Apakah anda termasuk guru yang mengajar dengan hati?

Buat saya ciri-ciri guru yang mengajar dengan hati adalah

1. selalu mau tahu dan belajar segala hal yang baru soal pendidikan, bisa IT, bisa metode dan semua ia lakukan tanpa mesti ada hubungannya dengan penggajian. Mau gajinya naik apa tidak dengan dia belajar IT dia tdk peduli, sukur2 jika ada pengaruhnya.

2. Tidak mudah patah semangat oleh konflik. Yang saya maksud konflik adalah konflik dengan ortu, sesama guru bahkan dengan yayasan atau kepala sekolah. walaupun ia dalam posisi di zalimi ia tidak akan kurang mutu mengajarnya karena ia mengajar demi siswa.

3. Punya kehidupan lain setelah mengajar. Ini penting, guru yang hidupnya monoton cenderung ia cuma menunggu gajian hehhee

4. Sabar soal kesejahteraan, tapi jika ia menuntut ia akan bicara dengan bijak atau tidak sama sekali. Guru yang baik peduli akan kesejahteraannya karena ia merasa gaji juga sumber semangat ia dalam mengajar, tapi juga tidak melulu mengartikan segalanya soal uang.

5. Mengartikan semua hal sebagai kesempatan belajar, Ia tidak hitung2an sat diminta bekerja lebih, sepanjang ia akan dapat pengalaman baru, kesempatan itu akan ia terima.

6. hormat pada senior, dan mau berbagi dengan yunior. Ilmu baginya akan bertambah jika dibagi

Workshop pengelolaan kelas di SD Juara Rumah Zakat Jakut

PEngelolaan kelas merupakan kunci sukses bagi guru yang mengajar di kelas. Sebagai orang dewasa yang berada di kelas, gru tidak hanya diharapkan bisa mentransfer ilmu tetapi juga memberikan nuansa lain di kelasnya. Nuansa yang saya maksud adalah nuansa motivasi, kasih sayang, pengertian hingga nuansa sebuah komunitas ke dalam kelas. Jika tidak hati-hati gruu cuma akan jadi sesorang yang sibuk menhabiskan waktu dalam mengejar target kurikulum dan lupa bahwa tugas utamanya juga menjadi pendidik dan bukan sejedar pengajar.

Di Sekolah Dasar Juara yang dikelola oleh lembaga Rumah Zakat saya berbagi ilmu mengenai bagaimana rsesp jitu dalam mengelola kelas. Saat yang sama saya juga berbagi di twitter untuk diketahui oleh guru-guru lain di seluruh Indonesia. Berikut ini foto-foto serta hal apa saja yang menjadi perbincangan saya denga para peserta.

  • Tegas, tapi ramah itu ciri guru abad 21
  • kelas yg sehat mendorong siswa merubah sikap negatif
  •  di kelas yg sehat , siswa bebas berkomunikasi sepanjang relevan
  •  di kelas guru yg baik selalu memberikan alasan thd keputusannnya
  • guru yg baik lakukan kontrol, tapi juga memotivasi siswa mandiri.
  • Tugas sekolah sbg institusi ciptakan sistem manajemen perilaku siswa, guru laksanakan di kelas, sekolah petik hasilnya
  • pelatihan guru yg berhasil adalah pelatihan yg menginspirasi sekaligus meemberi jalan keluar
  •  saat hari pertama masuk, langsung pimpin siswa anda buat kesepakatan, sambil bahas soal konsekuensi (+ dan (-)
  •  ruang kelas adalah gambaran masyarakat dlm bentuk kecil, ada peraturan, kesepakatan dan konflik pengelolaan kelas
  •  ruang kelas itu tempat yg tepat bagi guru ajarkan anak kehidupan, bukan ‘kerasnya’ kehidupan
  •   ukuran guru yg baik bukan berapa bingkisan yg ia dapat di hari raya, tapi kemauan ia keluar dari rutinitas
  •   semua guru akan jadi guru favorit jika perhatian dan antusias bahkan di tanggal tua
  •  tdk ada pengelolaan kelas yg sempurna, ia butuh komitmen siswa & guru yg mau mendengar
  •  rencanakan pengajaran anda, sambil bayangkan perilaku siswa apa yg timbul dlm proses pembelajaran
  •  perilaku siswa di kelas itu pilihan, bukan sifat, anak yg baik pun jika anda mengajar tanpa persiapan, mereka akan ribut
  •   katakan pd siswa yg bermasalah perilaku, “baik, karena kamu memilih utk melakukan ini maka…”
  • pengelolaan kelas erat kaitannya dengan passion dari gurunya, guru antusias murid apalagi

Merupakan pengalaman saya yang berharga bisa bertemu dan bersilaturahmi dengan sekolah gratis yang termasuk naungan dari Rumah Zakat Indonesia.  SD Juara ini adalah binaan lembaga Rumah Zakat, ada 12 sekolah juara, semuanya gratis dananya dari zakat umat. Semoga di masa depan sekolah Juara semakin bisa melayani dan memberikan layanan pada umat di mana saja rumah Zakat bisa hadir berkiprah.

Mengajar lewat blog

Oleh: Wicaksono*

Mengapa membuat blog? Begitulah pertanyaan yang sering saya dapat dari kawan- kawan. Pertanyaan ini mereka ajukan setelah mereka tahu saya memiliki blog dan rajin mengisinya.

Jawaban saya selalu sama: saya membuat blog karena suka menulis. Lewat tulisan saya mengutarakan gagasan, pendapat, perasaan, informasi, pengetahuan dan sebagainya agar diketahui orang lain. Dengan kata lain, saya ingin berbagi melalui tulisan kepada siapa saja. Nah, blog membantu saya membagikan ide dan opini itu tersebar luas ke delapan penjuru angin.

Lantas apa hubungan antara blog dan guru? Menurut saya, guru adalah profesi yang juga selalu berbagi. Mereka membagikan pelajaran, ilmu, gagasan, dan sebagainya kepada anak didik – setiap hari. Ibarat sumur, seorang guru tak akan pernah kekeringan bahan untuk dibagikan.

Salah satu blog guru: Guru KreatifSalah satu blog guru: Guru Kreatif

Akan lebih baik bila pelajaran dari seorang guru tidak hanya diterima oleh murid-muridnya di kelas, tapi juga anak-anak lain di mana pun mereka berada. Semakin banyak anak, semakin baik. Kalau bisa bahkan bukan hanya murid yang memperoleh pelajaran itu, tapi semua orang.

Seperti yang saya lakukan, salah satu cara membagikan ilmu secara luas adalah melalui blog dan media sosial lainnya, seperti Facebook dan Twitter. Blog adalah jaringan terbuka yang bisa diakses di mana saja. Hanya dibutuhkan seperangkat komputer dan akses ke Internet. Lewat blog, pembaca sebuah tulisan tak terbatas. Blog membuat ruangan kelas bagaikan tanpa sekat.

Blog guru lain: Quick, It's ChemistryBlog guru lain: Quick, It’s Chemistry

Selain itu, blog adalah media yang membebaskan. Di blog, seorang guru matematika, misalnya, boleh saja menulis tentang masalah etiket. Guru bahasa pun dipersilakan membahas masalah di luar bidang ajarnya, contohnya filsafat olahraga. Seorang guru fisika pun bahkan tak dilarang berbagi teknik fotografi yang menjadi hobinya di luar sekolah. Pendeknya, blog bisa membuat guru menjadi dan berbagi apa saja.

Blog justru akan memancing guru berkreasi semaksimal mungkin. Dengan teknologi yang melekat padanya, blog memungkinkan guru menambahkan gambar, suara, atau video sebagai pelengkap bahan ajar. Materi pelajaran niscaya akan semakin menarik dan memicu kretivitas anak didik.

Apakah para guru tak tertarik untuk memberikan pelajaran kepada murid-murid di luar kelas melalui blog?

*) Penulis adalah editor di Majalah Tempo dan anggora Dewan Juri Citi Success Fund 2009 serta adalah seorang blogger, pemilik http://ndorokakung.com/

Sumber: http://aksiguru.org/2009/11/23/mengajar-lewat-blog/

%d blogger menyukai ini: