Kali ini saya mengawali tahun 2011 dengan memfasilitasi pelatihan di Sekolah Dasar Islam Generasi Rabbani di Bumi Mutiara Gunung Putri Bogor. Sebanyak 65 orang guru yang hadir mengikuti pelatihan selama 2 hari penuh.
Manajemen kelas merupakan kata kunci dalam membuat seorang guru merasa bahwa dirinya berhasil sebagai pengajar dan pendidik. Perasaan sukses sebagai guru sangat penting, karena saat seorang guru merasa dirinya berhasil ia akan mau mencoba menerapkan metode terbaru dalam pembelajaran, sebaliknya jika ia merasa gagal, ia akan kembali ke pola lama dan cenderung tidak mau berubah, karena khawatir perubahan malah akan menyulitkan.
Berikut ini adalah ringkasan dari workshop selama 2 hari di sekolah dasar Islam Generasi Rabbani Gunung Putri
1. Bagaimana guru mengatur fisik kelas. Jika kelas anda sudah permanen apalagi berpendingin udara saya ucapkan selamat. Ini karena masih banyak sekolah di Indonesia yang masih belum permanen apalagi berpendingin udara. Namun kelas yang baik bukan cuma masalah AC, kelas yang baik juga tentang bagaimana anda mengatur tempat duduk siswa, bagaimana anda meletakkan gunting serta alat-alat lain yang diharapkan bisa membantu siswa bekerja tanpa mesti disalah gunakan oleh mereka karena lemahnya pengawasan guru. Guru pandai mengatur fisik kelas berarti ia menyiapkan kelasnya untuk proses belajar yang sehat dan bisa menghantarkan siswa untuk menjadi pembelajar yang aktif di kelas.
2. Bagaimana anda mengelola keingin tahuan siswa. Sebuah pengelolaan kelas yang sehat bisa ‘terasa’ dari cara guru berperan menjadi fasilitator di kelas. Kelas yang baik bukan tentang cerita mengenai seorang guru yang tahu segalanya, kelas yang sehat adalah mengenai siswa yang diolah keingin tahuannya oleh seorang guru yang sabar dan tidak takut untuk mengatakan tidak tahu.
3. Bagaimana mengelola hubungan antar manusia. Di dalam kelas hubungan antar manusia mengambil porsi hampir 90 persen. Cerita seorang anak yang malas datang takut ke sekolah atau cerita seorang guru yang malas dan frustasi mengajar karena siswa nya tidak mau diajak kerjasama adalah dua contoh betapa kedua belah pihak guru dan murid bisa menjadi korban dari gagalnya menciptakan hubungan antar manusia yang sehat. Hubungan yang saya maksud adalah hubungan antar guru dan siswa serta hubungan antar siswa dengan siswa. Guru yang hanya asyik mengajar dan mengantarkan materi ke depan siswanya tanpa pernah mau mengerti serta melakukan 3 S (Sapa, Senyum, Salam) hanya akan membuat siswa jauh dan hanya merasa sebagai obyek dan bukan pelaku pembelajaran. Sebaliknya jika guru membiarkan seorang siswa tertekan perasaannya karena satu masalah yang terjadi antar teman, hanya akan membuat siswa tersebut merasa kesenanngannya dalam belajar dan menuntut ilmu terganggu masalah sosial yang sebenarnya bisa diatasi oleh orang dewasa di sekolah yaitu guru.
4. Bagaimana mengelola atomosfer positif di kelas. Masih ingat saat kita sekolah dahulu, saat guru sedang menerangkan, jika kita menoleh sedikit saja maka guru tersebut akan marah dan menghukum kita. Padahal siapa yang bisa tahan mendengarkan guru berbicara dalam waktu 2×45 menit. Saat berada di kelas memang tugas guru untuk menyesuaikan dengan gaya belajar siswa. Gaya belajar yang selama ini dikenal adalah gaya belajar auditory, kinestetik dan visual. Masing-masing punya kelebiha. Jika kita sebagai guru sebagai contoh punya gaya belajar yang auditory, bukan saat nya lagi kita memaksakan siswa untuk belajar dengan gaya yang kita sukai. Jika guru mengenali gaya belajar tiap siswa nya dikelas, maka yang terjadi guru akan semakin sabar dalam membelajarkan siswa dan mau mencari cara yang terbaik dan maksimal untuk siswa belajar
Workshop selama 2 hari berturut-turut ini menjadi sangat penting dan strategis dikarenakan guru menjadi lebih percaya diri dan menajdi semakin yakin bahwa hanya dengan pengelolaan kelas yang baik lah maka sebuah atmosfir pembelajaran positif akan terjadi dan bisa menjadikan siswa seorang pembelajar yang mandiri dan sukses.
info yg menarik, pelajaran baru ini
Emang seru skolah disini
iya dong sekolah ku