Pembelajaran tematik dan Project based learning merupakan dua jenis pendekatan pembelajaran yang bersifat terbuka terhadap pemanfaatan teknologi. Dengan atau tanpa teknologi kedua jenis pendekatan tersebut tetap bisa dilaksanakan dengan baik dan bermakna.
Pada tanggal 15 Januari 2011 dikali kedua pertemuan saya dengan guru-guru PT CAL Indonesia sebuah perusahaan yang mengelola jasa penyediaan pendidikan komputer di sekolah-sekolah, saya mencoba memberi alternatif lain dalam pemanfaatan TIK di sekolah.
Banyak sekolah yang sudah mewajibkan guru-gurunya juga melakukan pemanfaatan TIK di kelas. Ini berarti tugas berat dan tantangan menunggu bagi guru-guru komputer (baca ;guru TIK) dimana saja mereka berada.
Tantangannya adalah bagaimana membantu guru kelas agar mereka bisa dan mampu mandiri dalam menggunakan TIK di kelas sebagai bagian dari pembelajaran. Tantangan berikutnya adalah mampu dan bisa ‘memerankan’ diri menjadi guru kelas walaupun sebenarnya berbeda sekali antara guru komputer yang merupakan guru satu mata pelajaran dengan guru kelas yang biasanya mengajar satu atau lebih mata pelajaran.
Dalam workshop kali ini saya dan 35 guru yang hadir mencoba suatu formula baru dalam pelatihan pemanfaatan TIK dalam pembelajaran. Berikut ini adalah kegiatan yang kami lakukan.
Kami menelaah mengenai apa sih yang dimaksud dengan pembelajaran bermakna? Menurut hasil diskusi yang kami lakukan pembelajaran bisa disebut bermakna bila
- Mengikut sertakan penuh siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Wewenang dalam merencanakan pembelajaran memang hak perogratif guru. Tapi mengikut sertakan partisipasi 100 persen dari siswa merupakan harga yang tidak dapat ditawar. Keterlibatan guru memang penting karena guru yang kreatif memikirkan scenario dan keterlibatan apa saja dari siswa yang mungkin terjadi dan dilakukan dikelas selama ia menghantarkan pengetahuan, sebagai fasilitator pembelajaran.
- Bila tema atau topik yang diangkat merupakan hal yang dekat dengan kehidupan dan keseharian siswa. Jika anda setuju bahwa siswa lah sebagai pusat pembelajaran di kelas maka tugas kita sebagai guru untuk mencari tema atau topik apa sajakah yang kira-kira dekat dengan keseharian siswa.
- Jika siswa mengerti dan paham mengapa sebuah pembelajaran mesti ia lalui dan lakukan. Tugas guru agar siswa menjadi paham dan terlibat dalam pembelajaran adalah dengan mencari korelasi dengan kekinian. Dengan demikian usaha guru diperlukan dalam mencari informasi dan menghubungkan dengan pembelajaran di kelasnya.
Setelah kami berdiskusi mengenai pembelajaran yang bermakna, kemudian kami melakukan ‘bedah kurikulum’. Kemendiknas telah memikirkan mengenai perlunya sebuah kurikulum yang bisa membantu guru dalam merencanakan pembelajaran dikelas. Kami menggunakan Standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) milik pemerintah. Setelah itu peserta saya kumpulkan sesuai dengan tingkatan mengajarnya. Setelah mereka membentuk kelompok, mereka mulai mencari sebuah tema atau topik yang kegiatannya di ambil dari SK dan KD sepanjang tahun ajaran yang kira-kira cocok dengan tema. Disinilah dibutuhkan kerja sama antara guru yang bertugas pada satu kelas parallel, untuk menentukan tema apa sajakah yang akan dipersiapkan serta kegiatan apa saja yang mesti dilakukan sepanjang tahun ajaran. Tidak heran apabila biasanya proses seperti ini berlangsung di akhir tahun ajaran sebagai persiapan pengajara di tahun berikutnya.
Setelah selesai, setiap kelompok kemudian dihadapkan pada kegiatan dan tantangan yang baru lagi. Mereka saya minta untuk menyusun kembali taksonomi bloom yang sudah digunting dan diacak. Maksud dari kegiatan ini adalah supaya peserta yang hadir bisa mengembangkan aspek kognitif dengan ‘kerangka kerja’ Taksonomi Bloom dalam pembelajarannya. Gambaran singkatnya adalah siswa dalam kelas akan belajar tentang topik yang sama, tetapi setiap mereka sangat boleh jadi berbeda pada level kesulitan dan kompleksitasnya. Diharapkan nantinya dengan guru mengenal dan mencermati taksonomi bloom mereka bisa mencermati dan menaikkan standar mereka dalam penugasan kepada siswanya. Tidak sekedar meminta siswa untuk mengingat fakta tetapi juga mengikat makna dengan penugasan yang variatif dan bersifat ‘high order thinking’ (melakukan analisa, mengevaluasi, dan melakukan kreasi atau mencipta)
Guru yang hadir terlihat tetap bersemangat sampai di akhir hari walaupun workshop kali ini ‘kental’ dengan pemahaman baru mereka sebagai guru komputer yang memerankan diri sebagai guru kelas dan bukan guru mata pelajaran tertentu. Hal ini dilakukan demi membuat mereka bisa membantu guru kelas dalam memanfaatkan TIK dalam pembelajaran. Di akhir hari guru yang hadir membuat rancangan pembelajaran tematik atau PBL dari minggu ke minggu selama 6 minggu.
Workshop ini menawarkan segalanya yang dibutuhkan guru abad 21 dalam mempersiapkan siswa di masa depan. Sampai jumpa pada liputan di hari kedua.
Kunjungan persahabatan dari blogger tetangga…