Google dan Pendidikan

Google tidak akan pernah menyaingi guru, tapi guru yang ‘gaya mengajarnya itu-itu saja’, akan dikalahkan Google

Google makes us stupid. Sebuah kata-kata yang membuat saya yang berprofesi sebagai guru terhenyak. Betapa tidak sebagai mesin pencari, google telah banyak berjasa dalam membuat diri saya kreatif sebagai guru. Memang sebagai  alat bantu kita mesti  bijaksana menempatkan teknologi sebagai alat bantu,bukan malah menjadi ketergantungan. Urusan guru masa kini bukan perihal minta siswa mencari pengetahuan, biarlah itu jadi urusannya google

Beberapa hal yang menjadi catatan saya saat guru berinteraksi dengan google antara lain

  • Google akan kalahkan saya sebagai guru, jika siswa saya dikelas saya suruh menghapal fakta
  • Padahal yang dibutuhkan dari anak2 kita sekarang adalah kemampuan ‘mengunyah’ informasi, lalu menuliskannya dengan bahasa sendiri
  • Maklum di jaman ‘google’ jadi raja sekarang ini, anak (dan kita juga) senangnya kopi paste bulat-bulat
  • ‘copy paste’ bulat-bulat yang dimaksud adalah ketika seorang anak kelas 4 menggeleng tidak tahu saat ditanyakan kembali arti tulisan yang dia tulis
  • Artinya anak tersebut benar2 hanya copy dan paste dari internet (baca google) kemudian dimasukkan ke dalam tugasnya
  • Minta siswa bertanya pada kita sebagai gurunya, semua hal yang google tidak tahu karena biarlah google yang membantu siswa saat mereka bertanya ‘kapan’, ‘siapa’, ‘dimana’mengenai topik pelajaran yang diajarkan
  • Urusan guru masa kini bukan perihal minta siswa mencari pengetahuan, biarlah itu jadi urusannya google
  • Jika guru senang cari info apa saja di google, ia juga mesti bisa ajarkan cara googling yang efektif pada siswanya
  • Guru abad 21 lebih suka melatih siswanya bertanya karena google membuat kegiatan mencari jawaban jadi lebih mudah
  • Hemat waktu siswa anda yang berharga, ajari mereka mencari info yang dengan efektif di Google

Guru – Murid di Social Media, Sebaiknya Bagaimana?

Sebagian dari para guru tentu sudah aktif di social media (Twitter & Facebook) dan juga terkoneksi dengan para siswa di channel2 tsb. Sejauh mana sebaiknya hubungan guru-siswa di social media? Apakah menempatkan diri sebagai teman atau masih menjaga ketat peran sebagai guru yg berhak mengingatkan? Sebagai contoh bila kita melihat siswa berkata kotor/marah-marah di status Facebook, apa yg sebaiknya dilakukan… Mengingatkannya via channel tsb atau mengajaknya diskusi secara tatap muka?
Terima kasih.

Jawaban:

Terima kasih atas pertanyaan yang diberikan.
Dalam konteks pendidikan, sosial media adalah gambaran kehidupan nyata di kelas. Di kelas situasinya beragam, jika gurunya kaku maka situasi kelas juga akan terasa dingin dan tanpa dialog. Sebaliknya jika situasi kelas demokratis semua pihak bisa memberikan pendapat sepanjang relevan dan guru bersikap tegas tapi ramah. Sosial media hadir menantang kebekuan yang terjadi di kelas-kelas yang diajar oleh seorang guru yang biasa mengajar ‘satu arah’. Padahal semua orang setuju dunia pendidikan itu dinamis dan terus berkembang. Kelas yang gurunya hanya sibuk berceramah dan cenderung satu arah akan terlihat kurang menarik jika dibandingkan dengan gaya komunikasi yang ada di dunia sosial media. Uniknya menghadapi kelas yang Di dunia sosial media semua orang dianggap sama, yang membedakan satu individu dengan individu lainnya adalah kontribusi atau sumbangan pemikiran pada orang lain .

Dalam dunia sosial media sebaiknya guru punya fan page dan tidak langsung berteman dengan siswa di Facebook. Biarkan siswa jadi fan gurunya di facebook. Jika anda sebagai guru sudah terlanjur berteman dengan siswa di FB misalnya, maka konsekuensi untuk mengingatkan siswa terus menerus akan anda terima sebagai konsekuensi. Jika ada murid yang berkata kotor cukup ingatkan saja (langsung atau lewat inbox) bahwa semua yang mereka tuliskan di dunia sosial media tidak akan hilang walaupun sudah dihapus.

Ingatkan juga bahwa di masa depan orang akan melihat rekam jejak seseorang bukan dari surat kelakuan baik yang dikeluarkan oleh kepolisian tetapi dari hasil pencarian lewat google. Lebih baik sarankan siswa untuk isi halaman sosial medianya dengan foto yang menunjukkan pencapaian atau prestasi. untuk anak yang senang seni misalnya minta ia upload gambar atau hasil lukisannya.

Semua hal yang saya sebutkan diatas hanya bisa ditiru siswa jika sebagai guru kita memberikan contoh. Isi facebook kita dengan hal positif dan jauhi berkeluh kesah lewat sosial media.

Wawancara Guru Era Baru 2011

Guraru Award 2011 baru saja berakhir. 3 guru terpilih sebagai guru – guru yang memanfaatkan teknologi internet dalam proses belajar mengajar. Mari berkenalan satu persatu.
Kali ini dengan Pak Agus Sampurno, seorang guru Sekolah Dasar Internasional di Jakarta. Guru yang berpengalaman mengajar lebih dari 10 tahun ini mengembangkan metode-metode kreatif dalam Kegiatan Belajar Mengajar di kelas. Hal ini bisa dilihat dari isi blog-nya yang mengangkat beragam topik, mulai dari teori-teori pendidikan, strategi pengajaran yang efektif, integrasi teknologi dengan pembelajaran, tips-tips yang mudah diterapkan dalam kegiatan mengajar sehari-hari, kreatifitas dalam membuat kegiatan belajar yang menarik berdasarkan subjek dan topik yang berbeda, administrasi kelas serta pendekatan dalam mengajar yang terkini. Pak Agus terpilih sebagai penerima penghargaan dari Aksi Guru, sebuah program kerjasama antara Citi Success Fund (CSF) dan Hope Indonesia. Mari berkenalan & baca tulisan-tulisannya di https://gurukreatif.wordpress.com/ dan ikuti letupan serta ide kreatifnya di akun twitter http://twitter.com/gurukreatif
Yuk simak wawancara dengan beliau:

    Bagaimana perasaan Bapak ketika terpilih menjadi satu dari 3 guru penerima Acer Guraru Award? 

Perasaan saya senang dan terharu, saya tidak menyangka media blog yang saya jadikan sarana untuk berbagi pengetahuan dan cerita keseharian saya mengajar diapresiasi sedemikian rupa oleh sebuah nama besar dalam bidang teknologi komunikasi yaitu Acer.

Saya juga langsung mengingat masa-masa dimana kejenuhan mengajar melanda saya di tahun 2007an. Saat itu saya merasa dunia pendidikan dan profesi keguruan begitu berat dan memakan banyak energi untuk bisa bertahan. Perasaan tadi hilang sedikit demi sedikit ketika saya membuat blog.

Dari tanggapan pembaca yang masuk, saya jadi sadar bahwa kesulitan dan kejenuhan yang saya alami tidak seberapa dibanding tantangan yang rekan-rekan guru hadapi. Hal yang menarik lainnya adalah aktivitas yang saya anggap rutinitas ketika saya menulisnya di blog ternyata sebuah hal yang berharga untuk dijadikan masukan atau tambahan ide mengajar bagi guru-guru lain.

    Apa motivasi dan harapan Bapak saat hendak mengikuti program Acer Guraru Award?

Saya ingin mensupport semua pihak yang mengusahakan dan mensponsori kegiatan yang dekat dan berujung pada peningkatan kompetensi guru. Ajang Acer Guraru Award adalah upaya terbaik dalam membuat guru tertantang untuk berkreasi lebih baik lagi.

Guru era baru bukan guru yang sekedar pintar bidang IT atau jago membuat blog, ia juga mesti bisa sabar dan menginspirasi guru lainnya lewat kata dan tindakan untuk bisa menjadi guru yang lebih baik lagi bagi siswanya.

    Apa saja pengalaman berharga, suka duka Bapak dalam mengikuti program Acer Guraru Award?

Pengalaman yang paling berharga adalah soal membina dan mengapresiasi pembaca yang dengan setia mengikuti blog saya. Ajang ini seperti mengingatkan saya untuk makin setia pada pembaca.

Ajang Guraru Award bukan soal dukung mendukung atau dinilai dari banyaknya dukungan. Karena saya yakin juri malah melihat seberapa erat dan intensitas ‘conversations’ atau percakapan yang terjadi di blog antara anda dan pembaca.

Saya juga menjadi semakin yakin bahwa prinsip utama membuat blog adalah ‘it’s all about them and not about me’. Suguhkan semua yang terbaik untuk pembaca, kalaupun ada hal mengenai diri kita sebagai pembuat blog lakukan dengan halus agar tidak terasa menggurui atau merasa ‘lebih’ dari yang lain.

    Apa saja kegiatan yg bapak telah Bapak ikuti selama menjadi ambassador Acer?
Saya menikmati sekali semua hal yang menjadi kewajiban yang menyenangkan sebagai konsekuensi terpilihnya diri saya sebagai Guru era baru. Misalnya bisa bertemu dan berbicara di depan guru-guru lainnya di seluruh Indonesia lewat workshop dan seminar, dan bisa mengenal personil dari Acer yang begitu besar empatinya bagi pendidikan.

    Menurut Bapak, pentingkah guru menguasai tekologi, di luar penguasaannya akan materi yang diajarkan? Dan mengapa?
Guru yang sudah baik akan semakin menjadi baik cara mengajarnya jika ditunjang dengan teknologi. Teknologi sekarang ini bukan cuma digunakan untuk mengajar dan mencari bahan ajar. Boleh saja sebagai guru kita mengatakan bahwa yang kita ajarkan di kelas bukan komputer atau pelajaran teknologi informasi dan komunikasi, namun sejatinya semua guru saat ini adalah guru komputer atau guru TIK, mengingat siswa sekarang begitu gandrung dan senang terhadap teknologi. Teknologi juga membebaskan guru dari belenggu isolasi, jika dahulu teman kita sesama guru adalah guru yang berada di satu sekolah, sekarang tidak lagi. Dengan teknologi guru bisa terhubung dengan guru lainnya. Lewat blog misalnya, guru bisa memfungsikan blog sebagai sarana berbagi pengetahuan dan mendapatkan semangat baru dalam mengajar lewat interaksi dengan sesama guru yang berkunjung ke blognya.

    Lalu, sebenarnya seberapa besar porsi internet membantu proses belajar mengajar di kelas yang Bapak ajarkan?
Internet sangat membantu saya dalam mencari bahan ajar, membuat lembar kerja sendiri dan melihat apa yang guru-guru lakukan di belahan dunia lain. Dengan internet saya menjadi mengerti untuk pembahasan hal yang sama yang saya lakukan, apa yang diperbuat oleh guru-guru lainnya. Dengan demikian cara mengajar saya makin lama makin variatif, hal ini juga yang membuat saya merasa berhasil dan tambah mencintai profesi sebagai pendidik.

    Apakah ada pesan – pesan untuk para guru di Indonesia, terlebih lagi yang bergabung di htpp://guraru.org?
Mari menikmati proses. Sebab sesulit apapun hambatan atau sesusah apapun masalah yang menimpa kita, entah karena masalah sarana mengajar yang minim, motivasi siswa yang rendah atau dukungan dari sekolah yang kecil. Nikmati itu semua sebagai proses, sambil terus mensucikan niat, karena dimana ada kemauan disitu ada tantangan.

Dan tantangan itu juga yang membuat diri kita sebagai guru semakin matang, semakin profesional, semakin bisa merasakan keberkahan sebagai pengajar dan pendidik.

Jika ada masalah saat mengajar atau saat di sekolah pikirkan jalan keluarnya. Jika sudah ditemukan buat lah blog dan berbagilah lewat blog atau twitter agar guru lain yang membaca bisa mengambil manfaat sekaligus mendoakan untuk kesuksesan anda sebagai orang yang telah ikhlas dan berkomitmen untuk berbagi tips yang berguna bagi orang lain.
Sampai jumpa dengan Penerima Guraru Award lainnya!

Pembelajaran Kreatif, Aktif, Inovatif, Efektif dan Menyenangkan (diskusi twitter @gurukreatif dengan @guraruID)

1
Gembira berinteraksi dengan guru Gembira berinteraksi dengan guru

Senin malam (26/03/2012) ada diskusi pendidikan baru di twitter, karena memang sebelumnya saya sudah mengenal diskusi yang dimoderasi oleh @bincangedukasi dengan tagar #TwitEdu. Kalau saya memantau di linimasa @guraruID yang juga saya ikuti sepertinya ini adalah hal yang baru dilakukannya. Sosial media bisa dimanfaatkan untuk berdiskusi dengan kelebihannya. Bukti baru bahwa sosial media bisa untuk meningkatkan pengetahuan untuk kemajuan pendidikan.

Di awal diskusi #GuraruTalk ini membahas tema “Pendidikan Kreatif” sebenarnya hal tersebut bisa meluas tidak hanya kreatif, tetapi juga aktif, efektif, inovatif dan menyenangkan atau kepanjangan dari PAIKEM. Sebagai narasumber di diskusi #GuraruTalk ini adalah @gurukreatif (Agus Sampurno) yang diawali dengan pertanyaan dari @GuraruID, setidaknya ada 5 pertanyaan awal, yaitu:

1. Menurut @gurukreatif , apa sih yang dinamakan kreatifitas dalam diri seorang guru?

Kreativitas dalam diri seorang guru terbentang dari kreatif dalam mengajar, kendalikan perilaku siswa sampai berkomunikasi dengan orang tua siswa. Guru yang kreatif terkadang malah tidak merasa dirinya ‘kreatif’ yang ada ia dalam keseharian selalu merasa ‘haus’ untuk yang terbaik. Cara terbaik merasakan diri kreativitas dalam diri Anda adalah jika siswa senang, sibuk, dan fokus saat Anda mengajar. Ciri lainnya siswa katakan “yaaaa…” saat Anda mengakhiri pembelajaran, tanda sebenarnya mereka masih enjoy belajar. Kreatif membutuhkan antusiasme & guru menempatkan diri dalam diri siswa.

2. Bagaimana seorang guru dapat menularkan kreatifitas pada siswanya tanpa keluar dari proses belajar mengajar?

Siswa bisa kreatif di kelas jika gurunya pandai memandu lewat pertanyaan-pertanyaan, bahkan jika siswa menjawab keluar dari ‘rel’. Semua siswa pada dasarnya kreatif itulah mind set guru kreatif. Semua siswa kreatif sesuai dengan gaya belajarnya, tugas guru memberikan ‘panggung’ untuk setiap tipe ‘kecerdasan’. Jika murid malah kreatif di luar sekolah, tanda bahwa guru dan sekolah mesti berubah. Siswa kreatif itu ribut di kelas sedangkan siswa yang ribut terus di kelas itu pertanda karena gurunya kurang kreatif. Kelas yang baik adalah siswa di dalamnya senang belajar,  gembira berinteraksi dengan guru yang menerima ia apa adanya.

3. Menurut @gurukreatif , apa indikasi yang bisa dipakai untuk mengukur kreatifitas guru?

Indikasi kreativitas guru adalah setiap bangun pagi hatinya senang karena tahu hari ini mesti melakukan apa. Setiap saat di kelas adalah waktu yang berharga, guru memulai kelas tepat waktu. Guru selalu berbaik sangka pada siswa, panjang ‘urat sabar’nya.

4. Kreatifitas identik dengan inovasi, ataupun kebebasan. Bagaimana pendapat @gurukreatif?

Kreativitas di kelas lahir dari guru yang pandai membatasi siswanya tanpa siswa sadar.  Guru yang pandai berinovasi sudah pasti kreatif, ia membiarkan sifat ‘bermain’ dalam dirinya. Ukuran kreatif tiap guru berbeda, namun ukuran kreatif bagi siswa sama, ia muncul lewat senyum dan kegairahan saat belajar.

5. Apakah @gurukreatif memiliki tips atau saran agar guru – guru menjadi lebih kreatif?

Saat ingin kreatif, seorang guru mesti sadar betul bahwa waktu adalah halangan sekaligus energi terbesar.

Setelah memperhatikan tanya jawab antara @GuraruID dan @gurukreatif dibuka tanya jawab untuk yang menyimak tagar #GuraruTalk, diantara pertanyaan yang muncul adalah sebagai berikut:

@kurniasepta terima kasih sudah di RT, boleh lho kalau ingin tanya2 di , pak @gurukreatif akan membantu jawab 🙂

@guraruID @gurukreatif kebanyakan anak di desa cenderung pasif, salah satu cara (contoh) bagaimana agar anak menjadi aktif dlm pembelajaran?

Guru yang ada di pedesaan justru lebih terbuka kesempatan jd lebih kreatif. Guru di perkotaan, semua tersedia, keterlaluan kalau masih andalkan LKS dan buku paket. Guru di sekolah pedesaan kreatif karena cinta pada siswanya, guru di sekolah nasional plus bisa di SP jika tidak kreatif. Anak yang pasif ada di mana saja, bisa mulai dengan grupkan ia dengan anak yang aktif, sambil terus dipantau.

@bulubagus: Bagaimana cara menciptakan suasana dan pembelajaran kreatif di setiap pelajaran dari guru ke siswa?

Presentasi belajar kreatif: 10% guru menerangkan, 70% siswa beraktivitas dipandu guru & 20% refleksi.

@TamiHanif : Kalau untuk sekolah ‘biasa’ kegiatan belajar yang kreatif itu menarik & seru. Tetapi untuk anak-anak kami itu ‘biasa aja’. Bagaimana menyiasatinya?

Sebenarnya kesukaan siswa di mana saja sama, coba buat angket/survey kecil-kecilan mereka maunya bagaimana.

@mirajunnn : Bagaimana cara mendapatkan ide-ide pembelajaran kreatif? Jadi guru kreatif gak mudah kan? Bagaimana proses untuk bisa jadi guru kreatif?

Ide guru kreatif datang dari mana saja, karena itu ia senang mencatat, ia senang bertanya & memperhatikan.

Itulah rekap dari diskusi perdana #GuraruTalk di twitter, masih ada beberapa pertanyaan lain, tetapi hanya itu yang bisa saya tulis tetapi secara umum pertanyaan mendasar tentang menciptakan pembelajaran yang kreatif sudah terjawab. Salah satu enaknya diskusi ada narasumbernya adalah memudahkan dalam mencari solusi dan jawaban yang didasari dengan pengetahuan dan pengalaman. Karena twitter juga memiliki keterbatasan yaitu hanya dibatasi 140 karakter dan tidak terarsipkan dengan baik, semoga rekapan diskusi #GuraruID Menciptakan Pembelajaran Kreatif ini bisa menjadi bahan bacaan yang utuh dan bermanfaat.

%d blogger menyukai ini: