Pemanfaatan TIK untuk pendidikan (wawancara Agus Sampurno dengan Majalah Chip Online)

https://www.box.com/embed/v83b177dl5vxsf5.swf

Majalah Chip online mewawancarai saya untuk edisi khusus mengenai pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pendidikan. Berikut ini adalah pertanyaan yang diberikan.

1. Hingga saat ini peran ICT di lingkungan pendidikan di Indonesia untuk level SMK/SMU sudah sejauh mana?
2. Apa manfaat yang dirasakan oleh guru dan siswa dengan proses belajar mengajar berbasiskan ICT?
3. Kendala atau tantangan seperti apa yang dihadapi untuk menjadikan ICT sebagai basis/dasar proses belajar kreatif?
4. Pesan ­ pesan untuk para guru di Indonesia agar ikut mendorong pemanfaatan ICT di lingkungan sekolah.

Berikut ini adalah jawaban yang saya berikan

Pemanfaatan computer oleh guru di SMK dan SMA

Guru-guru di sekolah tingkat SMK dan SMA,  sudah mulai menggunakan computer  dalam merencanakan pembelajaran dan mengajar di kelas. Berikut adalah kegiatan yang biasa mereka lakukan
Merencanakan pembelajaran/pekerjaan keseharian ;
• Membuat  perencanaan pembelajaran (lesson plan)
• Membuat presentasi untuk mengajar
• Memasukkan data nilai
• Menggunakan untuk keperluan pekerjaan lain misalnya membuat laporan
Sebagai alat mengajar
• Menggunakannya  untuk memutar slide presentasi di kelas
• Menggunakannya untuk  memutarkan video clip di kelas

Disisi lain dalam penggunaan ICT banyak guru yang senang menggunakan social media dalam kesehariannya berprofesi sebagai guru . Ada yang secara teratur melakukan update status dan berteman dengan siswanya di dunia social media. Sayangnya masih jarang yang secara penuh dan diniatkan menggunakan social media dalam pembelajaran. Hal ini patut disayangkan karena hampir semua siswa SMK dan SMA aktif menggunakan social media.
Tampaknya belum ada kesadaran bahwa cara terbaik menggunakan ICT di sekolah adalah dengan melalui cara yang siswa sukai. Jika hal ini terjadi akan bagus sekali mengingat tugas guru akan mudah dalam mengajar dan membina siswa sebagai seorang pendidik.

Lanjutkan membaca “Pemanfaatan TIK untuk pendidikan (wawancara Agus Sampurno dengan Majalah Chip Online)”

Topik Bulan Juni ‘Pendidikan Karakter’

http://varicazumaliamuis.files.wordpress.com/2012/01/pendidikan-karakter.jpg

Pendidikan karakter menjadi istilah yang tiba-tiba menarik untuk dibahas kembali oleh kalangan pendidik. Kenapa hal ini menjadi perhatian, apakah para pendidik dipandang kurang dalam membuat siswa punya karakter yang diperlukan bagi masa depannya. Ataukah guru sebagai aktor utama di kelas dianggap belum punya karakter yang cukup baik untuk bisa menginspirasi siswanya agar berkarakter.

Lalu karakter seperti apakah yang jadi kebutuhan kini dan masa datang, bagaimana cara guru menanamkan karakter di kelas, bagaimana penyelenggara sekolah membuat ramuan agar lulusan sekolahnya punya karakter? semuanya akan dibahas di bulan Juni ini

Silahkan membaca artikel berikut ini

5 karakter guru yang profesional

Mendidik anak dan siswa kita dari kecil untuk menjadi pemimpin, mengapa tidak?

5 karakter sekolah yang bagus

7 cara menjadi guru yang profesional dalam bersikap

Membentuk masyarakat pembelajar di sekolah

Lomba Penulisan Artikel Guraru: “Pemanfaatan Teknologi untuk Ruang Kelas yang Kreatif”

Pendidikan selalu mengalami perkembangan dan perubahan.Guru sebagai tokoh kunci dalam pendidikan dituntut dapat menyesuaikan diri dengan perubahan sekaligus tidak meninggalkan nilai–nilai pendidikan itu sendiri. Kemajuan teknologi dan perkembangan jaman mendorong para guru untuk semakin kreatif dan inovatif dalam proses belajar mengajar.

Dalam rangka Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2012 dan upaya meningkatkan kreativitas serta partisipasi guru dalam peningkatan literasi teknologi, Acer Guru Era Baru (Guraru) mengadakan lomba penulisan artikel yang bertema “Pemanfaatan Teknologi untuk Ruang Kelas yang Kreatif”

Kami mengajak anda untuk ikut serta dalam lomba penulisan artikel yang diadakan oleh Acer Guraru, yang detailnya dapat dilihat di bawah ini:

LOMBA PENULISAN ARTIKEL GURARU

“Pemanfaatan Teknologi untuk Ruang Kelas yang Kreatif”

Syarat Umum Lomba:
1. Peserta adalah anggota dari website komunitas Guraru (www.guraru.org) dan melengkapi profil anggota di http://guraru.org/register.html

2. Peserta memuat tulisan di www.guraru.org sesuai dengan tema “Pemanfaatan Teknologi untuk Ruang Kelas yang Kreatif”, dengan topik yang bisa dipilih:

  • Pemanfaatan Teknologi untuk Pendidikan
  • Menciptakan Suasana yang Kondusif dan Menyenangkan Dalam Proses Belajar Mengajar
  • Penggunaan Alat Peraga dalam Proses Belajar Mengajar

3. Tulisan bisa berupa opini, pemikiran atau pengalaman peserta yang berkaitan dengan topik. Penyajian yang menarik dan kreatif (bergaya tulisan populer dan/atau disertai gambar/video) menjadi nilai tambah.

Lanjutkan membaca “Lomba Penulisan Artikel Guraru: “Pemanfaatan Teknologi untuk Ruang Kelas yang Kreatif””

Guru yang profesional adalah guru yang senang belajar dan meningkatkan diri

Jika anda diminta memilih sebuah analogi atau persamaan profesi guru, anda pilih yang mana, apakah lilin yang menerangi lingkungan sekitar atau sebuah teko yang menuangkan air. Keduanya sama-sama menariknya, saya lebih memilih falsafah guru sebagai teko yang memberikan air pada gelas-gelas yang kosong. Jika falsafah itu yang dipilih itu berarti sebagai guru, diri kita ini tidak boleh ‘kosong’ karena jika itu terjadi apa yang bisa kita berikan pada gelas (murid) kita yang memerlukan bantuan kita sebagai guru dalam hal pengetahuan dan ilmu baru. Ini berarti guru mesti mau dan gemar belajar kembali, agar hal yang ia berikan pada siswa adalah hal yang baru.

Saat ini ada sebutan yang sudah mulai lazim digunakan yaitu Professional development atau PD. Istilah tersebut mengacu pada cara guru atau lembaga meningkatkan dirinya sendiri lewat pelatihan dan lain lain. Semuanya mengacu pada satu proses ‘guru belajar kembali’. Sayangnya banyak sekolah masih menjadikan proses ini sebagai proses yang mahal, misalnya pelatihannya di tempat wisata atau dikemas dalam bentuk studi banding ke luar negeri. Jika dana tersedia atau sekolah kuat dalam pembiayaan tidak menjadi masalah saja, sayangnya acuannya cuma dana jadinya tidak ada dana tidak ada peningkatan kompetensi guru.

Berikut adalah beberapa prinsip cara guru meningkatkan kompetensinya sendiri.

  • Lakukan kegiatan peningkatan kompetensi dengan banyak cara dan metode

Siapa saja jadi presenternya, asal sesuai topik . Guru belajar lagi itu keharusan dan belajar bisa dari siapa saja yang penting ilmu bertambah. Belajar bisa dari guru senior, guru yunior, murid sendiri, atau dari kepala sekolah. Sekarang pelatihan/peningkatan kompetensi guru bisa dilakukan kapan saja, pulang sekolah 1 jam pun cukup, asal rutin, paling lama adalah 2 minggu sekali. Alternatif pelaksanaan Pelatihan kompetensi guru bisa macam2, dari acara bedah buku, sampai lihat film pendidikan bersama lalu dibahas sebagai diskusi antar professional. Alternatif lain, jika ada teman yang baru studi banding atau menghadiri presentasi bisa diminta presentasi.

  • Singkirkan dulu alasan-alasan, mulai perbanyak sebab kenapa sebagai guru kita mesti belajar lagi

Banyak guru senior menolak untuk belajar, dengan alasan ‘buat apa saya belajar lagi toh saya sudah mau pensiun?’ Naah menurut saya saatnya guru muda tampil beri contoh, dampingi. Jangan salah bukan hanya guru senior, guru yunior pun banyak yang malas, alasannya ‘bikin (menambah) pekerjaan aja’. Guru belajar lagi? pastinya menambah kerjaan, tapi faedahnya, murid senang, guru juga karena murid lebih enjoy saat dia mengajar. Sudah bukannya jamannya lagi, guru disuruh atasan (atau cari sertifikat) baru mau belajar. Memang pernah ada suatu masa penataran/seminar/workshop jadi ajang mencari sertifikat, apapun temanya mau nyambung atau tidak dengan bidang si guru akan diikuti sepanjang ada sertifikatnya.

  • Biarkan guru memilih topik pelatihan

Sekarang topik pelatihan guru, bisa di vote, kepala sekolah tanya guru mau pelatihan apa?   Gunakan teknologi pakai situs surveymonkey untuk voting. Sebuah topic yang diminati akan banyak mendapatkan pemilih. Tugas kepala sekolah untuk mencarikan pembicara atau orang yang ahli. Bisa dari guru yang berasal dari sekolahnya sendiri, bisa juga dari luar yang berkompeten.  Banyak contoh yang membuktikan jika guru diminta memilih topic maka ia akan senang dan semangat mengikuti pelatihan. Sebaliknya model pembinaan guru yang temanya diambil dari yang lagi populer, cuma membuat guru sadar sejenak habis itu lupa

  • Dalam mencari pembicara pelatihan kompetensi guru, jangan silau pada gelar akademis, cari orang yang bisa mengajarkan guru hal yang aplikatif.

Saya sering mendengar keluhan dari teman-teman guru yang hadir pada seminar atau pelatihan untuk guru. “Tema seminarnya sih ok, dan pembicaranya pun hebat-hebat dari universitas ternama”, begitu biasanya mereka katakan namun saat saya tanyakan apa yang bisa diterapkan dikelas, rekan saya itu kebingungan. Hal ini sangat wajar karena pembicara yang berasal dari akademisi biasanya berbicara dalam tataran konsep. Sebuah hal yang walaupun diperlukan namun kurang bisa langsung diterapkan oleh guru. Saran saya carilah orang yang bisa mengajarkan pengetahuan dan mengajarkannya secara aplikatif. Dijamin guru akan mengajar dengan cara yang baru karena guru haus akan tips dan trik terbaru dalam mengajar.

  • Gunakan social media sebagai sarana peningkatan kompetensi

Menggunakan sosial media untuk peningkatan kompetensi guru, pasti bisa. Banyak sekali cara meningkatkan diri lewat social media, silahkan bergabung di halaman Facebook organisasi guru, di situ ada banyak diskusi    yang mencerahkan soal pendidikan. Di twitter ada obrolan #twitedu dan #gurarutalk yang temanya berganti setiap minggu. Disana banyak pendidik dari seluruh Indonesia berbincang dan berdiskusi. Jika anda sudah punya akun di twitter ikuti orang yang cocok untuk peningkatan kompetensi yang anda butuhkan, coba untuk berinteraksi dijamin mereka akan reply dan dengan senang hati berbagi pengetahuan.

Cara Ampuh Jadikan Orang Tua Siswa Sebagai Mitra Anda Sebagai Guru

smakkaritastiga.com/

Hubungan orang tua siswa dan guru selalu menarik untuk diperbincangkan. Sepanjang pengalaman saya mengajar, mengikut sertakan peran aktif orang tua sangat membantu perubahan anak didik kita di kelas. Dalam menjadikan orang tua sebagai mitra ada banyak factor dan sebab yang berperan. Apa saja itu? 5 hal dibawah ini sakan menjawab keinginan tahuan anda. Jika anda punya hal lain berdasarkan pengalaman anda selama ini, ayo berbagi dengan saya lewat kolom komentar

1.      Komunikasi, komunikasi dan komunikasi

Komunikasi yang terbuka dan selalu sediakan waktu untuk  orang tua siswa itu penting   membangun rasa percaya. Jikalau ada perbuatan guru yang salah, akui saja. Guru profesional berjiwa besar dan mau berusaha perbaiki kesalahan. Guru yang baik akan senang mengabarkan proses, hindari mengabarkan orang tua siswa kalau pembicaraan hanya mengenai nilai yang kurang dan kelakuan siswa yang minus. Sepanjang pengalaman saya orang tua siswa mengeluh karena guru kurang komunikatif, so let’s improve our communication skill .

2.      Mau mendengar dan mengambil tindakan

Orang tua siswa juga manusia, mereka suka jika didengarkan dan guru lakukan ‘action’ jika ada hal yang dirasa kurang. Saat orang tua mengeluh, dengarkanlah, tunjukkan anda peduli dan mudahlah meminta maaf  jika ada hal yang dirasa belum sesuai dengan harapan mereka. Orang tua siswa mengeluh itu biasa, guru yang lari dari masalah, mau menang sendiri itu yang jangan sampai terjadi

3.      Bagaimana anda perlakukan siswa anda sehari-hari di kelas

Perlakukan siswa dengan hormat, jaga harga diri mereka, dijamin hubungan guru dan  orang tua siswa harmonis. Jika murid anda  bandel, susah diatur, lambat belajarnya, itukan sekarang. Percayalah   pada jalannya proses, tugas guru iringi siswa berproses  dalam suasana yang positif.

4.      Gunakan teknologi untuk berkomunikasi

Jaman sekarang guru hanya mau dihubungi lewat tatap muka? bukan jamannya lagi yuk gunakan teknologi  saat berkomunikasi orang tua siswa.  Bukan berarti anda mesti angkat setiap telepon dari orang tua, lewat sms misalnya cukup bagi guru dan orang tua siswa berkomunikasi. Hal yang paling dilihat orang tua dari kemauan anda dihubungi dan berkomunikasi lewat teknologi adalah itikad baik anda untuk peduli, berempati dan bersedia dijadikan mitra dalam mendidik anak-anak mereka.

5.      Rasa percaya inti dari pola kemitraan antara guru dan orang tua siswa

Sering dikeluhkan  orang tua siswa ? segera berkaca, mungkin saja kita belum bisa raih rasa percaya siswa kita sendiri. Guru dan  orang tua siswa mesti saling percaya, bahwa masing-masing ahli dibidangnya. Guru ahli mengajar/mendidik sedangkan  orang tua siswa ahli   masalah anaknya, bayangkan dari rahim mereka murid anda lahir.  Orang tua siswa peduli itu bagus, bahkan jika mereka cuek pun bagus juga, karena tugas guru jadi lebih bermakna

Seminar Guru Era Baru, Optimalisasi Pemanfaatan ICT Untuk Pembelajaran Abad 21

Foto dari blog http://sulisisme.blogspot.com/2012/05/optimalisasi-ict-untuk-pembelajaran.html

eminar Pemanfaatan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi di kelas berlangsung di  gedung JCC Jakarta 5 Mei 2012. Pemanfaatan TIK akan membantu konten dari guru  sudah baik dari sisi perencanaan pengajaran. Guru bisa mulai dari tujuan pembelajarannya apa? dari situ tentukan mau gunakan alat/situs/software . Ada prinsip yang sangat mendasar dalam hal pemanfaatan TIK yaitu guru perlu tahu hasil akhirnya saja, soal cara menggunakannya? bisa sambil jalan. Artinya siswa sekarang bisa dengan cepat mempelajari sesuatu apalagi belajar dan menguasai teknologi.   Guru hanya perlu menyuruh mengarahkan sambil ememinta siswa saling mengajarkan satu dengan yang lainnya.

Berikut ini adalah beberapa prinsip dasar yang saya sampaikan;

  • hanya menunggu sampai diri sendiri sebagai guru bisa menggunakan teknologi? murid kita akan jauh mendahului
  • hal yang guru butuhkan dalam    pemanfaatan TIK di kelas adalah contoh, ide-ide dalam integrasi pembelajaran, serta pelatihan   ‘ramah guru’
  • yang benar adalah ‘belajar dengan menggunakan teknologi’ bukan ‘mengajarkan cara menggunakan teknologi’
  • mulai sekarang jika ada pelatihanTIK dari diknas, kirimlah guru paling pintar  (mengajari teman guru lainnya)
  • modal guru dalam belajar    cuma rajin bertanya pada yang sudah bisa, sambil membeli (cicil) kalau belum punya atau tanya pada murid
  • selalu tanya pada diri sendiri jika temukan software/situs   bagus, ‘apa   saya bisa lakukan dengan murid saya di kelas’
  • dalam     pemanfaatan TIK di sekolah, posisi guru & siswa sejajar, keduanya adalah ‘learner’
  • jika anda ‘kepala sekolah’ jadilah model dalam belajar teknologi sambil katakan ‘gagal hal   biasa dalam belajar’

 

Anda juga bisa membaca ulasan lengkap mengenai seminar ini di blog para guru hebat yang hadir

Blog Pak Firdaus , blog pak Bhayu , blog Pak Edy   dan  Blog ibu Mugi ,

 

Prinsip menjadikan sekolah sebagai komunitas

 

It Takes a Village to Raise a Child

African Proverb

Apakah sekolah anda adalah sebuah komunitas? atau sekedar tempat berkumpulnya orang-orang dari jam 7 pagi – 3 sore. Komunitas yang saya maksud adalah sebuah lingkungan mendukung yang membuat individu yang ada didalamnya merasa senang , aman belajar dan bebas mengemukakan pendapat. Menjadi seorang yang merasa dekat dengan komunitas di sekolahnya adalah tantangan bagi semua pengelola sekolah.  Banyak murid yang lebih cinta & bangga pada komunitas diluar sekolah daripada sekolahnya sendiri. Ciri utama sekolah yang berhasil menjelma jd komunitas adalah sukses menjaga perasaan orang-orang yang ada di dalamnya

Saya ingat beberapa bulan lalu ada seorang public figure bercerita bahwa anaknya stress karena sering diejek oleh temannya soal statusnya sebagai anak adopsi. Pertanyaan saya adalah kemana guru-guru dan sekolahnya. Apakah yang sudah dilakukan sekolah tersebut sebagai sebuah komunitas dalam menjaga perasaan orang-orang yang ada didalamnya. Berikut ini adalah beberapa prinsip sekolah sebagai komunitas dari sisi guru, orang tua siswa dan pengelola sekolah

Bagi guru

  • Ukuran sekolah sebagai komunitas siswa baru tidak dikerjai siswa lama, guru baru tidak diospek guru lama
  • Bebas dari bullying, antar guru dan antar siswa atau guru ke siswa dan sebaliknya
  • Orang tua diperlakukan sebagai mitra bukan klien yang mesti disenang2kan hatinya
  • Siswa yang lambat belajarnya dicarikan jalan keluar, semua bahu membahu cari solusi
  • Guru masa kini adalah ia yang jadi pemimpin komunitas pembelajar di kela tugas guru di kelas adalah membentuk komunitas, bukan individu siswa yang saling bersaing
  • saatnya mengubah istilah, guru lagi mengelola kelas, sekarang jamannya membuat komunitas pembelajar di kelas
  • Guru yang pintar dan profesional,selalu punya komunitas, twitter adalah komunitas dalam genggaman

 Bagi Orang tua

  • Orang tua siswa memperlakukan guru sebagai mitra bukan vendor yang bisa ‘ditunjuk’ pekerjaannya
  • Orang tua siswa selalu berupaya menempatkan guru anaknya sebagai profesional, bukan cuma menitipkan terima beres
  • tidak hanya guru dan sekolah yang bertanggung jawab tapi orangtua & lingkungan keluarga berperan penting sekolah sebagai komunitas

Bagi pengelola sekolah

  • Kepala sekolah sibuk lakukan ‘coaching’ pd guru2nya, guru2 sibuk cari solusi bagi permasalahan di kelasnya
  • Guru akan senang utk kembali belajar jika sekolah bisa ciptakan komunitas pembelajar di sekolah
  • Ciri-ciri komunitas yang sehat adalah rasa saling percaya jika membuktikan bahwa jika guru didukung dlm suasana yg sehat ia akan jadi mahluk yg percaya diri dan siap berubah
  • Prinsip hubungan antara kepala sekolah & guru adalah kemitraan, dalam komunitas yang sehat kemitraan sangat perlu dalam menjaga suasana saling mendukung antar individu.
  • kepala sekolah yang baik, membantu dengan sekuat tenaga agar gurunya bisa memimpin, karena komunitas yang sehat selalu bisa melahirkan pemimpin.

Tulisan mengenai blog ini di blog Bapak Putra Sampoerna

puterasampoerna.com

KATA orang, hidup tak akan berarti tanpa mimpi. Hidup menjadi kurang bermakna tanpa tujuan dan motivasi yang tinggi. Pun halnya dalam melakukan sesuatu, mengeja masalah, lalu kemudian memecahkannya. Membenamkan diri pada hal yang disukai misalnya, adalah salah satu cara mencintai dan berdedikasi. Termasuk pada pekerjaaan yang kita geluti sehari-hari. Apapun pekerjaan kita di luar sana, menjalaninya dengan hati adalah salah satu kunci atas pencapaian tertinggi. Lalu pertanyaannya, seberapa besar irisan hati yang kita bagi?

 

Menyambung tulisan saya mengenai pengajar muda dari Indonesia Mengajar di postingan sebelumnya, kali ini saya ingin mengangkat tentang salah satu guru terbaik yang dimiliki negeri ini: Agus Sampurno.Mengapa sosok yang kesehariannya mengajar di salah satu sekolah dasar di Jakarta ini menarik?Pertama, bidang yang ia tekuni sejalan dengan salah satu pilar Putera Sampoerna Foundation, yaitu pendidikan. Profesi menjadi guru sudah tentu merupakan kontribusi nyata seseorang dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kedua, menjadi guru kreatif yang berusaha menjawab tantangan persoalan pendidikan, khususnya di sekolah dasar bukanlah hal yang sederhana.
Kompleksitas masalah pendidikan ini sulit didedah jika kita tidak berdiskusi tentang konsep pendidikan hingga level paradigma. Dan ketiga, tenggelam sekaligus menggali intan di dasar keilmuan keguruan tentu membutuhkan loyalitas tinggi serta ketekunan yang berbeda. Mengingat hal ini merupakan sesuatu yang tidak banyak dilakukan oleh, bahkan, mereka yang berprofesi sebagai guru itu sendiri.Jika kita sepakat bahwa kualitas pendidikan suatu negara juga dapat diukur dari kualitas lulusan maupun sang pengajar, maka Agus Sampurno adalah salah satunya. Melalui blog yang ia kelola sejak 2007 itu, ia berbagi  solusi serta inovasi sistem pengajaran yang cukup menarik. Ia membangun ruang diskusi dan demokrasi bagi para guru yang juga ingin berbagi pengalaman mengajar.
Tulisan-tulisannya juga banyak bercerita tentang teori-teori pendidikan, strategi pengajaran efektif, integrasi teknologi dengan pembelajaran, serta tips-tips yang mudah diterapkan dalam kegiatan mengajar sehari-hari di sekolah.Saya juga setuju dengan cara mengajarnya yang memang sedikit berbeda. Ia hanya melontarkan beberapa pertanyaan lalu membiarkan siswanya berani tampil dan menjelaskan jawabannya kepada kawan-kawan sekelasnya. Baginya, cara tersebut membuat kelas menjadi “ramah” secara intelektual karena memberikan kesempatan kepada murid-muridnya untuk mengeksplorasi ilmu.
Menurut saya, hal ini sangat penting, karena dengan cara ini, seorang guru dapat merangsang kemampuan analisa, rasa percaya diri, maupun kemampuan public speaking dari masing-masing muridnya.Mengamini pepatah apa yang kita tanam adalah apa yang kita tuai, tepat pada perayaan On Off tahun lalu, ternyata Agus Sampurno, si guru kreatif ini pun meraih Juara Guraru Award ACER 2011 mengalahkan lebih dari 200 peserta lainnya.
Award ini sendiri diberikan khusus kepada guru-guru yang telah berdedikasi dengan memanfaatkan teknologi.Melihat apa yang telah dilakukan Agus Sampurno, pikiran saya kemudian tertuju kepada salah satu inisiatif PSF dalam mencetak guru-guru berkualitas dunia melalui Sampoerna School of Education (SSE). Sejak pertama kali didirikan pada 2009, kampus ini sengaja didesain untuk mencetak guru guru berstandar internasional, termasuk aware dengan pemanfaatan ICT seperti yang dilakukan oleh Agus Sampurno tadi. Kelak jika mereka lulus dan terjun ke sekolah sekolah, mereka mampu bersaing secara internasional dalam memberikan pengajaran yang berkualitas tinggi.Jika semua pihak saling bersinergi dalam memajukan kualitas guru, maka pendidikan nasional yang berkualitas tentu bukanlah sebuah keniscayaan. Pemerintah, swasta, serta semua masyarakat termasuk keluarga, sangat berperan penting dalam mewujudkan cita cita undang undang dasar kita. Bahwa pendidikan berkualitas merupakan hak setiap penduduk Indonesia
Bagaimana menurut Anda?

Putera Sampoerna

Pemanfaatan TIK dan sosial media dalam pembelajaran

Seminar yang merupakan pembuka dari deklarasi IGI cabang Bogor pada tanggal 28 April 2012 dihadiri oleh guru yang ada di Bogor dan sekitarnya.  Ada dua hal atau tema besar yang dibahas dalam acara workshop kali ini. Yang pertama adalah bagaimana meningkatkan kemauan guru untuk menggunakan teknologi dan yang kedua adalah mengubah pandangan guru dalam memandang social media untuk pembelajaran.

Guru yang hadir saya ajak untuk menelaah kembali hal-hal apa yang sudah atau belum mereka lakukan di kelas. Karenanya dalam membuat teknologi akrab di kelas dan menjadi andalan dalam membuat murid jadi semakin sennag belajar perlu prinsip sebagai berikut

  • menerapkan konsep tutor sebaya

Biarkan siswa saling mengajari keterampilan teknologi satu sama lain, hal ini akan mengubah suasana di kelas menjadi suasana para ahli mengajari ahli lainnya. Konsep tutor sebaya juga membuat siswa yang tadinya tidak mempunyai ‘hak suara’ di kelas menjadi siswa yang berkemampuan mengajarkan orang lain dan dimulai dari temannya sendiri

  •  Mulai dari hal yang menyenangkan

Saya hargai niat baik dari guru jika ingin menerapkan teknologi dikelas, namun mulailah dengan hal yang menyenangkan  Dijamin anda sebagai guru semakin percaya diri dalam mencoba hal lain yang lebih sulit. Mencoba dengan hal yang menyenangkan misalnya; membuat grup di FB lalu biarkan murid menjadi anggotanya atau menggunakan HP di kelas untuk menghitung (kalkulator) atau mengirimkan sms sebagai alternatif pengmpulan PR

  • Menerima kenyataan bahwa murid lebih pandai dalam hal penggunaan teknologi.

Dengan menerima kenyataan anda jadi lebih mudah mengajar mereka. Jika murid anda 40 orang anda jadi punya 40 orang asisten dan 40 orang tempat untuk bertanya. Bertanya pada siswa akan makin membuat siswa yakin bahwa gurunya adalah orang yang mau dan senang belajar.

  • Senang berbagi situs yang menarik pada sesama guru, senang bertanya pada guru yang lebih yunior dalam menggunakan teknologi.

Berbagi situs pada sesama guru adalah sebuah hal yang sangat professional yang bisa anda lakukan saat ini sebagai guru. Berbagi situs berarti berbagi pengetahuan, berbagi situs berarti  anda adalah pengguna internet yang aktif dan seorang guru yang senang akan hal baru demi meningkatkan mutu belajarnya dikelas. Bertanya pada guru yunior juga sebuah hal yang bagus dan baik sekali, guru menjadi bisa selalu memperbaharui pengetahunannya tentang teknologi. Pertanyaan yang anda ajukan bisa dimulai dari masalah pemeliharaan laptop atau bagaimana membuat password yang gampang diingat sekaligus aman.

Keempat hal diatas saya sudah terapkan dan saya percaya bisa mempercepat proses integrasi dan pemanfaatan TIK di kelas. Bicara mengenai pemanfaatan TIK  belum lengkap rasanya jika belum memasukkan penggunaan social media dalam dunia pendidikan dan pembelajaran di kelas. Beberapa resep yang saya hadirkan kepada guru yang hadir adalah;

  • Jika guru saja sebagai orang dewasa menyukai social media (FB dan sejenisnya) apalagi siswa.

Masih banyak guru yang beranggapan social media hanya untuk orang dewasa saja. Dengan alasan bahwa social media bisa membuat siswa malas belajar bahkan sampai lupa waktu. Padahal jika guru mau mulai mau mengintegrasikan mencoba maka akan lain lagi ceritanya. Siswa akan lebih semangat dalam belajar karena ia merasa guru mengerti dunianya.

  • Gunakan cara pandang murid kita terhadap social media

Sosial media untuk murid kita sekarang benar-benar dirasa mengubah dan mewarnai hidup mereka. Hal ini terjadi dikarenakan sifat social media yang merupakan ‘percakapan’. Sebuah hal yang saat ini jarang ditemui di kelas-kelas kita sekarang ini. Banyak sekali guru yang masih menerapkan pola komunikasi satu arah.. Jika guru menggunakan cara pandangnya terhadap social media maka ia akan sama senangnya dalam mengeksplorasi segala hal yang ada dan menjadi keistimewaan dalam social media sebagai alat pembelajarannya di kelas.

  • Cara pandang anda terhadap sosial media berbanding lurus dengan situasi di kelas anda

Dalam beberapa kesempatan saya pernah berbicara dengan guru yang marah sekali karena dibicarakan oleh muridnya di social media. Dalam kasus ini guru menyalahkan siswa mengapa begitu kurang ajarnya memaki-maki gurunya di social media sementara tidak pernah mau mengatakan apa yang dirasakannya langsung kepada guru yang bersangkutan.

Menurut saya hal ini bisa terjadi karena guru lebih banyak memonopoli komunikasi di kelas sedangkan murid jarang dibiarkan punya kesempatan berbicara serta mengutarakan secara santai apa yang dirasakannya.

Sebaliknya guru yang senang menggunakan social media biasanya dalam kesehariannya bersikap demokratis dan saat yang sama menerapkan prinsip ‘tegas dan ramah’ kepada siswanya.


Agus Sampurno
Educational Blogger | Educational Motivator | Teacher Professional Development Program Facilitator | Global Jaya International School Teacher Indonesia
+62-21- 745 – 7562 | +62-813 -155 – 90729 | https://gurukreatif.wordpress.com | agus@globaljaya.com | a.sampurno@gmail.com | twitter : gurukreatif

%d blogger menyukai ini: