
Sesi 1 : Mengapa memanfaatkan film untuk media pembelajaran?
Pak Agus Sampurno (Pak Agus) memperkenalkan diri. Pak Agus merupakan guru SD di Global International School, dan mengajar dari Senin hingga Jumat. Motonya adalah ‘The world is my classroom, each day is a new lesson and every person I meet is my teacher’
Pak Agus kemudian menjelaskan bahwa ada perbedaan antara siswa sekarang dengan dulu. Siswa sekarang sudah mengenal teknologi di usia yang sangat muda.
Kemudian, Pak Agus mengajarkan guru sebuah strategi manajemen kelas.
“Saya punya salam khas. Kalau saya bilang ‘Hai, hai, hai!’, Bapak Ibu bilang ‘Yes, yes, yes!’, ” kata Pak Agus menjelaskan.
Pak Agus bertanya mengenai bagaimana guru, dulu, meminta kelas untuk diam.
Ada peserta yang menjawab bahwa dulu, guru meminta siswa diam dengan melempar penghapus. Pak Agus menjelaskan bahwa memberikan aba-aba seperti mengucapkan “Hai, hai, hai!” merupakan salah satu cara untuk meminta siswa diam dan memperhatikan tanpa perlu berteriak atau melakukan kekerasan.
Para peserta diajak untuk melakukan kegiatan pair and share. Peserta diminta untuk berkenalan dengan teman di sebelahnya. Secara berpasangan mereka diminta mendiskusikan bagaimana siswa sekarang belajar dibandingkan dengan di zaman guru dulu belajar. Setelah beberapa menit melakukan diskusi secara berpasangan, beberapa peserta berbagi hasil diskusi mereka. Salah satu contoh hasil diskusi adalah :
“Beda cara belajar sekarang dan dulu. Dulu belajar dengan suara yang sepi. Seperti makam, tenang. Anak sekarang kalau belajar dengan musik, keras. Ada walkman [Ipod] di telinga baru belajar. Dulu kita tidak ada internet, sekarang anak-anak sedikit-sedikit carinya di internet. Dan cara guru mengajar berbeda, dulu hanya monoton, sekarang sudah menggunakan IT dengan power point.”
(Asdiyati, Guru SD Pasar Minggu 06 Petang)
Pak Agus merangkum kesimpulan yang didapatkan dari hasil diskusi.Diantaranya adalah bahwa :
– Siswa sekarang bisa belajar hal-hal baru melalui youtube, misalnya belajar gerakan tari tanpa harus les menari.
– Pengaruh luar baik dari internet, televisi, maupun media lainnya tidak bisa dicegah, tetapi siswa bisa diajak berdiskusi mengenai berbagai informasi yang mereka dapatkan sehingga mereka bisa menganalisa media tersebut secara kritis.
– Siswa sekarang sangat akrab dengan teknologi. Dengan mudahnya mereka bisa mengoperasikan handphone, komputer, dan sebagainya. Seringkali mereka belajar mengoperasikan teknologi tersebut tanpa bantuan guru (belajar sendiri).
Pak Agus menjelaskan bahwa teknologi bisa digunakan untuk belajar. Di kelasnya, dia pernah meminta siswanya membuat media untuk melakukan kampanye makanan sehat. Beberapa siswanya membuat video dengan menggunakan handphone (HP). Mereka juga mengeditnya tanpa bantuan guru. Mereka memiliki keterampilan memanfaatkan teknologi dan sebagiknya guru memfasilitasi agar mereka bisa memanfaatkan teknologi tersebut untuk pembelajaran.
Dibandingkan merazia HP, guru bisa mengajak siswa memanfaatkan HP dengan lebih bijaksana, siswa bisa diminta untuk mengamati kalender yang ada di HP-nya dan menggunakannya untuk belajar matematika (mengenai waktu).
Pak Agus menanyakan peserta, “Siapa diantara Bapak Ibu sekalian yang merasa lebih bermakna mengajar setelah menonton Laskar Pelangi?”
Hampir seluruh peserta menunjuk tangan. Guru sendiri bisa belajar dari sebuah film. Anak-anak juga seperti itu, bisa belajar dari mana saja dan bukan hanya dari buku.
Pak Agus menjelaskan bahwa di kelasnya, dia baru saja mengundang nenek (dari seorang murid. Nenek ini merupakan saksi sejarah yang pernah ditahan Belanda dan ditempatkan di kamp selama zaman Jepang. Siswa menjadi sangat tertarik untuk belajar sejarah.
“Kalau saya yang cerita mengenai Zaman Jepang maupun Zaman Belanda, gak percaya. Saat mengundang pelaku sejarah, mereka percaya dua kali lipat. Apalagi saat pelaku sejarahnya bisa menunjukkan luka, mereka lebih serius lagi [memperhatikan]. Kalau Pak Agus yang menjelaskan, mereka bilang “Pak Agus baca di buku, aku lihat di internet filmnya!”
Para peserta berdiskusi untuk membahas bagaimana mereka (bisa) memanfaatkan film untuk pembelajaran.
Seorang guru sejarah kelas 9 berkata, “Saya pernah memutar film mengenai perang dunia kedua sampai jatuhnya bom atom. Saya juga pernah memutar mengenai reformasi dan G30SPKI.”
Pak Agus mengatakan bahwa melakukan hal seperti itu bisa memancing siswa untuk berpikir kritis, khususnya apabila setelah menonton, dilanjutkan dengan kegiatan diskusi. Siswa berasal dari berbagai latar belakang. Orang-orang dilingkungannya, seperti keluarganya, mungkin punya paradigma sendiri terhadap suatu peristiwa sejarah. Saat diskusi, mereka bisa berbagai mengenai berbagai paradigma yang mereka miliki.
Seorang peserta berkata bahwa dia kesulitan untuk menemukan film-film pembelajaran untuk IPA, kecuali dari Discovery Channel. Peserta lain memberikan masukan mengenai film-film IPA yang bisa didapatkan di youtube.
Lanjutkan membaca “Resume seminar “Memanfaatkan Film Sebagai Media Pembelajaran” Teater Salihara 26 November 2011 (http://www.kompasiana.com/warnapastel)”
Menyukai ini:
Suka Memuat...