan sosial media Edmodo di kelas”

Menciptakan Siswa Yang berpikir Kritis dan Kreatif « Arief Al Hakim

Menciptakan Siswa Yang berpikir Kritis dan Kreatif

Generasi yang kritis dan kreatif merupakan sebuah keharusan untuk para siswa saat ini. Cara sekolah bisa lahirkan siswa yang kritis dan kreatif sebenarnya tidaklah sulit, asalkan sekolah senang mendengarkan aspirasi dan tidak alergi kritik. Generasi kritis dan kreatif lahir dari guru kreatif yang senang belajar dan haus akan perubahan. Jika guru senang akan perubahan, ia akan surprise, bahkan murid-muridnya jadi mau membantu dan kooperatif. Guru kreatif adalah guru yang berhasil memadukan cara mengajar yang menyenangkan dan target kurikulum yang tercapai.

Tapi ingat, kurikulum adalah peta dan bukan kitab suci, ia bisa dimodifikasi asal tujuan akhirnya sama. Kurikulum terbuka untuk ditafsirkan dan dipetakan, dan kini saatnya jadikan buku teks sebagai salah satu mitra dan rujukan. Buku teks bukan kurikulum, namun berisi penafsiran pembuatnya terhadap kurikulum. Guru juga bisa membuat indikator pembelajaran yang bervariasi dan beragam. Guru kreatif memiliki perencanaan pembelajaran yang baik, manajemen kelas yang mengutamakan komunikasi yang sehat dan rasa hormat.

Lanjutkan membaca “Menciptakan Siswa Yang berpikir Kritis dan Kreatif « Arief Al Hakim”

Dedi Dwitagama dan Jokowi di mata saya.

Tulisan ini saya buat sebagai kado untuk terpilihnya Dedi Dwitagama menjadi pemenang Guraru Award 2012 dan kado atas dilantiknya Pak Jokowi sebagai gubernur Dki yang baru. Bicara soal keduanya adalah bicara soal betapa kuatnya energi dari sebuah niat baik dan ketulusan hati.

Keduanya mungkin berasal dari latar belakang yang berbeda. Pak Jokowi pertama kali saya baca di Tempo edisi khusus yang membahas walikota dan pemimpin daerah yang berprestasi, sementara pak Dedi adalah seorang kakak yang menginspirasi saya di sepanjang perjalanan kariernya sebagai pendidik.

Berikut ini adalah hal yang saya cermati dari keduanya

Pak Jokowi dan Pak Dedi itu sama-sama punya …

Keteguhan hati, senang mendahulukan orang lain. Kalau pak Jokowi mendahulukan dan mencintai rakyatnya,sementara pak Dedi mendahulukan murid-murid yang sebegitu dicintainya dan mengusahakan agar masa depan mereka cerah di kemudian hari. Teringat liputan di salah satu TV swasta mengenai pak Jokowi, pulang lelah ia berkampanye untuk pilgub di DKI sampai di rumah dinasnya di Solo, sudah menunggu si mbah tukang becak yang membawa poster ‘Pak Jokowi untuk DKI 1’. Pak Dedi juga demikian di twitter ada banyak muridnya yang mengawali paginya dengan nge tweet ‘aku kangen Pak Dedi dengan inspirasi dan semangatnya’. Keduanya bukan rekayasa, keduanya adalah bukti bahwa energi positif akan nyambung dan mengena ke hati siapa saja.

Lanjutkan membaca “Dedi Dwitagama dan Jokowi di mata saya.”

Ananta Bangun.net: Ke Labuhanbatu, Melabuhkan Asa Bangsa

anantabangun.net |by Ananta Bangun on October 16, 2012
image
backdrop seminar

Bila tak gegas mengetahui geliat perubahan di Labuhanbatu, daerah-daerah lain mungkin terjingkat kaget jika tiga kabupaten yang lekat dengan perkebunan kelapa sawit ini berpotensi menyandang gelar baru. Ketiganya (Labuhanbatu Induk, Labuhanbatu Utara, dan Labuhanbatu Selatan) berpeluang menjadi teladan pendidikan baru. Detak perubahan tersebut tampak dari antusiasme guru-guru setempat melibatkan diri dalam gebrakan baru bagi pendidikan nasional. Dalam satu seminar pendidikan nasional di Asrama Haji Rantauprapat (pada 13 Oktober lalu), gebrakan tersebut diperkenalkan sebagai program TCDP (Teacher’s Competency Development Program).
Seminar tersebut merupakan satu dari empat program utama yang terangkum dalam TCDP. Dimana, inti dari TCDP ini merupakan upaya mengembangkan kompetensi guru-guru di Indonesia. Mengingat pencetus dan pengembang TCDP merupakan Djalaluddin Pane Foundation (DPF) berasal dari Sumatera Utara. Maka, sasaran perdana TCDP ialah provinsi Sumatera Utara sendiri.

Enam pertanyaan untuk mendorong perubahan di sekolah

Are teachers leaders in education? || Yes in discovering what works. But for sustainable change, it must be admins

Apakah seorang guru adalah pemimpin dalam perubahan di dunia pendidikan? Jawabannya Ya, namun untuk mewujudkan perubahan yang ajeg dan berkelanjutan, kepala sekolah dan pengelolannya lah yang mesti ambil bagian

@ShellTerrell

Kalimat diatas akan terasa gaungnya bagi para pengelola, kepala sekolah, orang tua siswa atau guru yang haus akan perubahan. Di sekolah swasta yang mengandalkan hidup matinya dari banyak murid yang bersekolah kata ‘guru yang professional dan mau berubah’ menjadi kata-kata sakti yang bermakna sangat dalam. Hal ini dikarenakan di situlah kunci sebenarnya dari maju mundurnya sekolah.

Di sekolah negeri juga demikian, ditengah ‘program sekolah gratis’ sebenarnya orang tua murid juga ingin melihat guru-guru anaknya professional dan selalu senang untuk berubah ke arah yang lebih baik. Sayangnya banyak orang tua yang khawatir guru akan mengatakan “sudah ‘gratis’ kok mau bagus!”.

Jika anda pengelola sekolah atau kepala sekolah, berikut ini adalah beberapa hal yang bisa dilakukan dalam membuat perubahan di sekolah. Saya kumpulkan beberapa pertanyaan kepada organisasi sekolah anda sendiri sebelum memulai perubahan.

Lanjutkan membaca “Enam pertanyaan untuk mendorong perubahan di sekolah”

Jika guru sudah terinspirasi menggunakan teknologi, mesti mulai dari manakah ia?

Perkenalan seorang guru terhadap teknologi informasi jika ia bukan seorang yang mengajar mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK)  adalah pada saat ia membuat  email dan dilanjutkan dengan mencari bahan pelajaran dan pengajaran.

Tahap berikutnya adalah di internet ia akan bertemu dengan rekan satu profesi yang membuat blog atau situs yang kemudian memberikan ide di dalam hatinya untuk berbuat yang sama, sebagai blogger atau sebagai seseorang yang menerapkan teknologi di kelas.

Jika guru sudah timbul rasa ketertarikan dan terinspirasi untuk membuat hal yang sama, berikut ini adalah saran saya.

  • Mulailah membuat presentasi pengajaran  dengan menggunakan program presentasi (power point dan lain sebagainya). Tampilkan sebagai alat belajar di kelas. Jika guru sudah akrab dengan email maka silahkan unggah di situs slideshare.net. Dikarenakan sama prosesnya saat mengunggah di slide share dan mengirim lampiran di email

Lanjutkan membaca “Jika guru sudah terinspirasi menggunakan teknologi, mesti mulai dari manakah ia?”

Menjadi guru yang terhubung di dunia sosial media

Dunia sosial media menawarkan banyak hal pada profesi pendidik. Sebagai pribadi seorang guru bisa memanfaatkannya untuk keperluan membangun jaringan atau sekedar bertemu teman lama. Dunia sosial media kerap dipandang sebelah mata karena dianggap sebagai mengganggu dan membuat seorang guru tidak konsentrasi dalam mengajar atau banyak sekali cap lain yang mengatakan bahwa dunia sosial media itu jelek dan lain sebagainya.

Banyak guru juga yang mengeluh betapa murid sekarang lebih suka fesbukan atau twitteran dibanding belajar. Nah jika demikian saat nya guru masuk ke dunia siswa dengan memberi contoh sebagai seorang pribadi yang senang belajar, apalagi jika belajarnya dengan cara yang baru.

cara yang baru yang saya maksud adalah cara belajar guru yang dengan menggunakan sosial media.

Beberapa tipe guru yang akan menolak belajar dengan cara ini adalah;

  • guru yang merasa sosial media (facebook dan lain sebagainya) hanya untuk mengisi waktu luang dan untuk orang yang senang bermain menghabiskan waktu
  • guru yang merasa dirinya sudah pintar tanpa mesti membuka diri pada orang lain
  • guru yang punya kedudukan di sekolahnya (sudah duduk lupa berdiri) yang merasa bahwa dirinya sudah pintar untuk apa belajar lagi, toh ia sudah diakui di sekolahnya.
  • guru yang dekat dengan kepala sekolahnya sehingga ia yakin jika ada studi banding atau pelatihan  ia pasti dipilih ikut serta
  • guru yang memandang bahwa belajar itu ya mambaca buku atau ikut penataran, ada dosennya ada mahasiswanya dan duduk mendengarkan selama berjam-jam, itu baru belajar katanya.
  • guru yang kurang suka kerja sama dengan guru lain, pada sesama guru ia bersaing, pada guru muda ia tidak suka berbagi ilmu

Lanjutkan membaca “Menjadi guru yang terhubung di dunia sosial media”

%d blogger menyukai ini: