Pembelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Matematika di Sekolah Dasar (oleh-oleh dari PLPG)

Saat PLPG guru yang menjadi peserta mendapatkan 4 jam topik mengenai mata pelajaran yang biasa diajarkan sebagai guru kelas di SD. Dosen yang memberikan materi adalah orang yang mumpuni dibidangnya mereka sibuk memberikan arahan bagaimana seharusnya pembelajaran mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Matematika disajikan di kelas. Berikut ini saya sajikan ringkasannya untuk anda.

Mata pelajaran IPA

Dalam mata pelajaran IPA hal yang dibahas adalah mengenai miskonsepsi, salah kaprah atau salah paham mengenai beberapa fakta dalam bidang sains misalnya

  • cicak menempel di dinding karena kakinya ada lem, padahal karena ada ribuan gelembung kecil yang menghisap prmukaan
  • Paus disamakan dengan Hiu, disebut ikan
  • tanaman diletakkan diluar rumah pada malam hari, takut ada CO2nya, padahal dengan bantuan lampu fotosintesis tetap terjadi
  • amuba & bakteri dijadikan contoh hewan yang membelah diri

Mata Pelajaran IPS

Mata pelajaran IPS atau social science juga dibahas saat saya mengikuti PLPG, beberapa hal yang saya bisa sampaikan pada anda antara lain

  • guru mesti membentuk manusia yang berkarakter, jadi ubah cara mengajar dengan meminta anak menghapal saja
  • Saatnya mengajar IPS dengan cara belajar open ended: banyak cara menjawab atau banyak jawaban yg benar
  • Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar (kenampak- an alam, koperasi, kantor kepala desa, informasi kependudukan.
  • Memanfaatkan Nara Sumber, surat kabar bekas dan peristiwa yang baru terjadi sebagai sumber belajar IPS

Matematika

Saat membahas mata pelajaran Matematika pikiran saya disegarkan mengenai pentingnya anak siswa SD belajar matematika dengan benar dari guru yang juga paham mengenai prinsip dasar matematika. Materi yang diberikan antara lain ;

  • Pelajaran Matematika membutuhkan kelas yang gurunya bisa membuat murid berpikir untuk cari kemungkinan-kemungkinan dan tidak sekedar hafal rumus
  • Pelajaran Matematika sangat terbantu oleh simbol dan sifatnya yang konsisten, jadi anggap ia sebagai ‘seni’
  • Pelajaran Matematika terdiri dari unsur yang tidak terdefinisi, unsur yang didefinisikan, aksioma serta dalil atau rumus
  • Pelajaran Matematika di SD menggunakan prinsip spiral, dari konkrit ke abstrak, dari mudah ke susah

Bahasa Indonesia

Dalam materi mengenai bahasa Indonesia, guru-guru yang hadir di segarkan mengenai pentingnya membelajarkan siswa bagaimana berbahasa Indonesia dengan cara yang kreatif. Kenyataan bahwa nilai UAN Bahasa Indonesia banyak yang dibawah rata-rata benar-benar membuat kaget kalangan pendidik. Untuk itu beberapa pokok dalam pembelajaran bahasa Indonesia diulas antara lain;

  • Pembelajaran bahasa Indonesia yang kreatif; bisa memperkuat karakter anak, karena berbahasa bisa tingkatkan rasa percaya diri
  • Pembelajaran bahasa Indonesia kreatif; guru sekuat tenaga berikan siswa ‘pengalaman’ dalam berbahasa
  • Pembelajaran bahasa Indonesia kreatif; guru memilih bahasa saat beri intruksi, berbicara sehari2 dengan siswa, supaya siswa terinspirasi
  • Keterampilan berbahasa sngt penting dalam pembelajaran kreatif, ia sangat membantu saat murid diminta lakukan wawancara, berpresentasi sampai berpidato memaparkan pemikirannya di kelas
  • Pembelajaran bahasa Indonesia kreatif; sekuat tenaga guru jadikan murid ‘terampil berbahasa’ biasakan buat jurnal, cerita kunjungan dll

Tips agar tetap sehat dan sukses dalam mengikuti PLPG

Mengikuti PLPG bagaikan melepas semua pengertian  yang kita miliki selama ini untuk kemudian mengosongkan ‘gelas’ pikiran agar semua ilmu yang dosen berikan bisa masuk dan menjadi ilmu baru. Selama 10 hari mengikuti PLPG ada beberapa tips hasil dari pengamatan saya sebagai peserta yang mudah-mudahan bisa membuat anda sukses saat waktunya ikuti PLPG

  • Pastikan anda mengetahui tempat PLPG dimana anda ditempatkan, jika jauh boleh patungan untuk masalah angkutan, jika tidak pastikan anda mengetahui dengan pasti lokasinya.
  • Saat sudah sampai kenali semua rekan anda satu kamar, minta no HP nya, ini berguna jika ada hal yang mesti dikerjakan segera sebagai sebuah kelompok dll.
  • Tepat waktu. Selalu tepat waktu saat masuk kelas, apalagi saat waktunya makan. Sikap ini juga sangat berguna saat waktu pengumpulan tugas-tugas.
  • Minum air putih. Banyak penelitian minum air putih bisa membuat tubuh jadi lebih konsentrasi dalam beripikir. Maklum PLPG tugasnya banyak.
  • Menyiapkan segala sesuatunya sebelum berangkat. Silabus dan RPP, alat peraga yang akan anda gunakan untuk mikro teaching. Jika anda mengajar di SD, siapkan RPP dan silabus dalam dua versi ( tematik dan mata pelajaran)
  • Percaya diri. Jadilah guru yang percaya diri. Ukuran percaya diri adalah tetap tenang ketika melihat teman sesama guru yang kelihatan sibuk mempersiapkan ini dan itu. Jika kita sudah merasa mempersiapkan diri tetap tenang sambil lihat apa yang belum kita lakukan.
  • Jika tugas sudah mulai banyak, gunakan filosofi DONE IS BETTER THAN PERFECT, berusaha banting tulang untuk menjadikan tugas-tugas anda sempurna hanya akan membuat anda jatuh sakit dan tidak menikmati lagi suasana di PLPG
  • Berteman dengan banyak orang. Sesama guru yang ada di kelas anda adalah tempat untuk menimba ilmu dan belajar. Cara paling jitu untuk belajar dari sesama guru yang hadir adalah dengan bertanya alasan mengapa memilih untuk menjadi guru, dijamin anda akan menemukan 1001 jawaban.
  • Senang membantu sesama guru, jika anda punya kelebihan dalam bidang computer ajari dan bantu sesama teman guru dijamin anda akan didoakan agar lulus PLPG dengan sukses hehe
  • Tetap nge-tweet dan facebook’an, kedua hal ini sangat berguna dalam menuliskan refleksi sehari-hari kegiatan PLPG anda. Saya melakukan live tweet lewat akun saya di @gurukreatif selama PLPG, hasilnya saya merasa lebih termotivasi untuk terus lakukan yang terbaik. Motivasi datang dari banyak follower saya yang dengan setia menyimak intisari pengetahuan yang saya tuliskan di linimasa saya.
  • Saya banyak mengetik intisari pengetahuan yang saya dapatkan di twitter, ini juga yang kemudian banyak membantu saya dalam mengerjakan Ujian Kompetensi di akhir PLPG

Resep lakukan praktek mikro teaching dengan sukses

Saat seorang guru ingin melamar untuk menjadi seorang pengajar di sebuah sekolah setelah lolos tes ini dan itu, tes selanjutnya adalah melakukan mikro teaching. Dengan mikro teaching seorang guru dilihat seberapa efektifnya ia sebagai seorang guru dalam merencanakan dan melaksanakan pengajarannya di kelas. Sebagai sebuah praktek micro teaching juga berguna sebagai sarana sesama guru untuk saling belajar. Terbukti saat PLPG yang berlangsung 10 hari, sebanyak 300 an peserta dibagi menjadi kelas berisi 30 orang, kemudian akan dibagi lagi untuk melakukan mikro teaching menjadi 10 orang. Berikut ini adalah gambaran persiapan dan pelaksanaanya mudah-mudahan berguna saat anda ingin lakukan mikro teaching.

Persyaratan teknis mikro teaching;

  • Ada guru dan peserta yang berperan sebagai murid. Kalau anda kenal dengan peserta yang akan jadi muridnya, boleh kompakan dulu, siapa yang mau jadi anak yang ‘aktif’ sampai yang ‘lambat’ belajarnya.
  • Ada Silabus sebagai kerangka kerja dan RPP sebagai peta dan penjelasan tahap demi tahap dalam pembelajaran.
  • biasanya durasinya 20 sampai 35 menit, satu RPP tuntas dijalankan

beberapa hal lain yang patut menjadi perhatian adalah;

  • Micro teaching membutuhkan guru yang konsisten, jika RPP nya menggunakan model inkuiri namun jangan sampai saat praktek mengajarnya ‘ceramah’nya  justru malah banyak dan mendominasi.
  • Ukuran keberhasilannya pada seberapa aktifnya kelas, bukan RPP silabus yang segunung
  • Micro teaching ukuran keberhasilanya ada pada melibatkan siswa, penggunaan media & strategi belajar
  • jika anda akan mengajar anak TK semakin aktif suasananya, semakin berhasil anda
  • pilih waktu pengajaran anda, jika memilih waktu pagi hari maka berikan suasana pagi hari saat mikro teaching misalnya dengan membuat yel yel khas pagi hari, jika anda memilih memeragakan pelajaran di siang hari jangan langsung memulai pelajaran, selingi dengan permainan dulu 3 menit baru dimulai pelajaran.
  • Boleh juga bawa makanan kecil, atau stiker sebagai hadiah bagi kuis dadakan saat mikro teaching, dijamin peserta yang jadi murid anda akan riang gembira.

Hal yang saya lakukan saat melakukan praktek mikro teaching adalah;

  • mempersiapkan Silabus dan RPP mata pelajaran, kebetulan saya memilih pembelajaran bahasa Indonesia
  • saya mempraktekan semboyan ‘begin with the end in mind’, yang saya inginkan adalah murid (peserta) bisa melakukan penulisan kreatif  mengenai cara penanggulangan sampah dengan stimulasi  lewat video clip ‘Toughest Place to be a Bin Man’.
  • Membuka pembelajaran seperti biasa, lakukan apresepsi, minta murid untuk melakukan game round robin, berdasarkan gambar yang berbeda soal sampah, murid diminta untuk menuliskan kata kunci sebanyak-banyaknya, ini berguna agar murid mendapatkan kosa kata dan ide sebanyak-banyaknya soal sampah.
  • Menyiapkan alat peraga, saya menyiapkan gambar-gambar dalam kertas A3, peraturan menulis untuk kelas 4 (pengunaan tanda baca dan lain sebagainya)  termasuk gambar bagaimana cara pengelolaan sampah yang baik.

Cara mudah membuat RPP dan Silabus yang kreatif (Perangkat pembelajaran). Tulisan dari PLPG

Guru dan rencana pembelajaran adalah bagaikan dua orang sahabat yang selalu bersama yang  tidak terpisahkan. Guru yang sudah baik cara mengajarnya akan semakin baik dalam mengajar jika ditangan dan pikirannya sudah tertera peta yang berbentuk tulisan RPP. Saya pribadi pernah merasakan dahulu bahwa RPP seperti penghalang kreativitas yang membuat selera mengajar menjadi turun hanya karena mesti menulis dan menuangkan ide kreativitas dalam lembar kertas yang pastinya menyita waktu. Pertanyaan terbesar saat guru membuat Silabus dan RPP, kenapa saya harus menulis hal yang saya sdh hafal diluar kepala? Dalam kegiatan PLPG diri saya disegarkan kembali mengenai pentingnya RPP dan hubungannya dengan kualitas pengejaran seorang guru.

Saat PLPG guru kelas 4 sampai 6 pun akan diminta buat RPP tematik, jadi guru kelas atas & guru kelas bawah sama-sama membuat RPP tematik dan RPP mata pelajaran. Kebiasaan membuat RPP sendiri sangat berguna di PLPG setiap 10 guru akan dibimbing 1 dosen, benar-benar saat untuk merefresh diri sebagai guru. Saat yang sama RPP yang dibuat juga berguna untuk digunakan saat mikro teaching di PLPG.

Banyak hal yang menjadi fakta dan kendala bagi guru di lapangan mengenai RPP ini, antara lain

  • Dalam membuat RPP, guru kerap hanya bergantung pada contoh yang ia dapat dari orang lain dan ditiru mentah-mentah padahal yang tahu murid sendiri yaa kita sendiri bukan orang lain. Jadi meniru boleh asal disesuaikan dengan kondisi murid kita sendiri.
  • Soal RPP, guru sering pusing sama formatnya, padahal jauh lebih penting substansinya. Mengejar format RPP yang benar tanpa pertimbangkan apakah isinya bisa diterapkan atau tdk cuma akan membuat frustasi
  • Di RPP tujuan pembelajarannya ‘anak bisa memperagakan’ eeeh di kelas gurunya malah ceramah, yaa tidak nyambung

Hal diatas menjadi bukti bahwa kemauan mencoba hal yang baru serta keinginan untuk selalu berusaha professional belum menjadi ‘jiwa’ yang ada didalam diri guru-guru sekarang ini. Untuk itu beberapa hal dibawah ini akan membantu anda menyegarkan pengertian kembali mengenai RPP sebagai perangkat pembelajaran.

  • RPP menggambarkan prosedur, struktur organisasi pembelajaran untuk mencapai Kompetensi Dasar yang ditetapkan dalam standar isi & dijabarkan dalam silabus
  • Susun indikator dalam RPP guru mesti melibatkan 3 aspek (kognitif, afektif, psikomotorik) dan tidak mesti semua supaya malah tidak mengada-ada
  • Lingkup RPP; untuk 1 pertemuan atau lebih
  • Standar khusus RPP: guru mesti tulis model  dan pendekatan strategi pembelajarannya
  • RPP berisi kegiatan2 yang terstruktur, tanpa itu dijamin kelas berantakan
  • Langsung mengajar tanpa RPP boleh saja, asal guru sudah mengerti & mendokumentasikan skenario pembelajaran 1 tahun
  • Standar khusus RPP; ada langkah-langkah awal, inti, akhir serta disertakan jenis penilaiannya
  • RPP yang baik itu jelas, siapapun yang mengajarkan akan bisa membaca dan melakukan karena didalamnya dipaparkan tahap demi tahap (proses)

Langkah langkah dalam membuat RPP dan Silabus yang kreatif;

  • Pertahankan standar kompetensi dan kompetensi dasar, lalu usahakan untuk membuat indikator yang kreatif.
  • Ciri-ciri indikator yang kreatif adalah ia berorientasi pada produk yang akan dibuat oleh siswa. Misalnya siswa membuat jurnal, poster, presentasi singkat serta banyak lagi jenis penugasan yang kreatif dan memaksa siswa mempreaktekan berpikir tingkat tinggi.
  • mulai sekarang jadikan buku teks sebagai mitra dan bukan satu-satunya rujukan, banyak sekali RPP yang ujung-ujungnya meminta anak mengerjakan soal yang ada di LKS atau buku teks. Padahal ini saatnya menjadikan buku teks sebagai acuan teori, soal bentuk penugasan semakin kreatif guru maka semakin senang dan tertantang siswa untuk mengerjakan yang terbaik.

Workshop RPP dan Silabus pembelajaran yang saya ikuti di PLPG  benar-benar membukakan mata saya kembali terhadap bagaimana semestinya guru memandang RPP. Mengakhiri tulisan ini saya bisa menyimpulkan bahwa prinsip sukses membuat RPP; guru mesti menutup mata pada contoh RPP yang dipunyai berlembar-lembar di laptop, yuk coba sendiri dulu

Serba-serbi menulis Penelitian tindakan Kelas (tips dari PLPG)

Mendengar kata penelitian banyak guru yang merasa takut. Entah karena sulit atau tidak terbiasa. Class action research atau PTK (Penelitian Tindakan Kelas) singkatan secara bergurau adalah Pusing Tujuh Keliling.

Tidak heran karena guru sulit sekali dalam melaksanakan dan menjalaninya sampai-sampai jadi pusing tujuh keliling.  Padahal semuanya berawal pada keinginan untuk memperbaiki diri. Seorang guru yang tidak pernah atau jarang meneliti pun jika ia senang berefleksi maka akan sangat mudah membuat PTK. Cukup mendengar penjelasan sekali atau membaca bukunya maka akan terbit niatnya untuk lakukan PTK di kelasnya. Maklum PTK hanya akan bisa berjalan jika guru merasa ada masalah dan punya niat yang kuat untuk mencari solusi. Saat belajar PTK di PLPG guru hanya membuatnya sampai BAB III.

Berikut ini adalah intisari mengenai PTK yang saya dapat selama PLPG

Latar belakang mengapa PTK itu penting;

  • PTK adalah cara guru ‘minta maaf’ pada siswa atas cara pengajaran yang belum bisa membuat mereka paham dan mengerti
  • Resep sukses PTK adalah  ‘sadar diri’ terima kesalahan sebagai guru sambil cari solusi kenapa murid belum berhasil
  • PTK kegiatan utamanya adalah meneliti dan mengajar, sebagai pemecahan masalah pembelajaran dari pengalaman saat mengajar

Teknis dalam membuat PTK:

  • Dalam PTK, latar belakang dulu diputuskan baru membuat judul, dengan demikian alasan-alasan dulu dipaparkan baru kemudian ide dasar yang mengikat.
  • Gambar model PTK sebagai pemecahan masalah pembelajaran

  • PTK ; bersifat kolaboratif, bisa antar guru, guru dan siswa dll
  • Ibarat seorang dokter berikan obat mesti habis dulu obatnya baru terlihat hasilnya, itu sebabnya PTK dilakukan 2 putaran
  • Ada masalah apa + cari solusi dari literatur + diuji coba + dicatat = PTK
  • Bedakan PTK dengan Studi Kasus, PTK jauh lebih simple sementara studi kasus itu hampir mirip skripsi
  • Semakin kuat data awal, semakin bagus karena bisa membantu kita saat membuat PTK
  • PTK itu sejalan dengan waktu belajar mengajar karena kegiatannya pun dilakukan saat KBM
  • Solusi dalam PTK tidak mesti metode, bisa saja gunakan alat bantu (media pembelajaran)
  • PTK itu sebaiknya 2 siklus alias 2 kali mencoba sebuah solusi dikelas, jika siklus pertama belum maksimal coba lagi
  • Saat diulang kembali dan hasil test murid menunjukkan kemajuan, berarti berakhirlah PTK karena sdh ada solusi/kemajuan yg didapat

 

Topik Bulan Juli Serba-Serbi mengikuti PLPG (Pendidikan dan Latihan Profesi Guru)

Panggilan itu datangnya mendadak. Panggilan apa kira-kira? Yaa panggilan PLPG. PLPG singkatan dari (Pendidikan dan Latihan Profesi Guru) adalah sebuah ajang guru disegarkan kembali ingatannya dan belajar kembali mengenai makna mendidik dan belajar. Tahun ini sudah masuk saya pada waktu berkarier di 5 tahun yang ketiga alias hamper 15 tahun saya mengajar. Ikut PLPG berarti saat yang sama saya lakukan learn, relearn dan unlearn sebuah tahap dimana jika pikiran ini tidak dibuka lebar-lebar maka akan jadi berat jalan untuk menerima ilmu baru.

Ada beberapa tema besar yang saya akan tulis dalam kaitanya dengan PLPG antara lain

  • Bagaimana menulis Penelitian tindakan kelas
  • Menulis perangkat pembelajaran (RPP dan Silabus) yang kreatif
  • Praktek mikro teaching
  • Ujian kompetensi setelah PLPG
  • Pembelajaran IPA yang kreatif
  • Pembelajaran Matematika yang kreatif
  • Pembelajaran Bahasa Indonesia yang kreatif
  • Pembelajaran IPS yang kreatif
  • Tips agar tetap sehat dalam mengikuti PLPG
  • Refleksi saya selama ikuti PLPG
  • Jenis-jenis guru yang saya jumpai selama PLPG

“Blog Sarana Pendidik Berbagi Cerita Mengajar” ~ EDUQO

imageJika ajang “Indonesia Idol” season 7 di tahun 2012 ini sedang menampilkan kompetisi grand final antara Regina dengan Sean yang hasil akhirnya baru akan diketahui pada Sabtu (07/07/2012) nanti; maka ajang tahunan “Guru Idol” season 2 tahun 2012, baru akan kembali diadakan bulan September 2012 kelak.

Ajang pencarian guru paling melek internet—EDUQO mengsitilahkannya denganUltra Hi-Tech Teacher—tingkat nasional yang kedua kalinya diadakan produsen komputer Acer dengan sebutan kondang “Acer Guru Era Baru (Guraru) Award” ini, secara rutin tahunan kembali diselenggarakan. Dengan kriteria utama memilih para Guru yang efektif dan kreatif memanfaatkan teknologi, khususnya melalui media blog minimal aktif dalam setahun terakhir dengan misi pendidikan; Anda bisa mengikuti ajang bergengsi di Republik Indonesia ini. Tetapi, jikapun Anda bukan seorang Guru, Anda bisa menominasikan blog Guru yang sekiranya tepat untuk direkomendasikan mengikuti ajang prestisius tersebut.
Pada edisi kali ini EDUQO istimewa menyajikan untuk Anda, hasil wawancara kami dengan Juara Pertama Acer Guraru Award 2011, BapakAgus Sampurno (Guru SD International Global Jaya). Bagaimanakah kesan-pesan beliau selama menjadi duta Acer Guraru Award sebelum beliau melepaskan gelarnya dua bulan mendatang?
EDUQO sarikan wawancara berikut ini untuk Anda para pecinta teknologi untuk pendidikan:
EDUQO (E): Bagaimana rasanya terpilih sebagai Juara Pertama Acer Guraru Award 2011?
Agus Sampurno (AS): Rasanya campur aduk. Walaupun sebenarnya lebih banyak deg-deg-an-nya. Karena saya sadar sekali bahwa tugas terberatnya adalah menginspirasi guru lain supaya mau berubah. Apalagi tantangan murid kita di masa depan luar biasa banyaknya.

imagePak Agus saat dianugerahi Juara Pertama Guraru 2011
E: Kalau boleh tahu, apa saja kriteria sosok Guru yang layak mendapatkan gelar Guru Era Baru?

AS: Guru Era Baru mengacu pada sosok Guru yang menjadikan profesinya sebagai agen perubahan bagi murid yang ada di sekolah. Guru type seperti ini adalah Guru yang berorientasi pada kontribusi dan aksi. Baginya sekolah adalah komunitas yang di dalamnya semua orang belajar. Bagi para murid, type guru seperti ini adalah sosok yang bisa dijadikan contoh dalam mencari ilmu, cair dalam pergaulan, tapi tetap tegas terhadap standar  serta prinsip-prinsip bagi kemajuan siswanya di masa depan. Bagi sesama rekan guru, ia adalah rekan yang senang berbagi pengetahuan. Bagi orangtua, type guru ini adalah orang yang bisa dipercaya dalam mendidik anak mereka, sehingga menomorsatukan “semua hal yang terbaik bagi siswa”.
E: Wah, nampaknya ini type Guru ideal sekali ya, Pak? Bagaimana kaitannya dengan penguasaan terhadap ICT?
AS: Sepanjang karier saya sebagai Guru, saya memang senang mengelaborasi sosok-sosok yang saya kenal. Karena semua orang ada kelebihan dan kekurangannya. Sosok diatas merupakan jalan keluar bagi pertanyaan banyak pihak mengenai sosok guru yang bisa menghadapi tantangan zaman
E: Oh, jadi kata kuncinya sosok guru yang bisa menghadapi tantangan zaman, ya? Tentunya penguasaan ICT salah satunya ya, Pak?
AS: Dan untuk penguasaan IT-nya, ia adalah seseorang yang berorientasi produk. Bagi Guru seperti itu siswanya bebas membuat produk apa saja sepanjang siswa merasa bahwa dirinya “kreatif”, maka ia akan mengizinkan siswanya bereksplorasi. Karena di masa sekarang ini IT adalah “alat”, bukan tujuan.
E: Setelah mendapat gelar Guraru 2011, aktivitas apa saja yang Bapak lakukan untuk menginspirasi para Guru?
imageAS: Pihak sponsor memfasilitasi dengan dua cara yaitu off-line dan online. Keduanya merupakan cara yang ditempuh untuk memberi kesempatan bagi saya bertemu kaum guru yang mulai mau berubah. Dengan cara off-line saya datang ke tempat-tempat yang jauh dari Jakarta untuk memberi inspirasi langsung kepada para guru melalui seminar. Lewat jalan online, saya disediakan hari untuk menjadi narasumber di Twitter seminggu sekali, dengan topik yang sudah ditentukan. Saya juga menjawab pertanyaan lewat rubrik konsultasi di situs sponsor yaitu guraru.org
E: Wah, menarik sekali ya, Pak! Dari hasil pengamatan di lapangan bertemu dengan seluruh Guru di Republik Indonesia, apa saja fakta menarik yang Bapak temui mengenai kualitas Guru?
AS: Guru kreatif itu ternyata ada dimana-mana. Mereka ada di kota terpencil sampai kota besar. Dengan caranya sendiri, masing-masing dari mereka mengatasi tantangan dalam melaksanakan tugasnya. Satu hal yang menjadi kesamaan adalah mereka menggunakan hati saat mengajar dan menjadi individu reflektif dalam menyiasati tantangan keseharian sebagai guru.
E: Kira-kira kualitas Guru seperti apa yang perlu ditingkatkan dari pengamatan Bapak sebagai Duta Guraru 2011?
AS: Menurut saya adalah tipe guru yang berlimpah sarana dan akses, namun masih berpikir dua kali untuk berubah. Berubah yang saya maksud adalah cara pandang terhadap “untuk siapa sebenarnya mereka mengajar”. Karena kalau hanya menunggu instruksi atasan, maka perubahan akan lama terwujud. Ketika mereka mau merubah pandangan bahwa demi siswalah mereka mengajar, maka mereka menjadi guru yang kreatif.
imageE: Hm, penekanan frasa “Guru yang Kreatif“ nampaknya point penting dalam karakter seorang Duta Guraru ya, Pak?
AS: Benar, saya kebetulan berasal dari sekolah internasional yang serba ada dan berlimpah fasilitas. Bagi guru-guru seperti saya, menjadi kreatif berarti tinggal memaksimalkan saja semua fasilitas yang ada dan tersedia. Jika saya hanyut dalam rutinitas, maka saya akan terjebak untuk menjadi guru yang biasa-biasa saja. Karena toh semuanya sudah ada dan tinggal pakai saja. Nah, yang membedakan adalah hasil dari pengalaman saya mengoptimalkan fasilitas melimpah yang ada di sekolah dan telah memiliki sistem mendukung tersebut. Pengalaman yang bagus saya bagi lewat blog dan saya upayakan semua guru bisa mempraktekkannya di sekolah masing-masing. Ini berarti bahwa definisi guru kreatif sangat bergantung pada situasi tantangan dari lingkungan masing masing pendidik.
E: Tentang blog, setahu kami bahwa kriteria Acer Guraru itu mesti aktif menulis di blog selama setahun terakhir; bagaimanakah cara Bapak konsisten menulis di blog?
AS: Saya berusaha menganggap semua pengalaman berharga, walaupun itu adalah sebuah kegagalan apalagi keberhasilan. Karena saya sadar untuk sebuah hal yang saya pikir biasa buat orang lain, namun bagi saya itu adalah pengalaman unik dan luar biasa. Maka dari itu saya menargetkan satu hari satu tulisan, meskipun paragrafnya tidak banyak. Tulisan-tulisan saya tersebut kesemuanya merupakan refleksi mengajar saya dan sebagai anggota komunitas belajar di sekolah saya.
E: Dalam bahasa lain, sudah saatnya Guru sekarang menggunakan media blog juga dalam meluaskan dimensi ruang “pengajarannya“ ya, Pak?
AS: Betul sekali! Karena blog adalah sarana untuk para pendidik berbagi cerita mengajar, sambil sama-sama belajar dari pengalaman orang lain
imageE: Apa pesan Bapak sebagai Duta Guraru 2011 untuk penerus Bapak selanjutnya di tahun ini?
AS: Kontes ini hanya sarana untuk menjadikan seorang guru lebih baik dari hari ke hari. Di balik kontes ini juga ada harapan besar dari semua pihak yang peduli pendidikan, khususnya Acer, yang rindu akan sosok pendidik yang total dalam berkiprah dan memberikan sumbangsihnya bagi perubahan bangsa.
E: Terakhir, apa pendapat Bapak sebagai Duta Acer Guraru 2011, mengenai manfaat EDUQO bagi para Guru, sebagai media yang fokus membahas perkembangan teknologi untuk dunia pendidikan?
AS: EDUQO adalah bukti dari aksi pihak yang peduli pendidikan dan peningkatan kompetensi kaum guru dalam bidang teknologi. Saatnya kaum guru punya situs mitra dan rujukan, dalam menemani kerja besar untuk merubah pola pikir dan praktek mengajar, dari sebelumnya melakukan proses KBM seadanya hingga pada gilirannya menggunakan IT. Ketika sudah menggunakan IT  pun, anggapan kaum guru mesti diubah untuk tidak melekatkan penggunaan IT seolah-olah bisa menambah nilai akademik siswa saja, namun semata-mata agar siswa lebih kreatif dalam mengekspresikan diri dan hasil belajarnya
Itulah hasil wawancara kami dengan Bapak Agus Sampurno mengenai seputar fenomena “Guru Era Baru”. EDUQO sangat mendukung kegiatan apapun yang membantu meningkatkan kompetensi para Guru di Republik Indonesia ini. Bahkan kehadiran EDUQO memosisikan diri di bidang media teknologi untuk pendidikan pun, agar bisa menjadi salah satu rujukan para Learning Leader (diantaranya Anda yang berprofesi sebagai seorang Guru).
Catatan: Transkrip wawancara telah melalui proses penyuntingan, tanpa mengurangi maksud yang disampaikan.

 

Tiga Tipe Guru dalam Perspektif ICT ~ Dari Situs EDUQO

 

image Tulisan ini berangkat dari hasil diskusi saya dengan Bapak Agus Sampurno dari Global Jaya School, Juara Pertama Acer Guraru (Guru Era Baru) Award 2011 (The New Era Teachers Ambassador 2011) angkatan pertama; beserta seorang kenalan baru dari situs Goesmart, Kang Denny Nugroho; mengenai perkembangan dunia pendidikan kaitannya guru dari sudut pandang ICT (Information and Communication Technology).

Setelah seminar ICT pada event ICT Indonesia Expo 2012 berjudul ”Optimalisasi Pemanfaatan ICT untuk Pembelajaran Abad 21” tersebut, kami bertiga mendiskusikan bagaimanakah kualitas guru kaitannya dalam pemanfaatan ICT (pada konteks guru di sekolah lebih akrab dikenal dengan TIK [Teknologi Informasi dan Komunikasi]). Apalagi saya yang berangkat dari EDUQO sebagai portal berita teknologi untuk pendidikan, terpanggil dalam menggalinya lebih lanjut mengenai fenomena kaderisasi Guru Ultra-Hi-Tech ini.

Sekilas mengenai seminar tersebut bahwa peran dan posisi ICT dalam proses KBM di kelas, sangat mendukung Rencana Strategis (Renstra) Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) 2010-2014; khususnya pada satu dari lima Renstra tersebut, yaitu ”Meningkatkan Kualitas/Mutu dan Relevansi Layanan Pendidikan” (dengan strategi teknisnya: ”Penyempurnaan Sistem Pembelajaran”). Bahkan ICT untuk pendidikan, tergolong sebagai salah satu dari sembilan terobosan pendidikan yang diakui pemerintah berdampak masal. Tetapi, berdasarkan data yang dipresentasikan Bapak Mohammad Ihsan selaku Sekretaris Jendral Ikatan Guru Indonesia (IGI), bahwa terdata di Republik ini sekitar 79% guru tidak menggunakan internet. Padahal dalam konteks ICT betapa mengakses internet merupakan salah satu keterampilan dasar (selain tentu saja sebelumnya piawai mengoperasikan komputer)  memasuki dunia teknologi selanjutnya.

Fakta nasional tersebut semakin mengkhawatirkan jika saya komparasikan dengan data riset World Economic Forum mengenai ranking ”Networked Readiness Index” Republik Indonesia. Indeks tersebut mengukur kesiapan berjejaring secara internet maupun intranet suatu negara dengan parameter tiga aspek:

image 1-Lingkungan ICT yang tersedia baik dalam lingkup negara atau komunitas; 2-Kesiapan pelaku utama ICT baik secara individu, bisnis, ataupun pemerintahan; dan 3-Penggunaan ICT di kalangan stakeholder. Dengan ranking indeks itu, suatu negara yang menempati posisi puncak, menunjukkan tingkat daya saing dan kemajuan peradaban tertingginya dibandingkan negara lain. Sekalipun pada periode tahun 2011 Republik Indonesia naik ranking dengan menempati posisi ke-53 setelah sebelumnya pada tahun 2010 menempati ranking ke-67 (naik 14 tingkat); namun masih jauh kalah dengan Singapura (ranking ke-2) yang padahal secara kemerdekaan negara lebih telat 20 tahun dibandingkan Indonesia.

image Di tingkat ASEAN, Indonesia memang menempati ranking ke-3 di bawah Malaysia (ranking ke-28) dan tentu saja ranking ke-1 yaitu Singapura; namun masih memerlukan kerjasama keras dan cerdas antar internal komponen bangsa, agar bisa memasuki, setidaknya 10 besar negara dengan tingkat ”Networked Readiness Index” tertinggi, menggeser salah satu negara berikut ini: Peringkat ke-1: Swedia. Peringkat ke-2: Singapura. Peringkat ke-3: Finlandia. Peringkat ke-4: Swiss. Peringkat ke-5: Amerika Serikat. Peringkat ke-6: Taiwan. Peringkat ke-7: Denmark. Peringkat ke-8: Kanada. Peringkat ke-9: Norwegia. Peringkat ke-10: Korea Selatan.

Guru-guru dengan kualitas Ultra-Hi-Tech sangat dibutuhkan Republik Indonesia hari ini demi mencetak generasi bangsa masa mendatang dengan SDM kompetitif secara kualitatif. Bahkan secara historis, urgensi aplikasi ICT dalam segenap aspek kehidupan bangsa Republik Indonesia sesungguhnya telah mulai menjadi perhatian pemerintah sejak era reformasi sekitar tahun 1998. Pada fase ”kebebasan” bersuara itu, pemerintahan era reformasi bahkan membentuk satuan khusus (task force) yang bertugas merencanakan dan melaksanakan penerapan ICT di Indonesia.

Task force tersebut mengklimaks pada tahun 2006 dengan dibentuknya Dewan TIK Nasional (DeTIKNas)—tentu kita telah mengetahui terminologi ”TIK” (Teknologi Informasi dan Komunikasi) lebih dikenal ketimbang ”ICT” (Information and Communication Technology) di kalangan dunia pendidikan—melalui Keputusan Presiden No. 26 tahun 2006. Satu fakta menarik yang saya temukan dalam buku ”Jejaring e-Pendidikan 2011” terbitan Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (PUSTEKKOM), Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, tahun 2011; bahwa salah satu program kerja unggulan DeTIKNas yaitu penerapan TIK untuk pendidikan (e-pendidikan) yang pelaksanaannya terletak pada otoritas Kementrian Pendidikan Nasional.

imageIlustrasi Guru Masa Depan Indonesia Guru sebagai ujung tombak dalam proses pendidikan di sekolah, tentunya menjadi sosok pertama yang menerapkan TIK untuk pendidikan terkhusus dalam proses KBM. Apalagi pemerintah memang mengakui, keberhasilan penerapan TIK untuk pendidikan, berefek positif terhadap efektivitas dan efisiensi proses pendidikan itu sendiri. Efek positif selanjutnya dari penerapan TIK untuk pendidikan yaitu menghasilkan masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society). Harapan pemerintah bahwa kelak muncul generasi bangsa Indonesia berpengetahuan yang terus mengembangkan diri secara kontinyu (long life learning) dan meningkatkan produktivitasnya.

Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas) sebagai salah satu infrastruktur yang berfungsi tak ubahnya ”jalan raya” untuk lalu lintas pengakses ke pusat-pusat penyedia aplikasi dan konten e-pembelajaran, sudah mengembangkan aneka bentuk e-pembelajaran. Dalam hal ini, terdapat peran Guru yang dituntut untuk memiliki tingkat kemampuan teknologi tertentu secara personal, khususnya untuk menggunakan dua bentuk e-pembelajaran dari empat yang bisa dimanfaatkan secara luas, yaitu: (1) Portal Rumah Belajar; dan (2) Buku Sekolah Elektronik (BSE). Bentuk e-pembelajaran itu sendiri memberikan manfaat diantaranya bagi para Guru sebagai berikut: (1) Memperoleh materi pembelajaran dengan akses lebih mudah; (2) Meningkatkan kompetensi pedagogik pendidik, salah satunya kreativitas serta inovasi mengembangkan konten pembelajaran; dan (3) Meningkatkan komunikasi interaktif dengan para peserta didik tanpa batas ruang dan waktu. Lalu, bagaimanakah kesiapan para Guru menyikapi perubahan metode KBM kaitannya dalam penguasaan teknologi untuk mengaplikasikan bentuk e-pembelajaran tadi?

Lanjutkan membaca “Tiga Tipe Guru dalam Perspektif ICT ~ Dari Situs EDUQO”

%d blogger menyukai ini: