Workshop Training of Trainers Ikatan Guru Indonesia Bekasi bekerja sama dengan Komunitas Blogger Bekasi dan Indosat bertemakan “Memanfaatkan ICT Sebagai Media Pembelajaran” bertempat di Indosat

Saya kutipkan atau istilahnya ‘reblog’ dari situs Pak Wahid sahabat saya mengenai event yang menarik di Indosat di akhir tahun 2011. Laporan yang pak Wahid buat sangat baik dan bergaya jurnalis blogger sejati, silahkan menikmati.

Mr.Wahid's Blog

Setelah sukses dengan pelatihan blog gelombang 1 dan 2, IGI Bekasi kembali berkolaborasi dengan komunitas blogger bekasi dan masih didukung oleh indosat mengadakan tindak lanjut dari pelatihan tersebut dengan mengadakan Training Of  Trainer ICT yang diselenggarakan di Indosat Training and Converence Centre (ITCC) Purwakarta Jawa Barat.

Karena bentuk pelatihan ini adalah Training Of  Trainer maka selepas pelatihan ini seluruh peserta diharapkan bisa menjadi Trainer pemanfaatan ICT dalam pembelajaran minimal disekolah mereka masing-masing.

Alhamdulillah perjalanan kami menuju lokasi pelatihan berjalan lancar, meskipun sempat mengalami kemacetan panjang  karena gangguan kecelakaan truk yang terbalik di tengah-tengah jalan tol Jakarta-Cikampek. Tepat pukul  sebelasan kami tiba di lokasi. Setelah coffee break dan regestrasi acara langsung dibuka dengan sambutan dari Pak Yulief selaku panitia acara, kemudian Pak Taufiq perwakilan dari IGI Bekasi dan dilanjutkan Om Jay selaku penasehat IGI Bekasi yang juga akan mengisi salah satu materi dalam pelatihan ini.

Berdasarkan Round Down acara yang kami…

Lihat pos aslinya 581 kata lagi

Selamat kepada Pemenang Acer Guraru Award!

Post by: guraru on December 05th, 2011 in Pengumuman
Agus Sampurno

Pada puncak pelaksanaan ON | OFF empowered by Acer di Jakarta, 3 Desember 2011 yang lalu, Acer Indonesia memberikan penghargaan kepada tiga orang guru Indonesia terpilih. Selamat untuk Agus Sampurno yang terpilih menjadi penerima Acer Guraru Award! Agus Sampurno, guru di Sekolah Dasar Internasional Global Jaya ini, terpilih dari sekitar dua ratusan nominee guru-guru di seluruh Indonesia yg dinominasikan oleh lebih dari dua ribu orang. Sebagai penerima Acer Guraru Award yang baru, Agus Sampurno akan meneruskan tugas Urip untuk berbagi melalui seminar-seminar Guru Era Baru selama setahun ke depan.

Pada Acer Guraru Award kali ini, Acer juga memberikan penghargaan pada dua orang guru lainnya yang dianggap menginspirasi dan konsisten berbagi melalui media sosial. Kedua guru tersebut adalah Wijaya Kusumah (guru SMP Labschool Jakarta) dan Sawali (guru SMP 2 Pegandon, Kendal, Jawa Tengah). Wijaya Kusumah alias Omjay adalah penulis berbagai karya ilmiah tingkat nasional, buku paket TIK SMP bersama guru tim TIK Labschool Jakarta. Sebagai seorang guru, berbagai prestasi di bidang ilmiah telah diraihnya. Selain mengajar, Omjay juga sering mengisi berbagai seminar mengenai pendidikan dan blog di berbagai tempat di Nusantara. Sawali, guru Bahasa Indonesia ini, adalah Master di bidang Pendidikan Bahasa Indonesia yang rajin berbagi melalui blog, kolom opini di berbagai media massa serta pernah menerbitkan buku kumpulan cerpen.

Penyerahan Hadiah Acer Guraru Award pada ON | OFF. Sumber: The Jakarta Post

Selamat untuk penerima Acer Guraru Award yang baru: Agus Sampurno! Salute juga untuk para guru pemenang penghargaan: Wijaya Kusumah dan Sawali! Semoga bisa terus menyemangati para guru untuk terus mengembangkan keterampilan di bidang teknologi dan konsisten berbagi di media sosial. Maju terus guru era baru!

Resume seminar “Memanfaatkan Film Sebagai Media Pembelajaran” Teater Salihara 26 November 2011 (http://www.kompasiana.com/warnapastel)

 

Sesi 1 : Mengapa memanfaatkan film untuk media pembelajaran?

Pak Agus Sampurno (Pak Agus) memperkenalkan diri. Pak Agus merupakan guru SD di Global International School, dan mengajar dari Senin hingga Jumat. Motonya adalah ‘The world is my classroom, each day is a new lesson and every person I meet is my teacher’

Pak Agus kemudian menjelaskan bahwa ada perbedaan antara siswa sekarang dengan dulu. Siswa sekarang sudah mengenal teknologi di usia yang sangat muda.

Kemudian, Pak Agus mengajarkan guru sebuah strategi manajemen kelas.

“Saya punya salam khas. Kalau saya bilang ‘Hai, hai, hai!’, Bapak Ibu bilang ‘Yes, yes, yes!’, ” kata Pak Agus menjelaskan.

Pak Agus bertanya mengenai bagaimana guru, dulu, meminta kelas untuk diam.

Ada peserta yang menjawab bahwa dulu, guru meminta siswa diam dengan melempar penghapus. Pak Agus menjelaskan bahwa memberikan aba-aba seperti mengucapkan “Hai, hai, hai!” merupakan salah satu cara untuk meminta siswa diam dan memperhatikan tanpa perlu berteriak atau melakukan kekerasan.

Para peserta diajak untuk melakukan kegiatan pair and share. Peserta diminta untuk berkenalan dengan teman di sebelahnya. Secara berpasangan mereka diminta mendiskusikan bagaimana siswa sekarang belajar dibandingkan dengan  di zaman guru dulu belajar. Setelah beberapa menit melakukan diskusi secara berpasangan, beberapa peserta berbagi hasil diskusi mereka. Salah satu contoh hasil diskusi adalah  :

“Beda cara belajar sekarang dan dulu. Dulu belajar dengan suara yang sepi. Seperti makam, tenang. Anak sekarang kalau belajar dengan musik, keras. Ada  walkman [Ipod] di telinga baru belajar. Dulu kita tidak ada internet, sekarang anak-anak sedikit-sedikit carinya di internet. Dan cara guru mengajar berbeda, dulu hanya monoton, sekarang sudah menggunakan IT dengan power point.”

(Asdiyati, Guru SD Pasar Minggu 06 Petang)

Pak Agus merangkum kesimpulan yang didapatkan dari hasil diskusi.Diantaranya adalah bahwa :

– Siswa sekarang bisa belajar hal-hal baru melalui youtube, misalnya belajar gerakan tari tanpa harus les menari.

– Pengaruh luar baik dari internet, televisi, maupun media lainnya tidak bisa dicegah, tetapi siswa bisa diajak berdiskusi mengenai berbagai informasi yang mereka dapatkan sehingga mereka bisa menganalisa media tersebut secara kritis.

– Siswa sekarang sangat akrab dengan teknologi. Dengan mudahnya mereka bisa mengoperasikan handphone, komputer, dan sebagainya. Seringkali mereka belajar mengoperasikan teknologi tersebut tanpa bantuan guru (belajar sendiri).

Pak Agus menjelaskan bahwa teknologi bisa digunakan untuk belajar. Di kelasnya, dia pernah meminta siswanya membuat media untuk melakukan kampanye makanan sehat. Beberapa siswanya membuat video dengan menggunakan handphone (HP). Mereka juga mengeditnya tanpa bantuan guru. Mereka memiliki keterampilan memanfaatkan teknologi dan sebagiknya guru memfasilitasi agar mereka bisa memanfaatkan teknologi tersebut untuk pembelajaran.

Dibandingkan merazia HP, guru bisa mengajak siswa memanfaatkan HP dengan lebih bijaksana, siswa bisa diminta untuk mengamati kalender yang ada di HP-nya dan menggunakannya untuk belajar matematika (mengenai waktu).
Pak Agus menanyakan peserta, “Siapa diantara Bapak Ibu sekalian yang merasa lebih bermakna mengajar setelah menonton Laskar Pelangi?”

Hampir seluruh peserta menunjuk tangan. Guru sendiri bisa belajar dari sebuah film. Anak-anak juga seperti itu, bisa belajar dari mana saja dan bukan hanya dari buku.

 

Pak Agus menjelaskan bahwa di kelasnya, dia baru saja mengundang nenek (dari seorang murid. Nenek ini merupakan saksi sejarah yang pernah ditahan Belanda dan ditempatkan di kamp selama zaman Jepang. Siswa menjadi sangat tertarik untuk belajar sejarah.

“Kalau saya yang cerita mengenai Zaman Jepang maupun Zaman Belanda, gak percaya. Saat mengundang pelaku sejarah, mereka percaya dua kali lipat. Apalagi saat pelaku sejarahnya bisa menunjukkan luka, mereka lebih serius lagi [memperhatikan]. Kalau Pak Agus yang menjelaskan, mereka bilang “Pak Agus baca di buku, aku lihat di internet filmnya!”

Para peserta berdiskusi untuk membahas bagaimana mereka (bisa) memanfaatkan film untuk pembelajaran.

Seorang guru sejarah kelas 9 berkata, “Saya pernah memutar film mengenai perang dunia kedua sampai jatuhnya bom atom. Saya juga pernah memutar mengenai reformasi dan G30SPKI.”

 

Pak Agus mengatakan bahwa melakukan hal seperti itu bisa memancing siswa untuk berpikir kritis, khususnya apabila setelah menonton, dilanjutkan dengan kegiatan diskusi. Siswa berasal dari berbagai latar belakang. Orang-orang dilingkungannya, seperti keluarganya, mungkin punya paradigma sendiri terhadap suatu peristiwa sejarah. Saat diskusi, mereka bisa berbagai mengenai berbagai paradigma yang mereka miliki.

Seorang peserta berkata bahwa dia kesulitan untuk menemukan film-film pembelajaran untuk IPA, kecuali dari Discovery Channel. Peserta lain memberikan masukan mengenai  film-film IPA yang bisa didapatkan di youtube.

Lanjutkan membaca “Resume seminar “Memanfaatkan Film Sebagai Media Pembelajaran” Teater Salihara 26 November 2011 (http://www.kompasiana.com/warnapastel)”

Mengatasi siswa terlambat, yuk kita berbagi tips.

Siswa terlambat bukan cuma masalah waktu yang terbuang, tapi juga bisa mengganggu suasana hati guru yang sedang mengajar. Jika kita ingin ‘marah’ pada siswa yang terlambat, mari berkaca dahulu apakah kita juga sudah bisa tepat waktu atau tidak pernah terlambat sepanjang karier kita sebagai guru? berikut ini tulisan rekan pendidik Naja L Umar, dalam mengatasi siswa yang terlambat. Saya yakin anda juga punya tips atau ide lain untuk dibagi, silahkan menanggapi dengan memberi komentar

Pak Agus, ditempat saya, siswanya lebih unik lagi. Jika sanksi untuk siswa terlambat masuk kelas adalah keluar kelas selama 5 atau 10 menit (tanpa belajar), justru bagi siswa hal itu sangat ‘menyenangkan’ bukannya ‘menakutkan’. Lagi pula, siswa terlambat masuk kelas bisa karena berbagai alasan, yang kadang-kadang benar adanya untuk ditolerir. (misal, lokasi tempat tinggal, perjalanan, cuaca, dll)
(Toh, kadang-kadang saya juga tidak tepat waktu, hehe juga karena beberapa alasan)
Jadi saya tidak pernah memberikan sanksi apapun untuk siswa yang terlambat masuk kelas. Hanya saja saya menerapkan sistem, setiap masuk kelas, pada 10 menit pertama dengan memberikan Quiz tentang materi pelajaran kita yang diambil skornya langsung. Tentu saja Quiz tersebut hanya bisa diikuti oleh siswa yang datang tepat waktu. Benar, awalnya sedikit repot karena kita harus mempersiapkan Quiz sebaik dan semenarik mungkin untuk alokasi waktu yang tepat.
Tetapi setelah beberapa lama, saya melihat bahwa rata-rata siswa tidak lagi mengejar waktu masuk yang on time tetapi mereka mengejar kesempatan Quiz. (Sebab, setiap beberapa pekan Skor Quiz akan ditempelkan di papan pengumuman).
Jadi menurut saya kadang-kadang sanksi boleh diganti dengan ‘mengejar prestasi’. Tetap semangat untuk belajar.

Guraru award jalan untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik

Gelar guraru yang saya terima merupakan sebuah hal yang membuat saya tercenung sambil berpikir keras. Hal yang saya pikirkan pertama kali adalah gelar guraru adalah gelar yang demikian berat namun juga menantang untuk didalami dan dilaksanakan. Guraru lahir dari kepedulian acer yang besar pada pendidikan Indonesia dan kerinduan agar pendidikanmenjadi jawaban bagi semua permasalahan bangsa ini, terutama guru sebagai agen perubahan.

Pendidikan Indonesia menurut saya adalah sebuah dunia yang ‘aroma’ isolasinya sangat kuat. Isolasi adalah sebuah kata yang merujuk pada keerasingan dan saling ketidak tehubungan satu sama lain. iika itu menyangkut pekerjaan mendidik siswa kata isolasi sangat berbahaya sekali. Isolasi yang saya maksud bukan karena seorang guru tinggal di pedalaman, karena bahkan guru yang tinggal di perkotaan pun bisa terjebak pada isolasi, pada keterasingan akan perkembangan terbaru dan support dari sesama guru.

Acer sadar sekali akan pentingnya pendidik untuk saling terhubung dengan cara bertukar pikiran mengenai proses belajar mengajar (praktek terbaik) yang telah ia lakukan. Dengan saling terhubung rasa sulit menghadapi siswa atau menyiapkan pelajaran di kelas bisa lepas dan berganti dengan rasa optimis dan kegairahan untuk mencoba hal yang baru. Saya selalu percaya bahwa hal yang kita suarakan untuk kepentingan pendidikan dan kemauan kelas yang kita ajar akan menjadi kebiasan baik dan melekat hinga sebagai pendidik terasa hati ini selalu ingin memberikan yang terbaik lewat sosial media. Saya katakan bukan blog tapi sosial media karena blog telah berkembang menjadi mikro blogging yaitu twitter, dan facebok pun sudah menjadi hal yang lumrah yang diminati guru.

Untuk memenuhi harapan agar bisa menjadi pendidik yang senang terhubung dan saat yang sama bisa memberi semangat pada diri sendiri dan orang lain, ada beberapa hal yang menjadi hal yang biasa saya lakukan antara lain;

  • Mempunyai akun di goggle reader atau sejenisnya , yang memungkinkan kita mendapatkan berita terbaru atau update dari sesama blogger tanpa mesti berkunjung ke blog yang bersangkutan. Hal yang paling penting dari kegiatan ini adalah inspirasi untuk menulis yang tiada habisnya.
  • Mengikuti berita terbaru di twitter, yang disana kita bisa daptkan banyak link dan wacana yang baik untuk diterapkan di kelas. Cara terbaik untuk mengikuti seseorang yang hebat di twitter adalah dengan masuk ke blognya terlebih dahulu, baru ikuti twitternya. Anda juga bisa follow saya di @gurukreatif
  • Menjawab komentar yang masuk di blog kita secara rutin, ini dari pendidik yang senang terhubung dangan satu sama  lain adalah senang berdiskusi dengan siapa saja.
  • Berusaha konsisten saat mempunyai akun di social media yang lain. Tidak mesti kita punya status yang sama di blog, twitter dan facebook, karena yang penting anda menyuarakan semangat  yang sama yaitu semangat berbagi dan pengabdian penuh pada profesi.
  • Jadikan social media tempat untuk melakukan proses berefleksi dalam pembelajaran yang kita lakukan. Jadikan soial media untuk mendapatkan inspirasi dan memberi inspirasi pada orang lain sesama pengajar.
  • Cukup sudah menjadikan sosial media sebagai ajang curhat dan tempat membagi kerisauan serta hal-hal yang tidak mengenakkan dalam karier kita sebagai guru. Jadikan sosial media sebagai sarana agar cara mengajar kita lebih baik lagi dengan cara suarakan hal positif dan membangkitkan semangat.
  • Sosial media bukan tentang diri kita, tapi tentang para pembaca kita. Pembaca senang jika mereka merasa dimengerti dan dibantu keluar dari masalah serta terjawab pertanyaannya. Sudah saatnya pembaca bukan melulu diminta untuk membaca pencapaian kita, kebisaan kita dalam melakukan sesuatu, dan semua hal yang menjadi kelebihan kita. Simpanlah itu semua sampai ditanya.
  • Lakukan personal branding, gunakan twitter, facebook dan blog secara bijak, suarakan kelebihan anda dengan cara yang ‘cerdas’ namun langsung menjadi ‘citra’ untuk anda.

 

Bersenang-Senang dan Dapat Banyak Ilmu? Cuma di FIMELAFest!

0 By IERA SIPAHUTAR Posted on 5 December 2011

FIMELAFest sebagai rangkaian acara ulang tahun pertama FIMELA.com telah selesai digelar dengan meriah. Berbagai talkshow dan acar hiburan yang digelar bersama dengan berbagai komunitas, sukses menarik minat publik. Bagaimana sih serunya? Simak rangkumannya!

Motivakids (@motivakids)

Bersama komunitas Motivakids, tema FIMELAFest tahun ini yaitu Read2Share, menjadi topik bahasan yang diangkat. Dalam talkshow ini, salah satu founder Motivakids, Adez  Aulia, membuka acara dengan memperkenalkan komunitas yang didirikan sejak 3 bulan lalu bersama dua orang temannya, Royas Amri dan Asha Wadya. “Motivakids adalah sebuah komuitas yang dilatarbelakangi oleh keprihatinan saya dan teman-teman terhadap kondisi Indonesia yang terpuruk”. Ia menilai bahwa yang menjadi sumber masalah adalah dari segi parenting. “Dengan menikah dan punya anak, belum berarti seseorang bisa menjadi orang tua, bahkan banyak hal yang tidak mereka ketahui seputar cara mendidik anak yang baik. Dan, tercetuslah ide membuat akun twitter dimana kita bisa membantu para orang tua di rumah untuk mendidik anaknya”, jelasnya.

FIMELAFest

Talkshow yang mengambil tema “Trik Memotivasi Anak Senang Baca” ini juga mengundang Agus Sampurno yang berprofesi sebagai guru dan Mira Julia (Lala), seorang ibu rumah tangga, dimana kedua narasumber ini memiliki visi yang sama, yaitu ingin menumbuhkan kecintaan membaca pada anak baik di rumah maupun sekolah. Bagi Lala, banyaknya keluhan dari orangtua anak mereka tidak suka membaca, membuatnya gerah karena menurutnya semua harus dimulai dari lingkungan terdekat yaitu keluarga. “Kalau ingin anak kita suka baca, kita harus tunjukkan kalau kita juga suka baca”, ungkap Lala dengan semangat.

Lala juga menjelaskan bahwa orangtua harus bisa menghidupkan suasana membaca dengan cara baca yang lebih ekspresif. “Ketika membacakan buku kepada anak, kita bisa menggunakan suara perempuan untuk karakter perempuan, menggunakan boneka, atau bisa juga diperagakan”, jelas Lala sambil memberikan contoh. Agus pun menambahkan bahwa peran orang tua terhadap minat baca anak di sekolah sangat penting. “Sebenarnya orang tua itu bisa jadi grup penekan dan memberi masukan kepada pihak sekolah. Karena banyak sekolah yang memiliki perpustakaan, bukunya banyak, tapi gurunya ketakutan buku-bukunya rusak”, jelasnya.

Ternyata selain buku-buku dalam bentuk text book, Agus juga mulai menerapkan membaca buku elektronik di sekolah tempat  ia mengajar. “Anak-anak sekarang adalah anak-anak dari generasi C atau creative. Kita tidak bisa membatasi media apa yang akan mereka pakai untuk membaca,” katanya.

Blog karya guru ini menurut saya menjadi calon kuat penerima Guraru Award 2012, amin. Saya tertarik dengan isi blognya yang selalu up date dan senang memberi ilmu, sekaligus melaporkan kegiatan yang sehari-hari bapak guru ini lakukan sebagai pendidik dan pengajar. Silahkan membaca laporan Pak guru Koeshariatmo mengenai Workshop saya bersama Pustekkom Diknas

KARYAGURU CENTER

Lihat jam.. sekarang menunjukan pukul 23:52. Mantaps… Malam-Malam Ikut Workshop Jejaring Sosial untuk Portal Rumah Belajar yang dilaksanakan di Hotel Permata Bogor dan penyelenggaranya dari Pustekom Kemdiknas. Satu jam lalu baru saja ditutup sesi pertama yang sebelumnya acara ini dibuka sekitar pukul 19.00. Materi malam ini disampaikan oleh Romi Satrio Wahono. Saya suka cara penyampaiannya.. santai bgt tapi materinya keren bermutu…

Kalau menurut jadwalnya workshop dilaksanakan dari tanggal 05 sampai 07 Desember 2011. Mudah-mudahan materi selanjutnya lebih dahsyat dari malam ini biar puas dateng ke bogor dapat ilmu yang buanyaaak. Karena tadi siang berangkat naik kereta berdiri selama 2 jam.. mpe pegel nih kaki dan seluruh badan.

ok deh.. sekarang mau istirahat dulu karena pagi-pagi saya harus menyelesaikan soal ujian CAD akhir semester untuk minggu depan. Masih kurang 20 soal lagi… ayo semangat!!

besok dilanjut lagi nulisnya…

Lihat pos aslinya 246 kata lagi

Refleksi seminar ‘Movies for Educational Purposes’

View original

rahmilovendutz.blogspot.com

Tak ada guru yang paling hebat selain pengalaman. Guru-guru kita di SD, SMP, SMA, atau bahkan dosen-dosen kita di perkuliahan, seringkali tak memberikan apa yang diberikan oleh sebuah pengalaman. Dari pengalamanlah kita banyak belajar suatu hal yang tak diajarkan.

Seperti halnya hari ini. Alhamdulillah Allah memberikan kesehatan, dan kesempatan untuk ku datang ke Teater Salihara untuk mengikuti seminar Movies For Educational Purposes dan nonton bersama yang diselenggarakan oleh IGI. Tentunya seminar kali ini para pembicaranya adalah Agus Sampurno seorang Guru kreatif, Yadi Sugandi seorang sutradara film Hati Merdeka, dan juga oleh direktur program yaitu Dhitta Puti, yang akrab dipanggil Mba Puti.

Dari mereka hari ini aku belajar, serta sadar, bahwa anak-anak sekolah dari tingkat SD, SMP, bahkan SMA jaman sekarang, jaman abad 21 ini, sangatlah berbeda dari anak-anak sekolah jaman abad 20. Dimana dulu each learning selalu teacher center. Selalu guru yang `menyuapi` murid. Selalu guru yang berbicara, bergerak, mencontohkan, dan para siswa hanya duduk manis, melihat, memperhatikan, dan manggut-manggut entah mengerti atau pura-pura mengerti.

Sekarang, di jaman serba teknologi, everything terlihat begitu tergantung dengan teknologi. Lihat, anak-anak SD jaman sekarang, hampir sebagian besar mengenal hp. Bahkan mereka bisa menggunakannya. Hampir sebagian besar anak-anak bangsa kita saat itu tidak lagi buta dengan teknologi. Mereka mengerti apa itu komputer, laptop, gameonline, dan banyak lagi permainan-permainan canggih saat ini. Jika dari cara dan alat-alat permainannya saja sudah berbeda, apalagi dengan cara mereka belajar?

Saat ini bukan lagi jamannya each learning is teacher center, but now, each learning is teacher n student center! Bukan lagi jamannya
membatasi ruang lingkup anak, membatasi pola pikir anak, bukan lagi guru yang terus menyuapi, tetapi sekarang sudah jamannya murid aktif. Guru bukan lagi sebagai orang yang ditakuti dikelas. Melainkan menjadi fasilitator yang baik untuk murid-murid.

Sekarang juga bukan lagi hal yang aneh ketika dalam pembelajaran seorang guru memutar film singkat, atau film berdurasi panjang. Tapi bukan hanya sekedar film. Namun, film yang dipertontonkan adalah film yang baik, bermutu, tentunya ada nilai edukasi di dalamnya. Kalau kata pa Agus tadi, menonton bukanlah menjadikan guru malas, akan tetapi ia ingin menjadikan siswanya `paham` dengan cara yang berbeda. Belajar dengan menampilkan sedikit film tentunya sangat menarik sekali untuk siswa-siswa kita, karena mereka saat ini adalah anak-anak jamannya visual. Dengan adanya film singkat pun guru sedikit terbantu untuk menjelaskan suatu materi.

Tidak semua film menampilkan suatu hal yang buruk, jika kita mau memilahnya. Diantra 10 yang rijek, pasti ada 2 atau 3 yang perfect (bagus). Seperti kata Pa Agus tadi di seminar tadi, beliau mengatakan “I hear and I forget, I see and I remember, I do and I understand.” So, lakukanlah yang terbaik dan perubahan untuk anak-anak didik kita..jangan pernah berhenti belajar dari pengalamn kita. Selalu ada pelajaran yang tersimpan di setiap kejadian yang kita lalui.

Sungguh membakar semangat dalam jiwa setelah mengikuti seminar kali ini. Semua terasa menendang! Menohok! Kedalam pikiran dan hati. Semoga IGI lebih sering mengadakan seminar yang mantaf seperti ini.. amin… I hope..

Three teachers receive ‘New Era’ (Guru Era Baru) awards

Published on The Jakarta Post (http://www.thejakartapost.com)
Three teachers receive ‘New Era’ awards

The Jakarta Post   |  Sun, 12/04/2011 8:58 PM  |  National

 

Guraru winners: (Left to right) Public relation specialist of Acer Indonesia Astrid Irawati Warsito, Guraru 2011 winners Agus Sampurno and Wijaya Kusumah, Guraru 2010 winner Urip.

Guraru winners: (Left to right) Public relation specialist of Acer Indonesia Astrid Irawati Warsito poses with Guraru 2011 winners Agus Sampurno and Wijaya Kusumah, and Guraru 2010 winner Urip.

Three teachers received the 2011 New Era Teacher (Guraru) awards from Acer Group Indonesia on Saturday.

The recipients are: Wijaya Kusumah from SMP Labschool junior high school in Jakarta, Sawali Tuhusetya of SMP 2 junior high school in Kendal, Central Java, and Agus Sampurno from SD Global Jaya elementary school in Jakarta.

They each received an Acer product, a cash prize and a one-year contract with Acer to become speakers in seminars on the use of information technology (IT) in teaching and learning activities in schools.

Acer Group Indonesia said it introduced the Guraru award to improve IT literacy among Indonesian teachers, where they were expected to utilize IT in teaching and learning activities and encourage their students to also actively use the technology.

Wijaya said teachers needed effective ways to foster students’ creativity, and IT could help build that creativity. He added that blogs in particular could enhance students’ interest in reading and writing.

“The most important thing is how we can utilize technology in learning,” Wijaya told The Jakarta Post after the award ceremony.

He said on his blog, wijayalabs.com, that information and communications technology also allowed teachers to easily share their teaching experiences with their fellow teachers, students and the public at large.

During the ceremony, held as part of the ON-OFF Pesta Blogger 2011 event, Guraru 2010 winner Urip said this year’s winners deserved their awards because they had inspired other teachers through their writings on the use of IT in teaching.

A total of 2,566 teachers from more than 20 provinces in Indonesia took part in the 2011 Guraru Award, a 588 percent increase compared with last year’s 270 contestants.

“The figure shows that more teachers are realizing the benefits of technology and social media in sharing information and education,” Acer Group Indonesia marketing communication head Helmy Anam said in a recent media briefing. (drs)

 

 

— JP

Copyright © 2011 The Jakarta Post – PT Bina Media Tenggara. All Rights Reserved.

Workshop bersama Bincang Edukasi

Workshop bersama Bincang Edukasi di acara ONOFF 2011 di Gedung Epicentrum Kuningan Jakarta 3 Desember 2011

Dikutip dari Situs Rumah Inspirasi.com

 

Acara workshop Bincang Edukasi bersama mas Agus Sampurno  (@gurukreatif) & mas Rudi Cahyono (@rudicahyo) berjalan dengan asik. Tujuan workshopnya adalah membuat sebuah kegiatan yang bisa digulirkan untuk perkembangan pendidikan di Indonesia.

Diawali dengan sesi berbagi oleh aku & mas Agus tentang hal-hal sederhana yang kami lakukan. Di sini kami berbagi kisah, bahwa apa-apa yang kami lakukan itu sesungguhnya adalah sebuah hal yang sederhana yang bisa dilakukan oleh siapa saja. Mas Agus berbagi kisah tentang kegiatan & ide-ide mengajar yang kreatif sementara aku berbagi kisah tentang homeschooling dan musik anak. Siapa yang sangka, jika hal sederhana yang dilakukan dengan terus-menerus ternyata bisa menjadi inspirasi bagi orang lain. Inspirasi ini pun kemudian bergulir menjadi aksi dan berbuah menjadi aneka kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat. Semua dimulai dari hal yang sederhana yang dilakukan secara konsisten.

Aku, mas Rudi Cahyono & pak Agus Sampurno

Mas Rudi kemudian mengajak seluruh peserta untuk menuliskan sebuah ide sederhana yang dekat dengan kemampuan & cukup sederhana untuk bisa dilakukan. Setelah setiap peserta menuliskan ide mereka dalam secarik kertas, peserta pun dibagi dalam 4 kelompok. Di situ ide-ide mereka disatukan atau diperbandingkan hingga mengerucut menjadi satu ide. Ide-ide inilah yang kemudian dipresentasikan dan kemudian disajikan kepada seluruh peserta.

Setiap peserta kemudian diharuskan memilih 2 ide yang menurut mereka paling menarik dan akan mereka aplikasikan minimal dalam bentuk tulisan di webnya. Ide yang menurutku paling menarik adalah gerakan Warna-Warni Anak, yang menekankan pada keunikan setiap anak. Semoga kegiatan ini dapat berlangsung, bergulir dan membawa perubahan bagi wajah pendidikan bangsa ini.

 

 

%d blogger menyukai ini: