Refleksi hari kedua Workshop ‘Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran Tematik dan Proyek (Proyek Based Learning)’

Pada pertemuan kedua ini kembali saya bertemu dengan 35 guru PT Cal Indonesia yang bersemangat dalam belajar hal yang baru dan berguna bagi pendekatan dan metode dalam situasi belajar mengajar di kelasnya. Jika pada pertemuan sebelumnya kami membahas dan berdiskusi mengenai pemetaan kurikulum, Taksonomi Bloom dan pemberian tugas yang bermakna pada siswa, kali ini guru-guru yang hadir kembali berperan sebagai ‘guru bidang studi komputer’ dan menggunakan sudut pandang tadi untuk membuat dan merencanakan pembelajaran.

PT Cal Indonesia memang banyak dipercaya oleh sekolah –sekolah di Jakarta Raya dan sekitarnya. Dalam menyediakan perangkat infrastruktur dan pembelajaran komputer di sekolah. Dengan adanya pelatihan bagi  guru-gurunya ini tergambar betapa PT Cal Indonesia selalu berusaha untuk menjadi yang terdepan dalam penyediaan pembelajaran komputer di sekolah-sekolah. Untuk anda akan saya tuliskan mengenai jalannya workshop ini;

Lanjutkan membaca “Refleksi hari kedua Workshop ‘Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran Tematik dan Proyek (Proyek Based Learning)’”

Iman Usman (19): Penerima Penghargaan Microsoft Bloggership Termuda

Jakarta, 27 Januari 2011—Iman Usman (19), mahasiswa tahun kedua jurusan Hubungan Internasional Universitas Indonesia, terpilih sebagai penerima penghargaan bergengsi bagi blogger muda Indonesia, Microsoft Bloggership 2011. Penghargaan ini diberikan setiap tahunnya bagi blogger muda yang berpikiran maju dan terbuka, serta peduli pada isu-isu edukasi serta pemanfaatan teknologi bagi peningkatan kualitas SDM dan pemberdayaan masyarakat.

“Iman terpilih karena kami melihat bahwa ia punya jiwa kepemimpinan yang kuat dan kemampuan berkomunikasi yang baik,” ujar Risman Adnan, Director Developer & Platform, Microsoft Indonesia. “Namun di atas semua itu, kami melihat bahwa Iman punya visi ke depan yang besar, dan ia bisa menjadi corong perubahan.”

Iman Usman merupakan Presiden dan Pendiri International Future Leaders, sebuah organisasi non-profit untuk pemberdayaan pemuda dalam perubahan sosial. Ia juga merupakan penerima penghargaan Microsoft Bloggership termuda sejauh ini. Iman rajin menulis pengalaman, ide, dan pemikiran-pemikirannya di blog http://imanusman.com/

“Catatan khusus dari saya tahun ini, kelima finalis semuanya punya prestasi, ambisi, dan kontribusi kepada masyarakat luas,” kata Enda Nasution, Bapak Blogger Indonesia, yang juga merupakan salah satu juri final Microsoft Bloggership 2011. “Mereka benar-benar telah melakukan sesuatu di usia mereka yang masih sangat muda. Saya salut. Ke depannya, dengan bantuan teknologi, anak-anak muda ini pasti bisa memberikan kontribusi lebih besar lagi bagi masyarakat.”

“Semua finalis punya komitmen tinggi terhadap pendidikan,” ujar juri final Agus Sampurno, pendidik yang sudah menggunakan social media dan teknologi dalam aktivitas belajar-mengajar. “Kita sempat kesulitan menentukan pemenang. Tetapi Iman terpilih karena ia bisa menyelaraskan ide dan gagasan dengan kenyataan, kemudian mengimplementasikannya.”

Tahun ini, tema Bloggership adalah “Saving Your Social Energy and Stay Connected”. Blogger muda ditantang untuk menggunakan social media agar dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat. “Kami ingin melihat berapa banyak waktu yang mereka habiskan di social media, apa saja yang mereka lakukan, dan kontribusi apa yang bisa mereka berikan kepada komunitas/masyarakat dari waktu tersebut,” ujar Risman Adnan.

Pemenang Microsoft Bloggership 2011 berhak menerima sebuah gadget, perjalanan ke berbagai provinsi di Indonesia bersama Microsoft Indonesia (semua biaya akomodasi, transportasi, dan uang saku ditanggung oleh Microsoft Indonesia), juga menerima berbagai pelatihan bersertifikat dari Microsoft Indonesia.

“Menjadi penerima Microsoft Bloggership lebih dari sebuah prestise dan prestasi,” ujar Iman, yang saat ini tengah berada di Philadelphia untuk mengikuti program Student Leaders on Religious Pluralism. “Ini merupakan sebuah tanggung jawab dan juga kesempatan untuk belajar dan berbagi, belajar menginspirasi Indonesia!”

Tahun ini, lima orang finalis terjaring dari sekitar 90 aplikasi yang masuk. Selain Iman Usman yang menjadi pemenang, ada pula Ilman Akbar, wirausahawan muda yang tengah berusaha menggerakkan website komunitas di kampus-kampus seluruh Indonesia; Dian Paramita, mahasiswi dan aktivis muda yang sudah melakukan berbagai gerakan sosial via Twitter; Lucia Nancy, freelancer dan relawan independen yang sempat terjun langsung ke Mentawai pada saat bencana dan mengajar baca-tulis bagi anak-anak yang tak dapat bersekolah, serta Julian Sukmana Putra, konsultan IT yang punya kepedulian dalam penggunaan teknologi informasi untuk menunjang pendidikan.

Sejak diluncurkan pada 2008 lalu, Microsoft Bloggership telah memberikan penghargaan ini kepada dua blogger muda: Anandita Puspitasari di 2009 (http://nonadita.com) dan Nico Wijaya di 2010 (http://sekarduside.com).  Keduanya turut menjadi dewan juri semifinal dalam ajang Microsoft Bloggership tahun ini.

http://pestablogger.com/?p=2846

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran tematik dan proyek (Project Based Learning). Liputan hari pertama workshop bersama PT CAL Indonesia

Pembelajaran tematik dan Project based learning merupakan dua jenis pendekatan pembelajaran yang bersifat terbuka terhadap pemanfaatan teknologi. Dengan atau tanpa teknologi kedua jenis pendekatan tersebut tetap bisa dilaksanakan dengan baik dan bermakna.

Pada tanggal 15 Januari 2011 dikali kedua pertemuan saya dengan guru-guru PT CAL Indonesia sebuah perusahaan yang mengelola jasa penyediaan pendidikan komputer di sekolah-sekolah, saya mencoba memberi alternatif lain dalam pemanfaatan TIK di sekolah.

Banyak sekolah yang sudah mewajibkan guru-gurunya juga melakukan pemanfaatan TIK di kelas.  Ini berarti tugas berat dan tantangan menunggu bagi guru-guru komputer (baca ;guru TIK) dimana saja mereka berada.

Tantangannya adalah bagaimana membantu guru kelas agar mereka bisa dan mampu mandiri dalam menggunakan TIK di kelas sebagai bagian dari pembelajaran. Tantangan berikutnya adalah mampu dan bisa ‘memerankan’ diri menjadi guru kelas walaupun sebenarnya berbeda sekali antara guru komputer yang merupakan guru satu mata pelajaran dengan guru kelas yang biasanya mengajar satu atau lebih mata pelajaran.

Dalam workshop kali ini saya dan 35 guru yang hadir mencoba suatu formula baru dalam pelatihan pemanfaatan TIK dalam pembelajaran. Berikut ini adalah kegiatan yang kami lakukan.

Kami menelaah mengenai apa sih yang dimaksud dengan pembelajaran bermakna? Menurut hasil diskusi yang kami lakukan pembelajaran bisa disebut bermakna bila

  • Mengikut sertakan penuh siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Wewenang dalam merencanakan pembelajaran memang hak perogratif  guru. Tapi mengikut sertakan partisipasi 100 persen dari siswa merupakan harga yang tidak dapat ditawar. Keterlibatan guru memang penting karena guru yang kreatif memikirkan scenario dan keterlibatan apa saja dari siswa yang mungkin terjadi dan dilakukan dikelas selama ia menghantarkan pengetahuan, sebagai fasilitator pembelajaran.
  • Bila tema atau topik yang diangkat merupakan hal yang dekat dengan kehidupan dan keseharian siswa. Jika anda setuju bahwa siswa lah sebagai pusat pembelajaran di kelas maka tugas kita sebagai guru untuk mencari tema atau topik apa sajakah yang kira-kira dekat dengan keseharian siswa.
  • Jika siswa mengerti dan paham mengapa sebuah pembelajaran mesti ia lalui dan lakukan. Tugas guru agar siswa menjadi paham dan terlibat dalam pembelajaran adalah dengan mencari korelasi dengan kekinian. Dengan demikian usaha guru diperlukan dalam mencari informasi dan menghubungkan dengan pembelajaran di kelasnya.

Setelah kami berdiskusi mengenai pembelajaran yang bermakna, kemudian kami melakukan ‘bedah kurikulum’. Kemendiknas telah memikirkan mengenai perlunya sebuah kurikulum yang bisa membantu guru dalam merencanakan pembelajaran dikelas. Kami menggunakan Standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) milik pemerintah. Setelah itu peserta saya kumpulkan sesuai dengan tingkatan mengajarnya. Setelah mereka membentuk kelompok, mereka mulai mencari sebuah tema atau topik yang kegiatannya di ambil dari SK dan KD sepanjang tahun ajaran yang kira-kira cocok dengan tema. Disinilah dibutuhkan kerja sama antara guru yang bertugas pada satu kelas parallel, untuk menentukan tema apa sajakah yang akan dipersiapkan serta kegiatan apa saja yang mesti dilakukan sepanjang tahun ajaran. Tidak heran apabila biasanya proses seperti ini berlangsung di akhir tahun ajaran sebagai persiapan pengajara di tahun berikutnya.

Setelah selesai, setiap kelompok kemudian dihadapkan pada kegiatan dan tantangan yang baru lagi. Mereka saya minta untuk menyusun kembali taksonomi bloom yang sudah digunting dan diacak. Maksud dari kegiatan ini  adalah supaya peserta yang hadir bisa mengembangkan aspek kognitif dengan ‘kerangka kerja’ Taksonomi Bloom dalam pembelajarannya. Gambaran singkatnya adalah siswa dalam kelas akan belajar tentang topik yang sama, tetapi setiap mereka sangat boleh jadi berbeda pada level kesulitan dan kompleksitasnya. Diharapkan nantinya dengan guru mengenal dan mencermati taksonomi bloom mereka bisa mencermati dan menaikkan standar mereka dalam penugasan kepada siswanya. Tidak sekedar meminta siswa untuk mengingat fakta tetapi juga mengikat makna dengan penugasan yang variatif dan bersifat ‘high order thinking’ (melakukan analisa, mengevaluasi, dan melakukan kreasi atau mencipta)

Guru yang hadir terlihat tetap bersemangat sampai di akhir hari walaupun workshop kali ini ‘kental’ dengan pemahaman baru mereka sebagai guru komputer yang memerankan diri sebagai guru kelas dan bukan guru mata pelajaran tertentu. Hal ini dilakukan demi membuat mereka bisa membantu guru kelas dalam memanfaatkan TIK dalam pembelajaran. Di akhir hari guru yang hadir membuat rancangan pembelajaran tematik atau PBL dari minggu ke minggu selama 6 minggu.

Workshop ini menawarkan segalanya yang dibutuhkan guru abad 21 dalam mempersiapkan siswa di masa depan. Sampai jumpa pada liputan di hari kedua.

 

Workshop Penilaian dalam Pembelajaran di Sekolah Sophos Indonesia Serpong

Menilai siswa adalah bentuk komunikasi pada siswa, komunikasi yang terjadi antara guru dan siswa serta sebaliknya bahkan komunikasi antar siswa. Bersama 30 guru Sekolah Sophos Indonesia saya berbagi dan berdiskusi mengenai bagaimana mengelola penilaian yang baik kepada siswa sehingga memenuhi criteria

• Valid, mengukur apa yang mesti diukur
• Mendidik, memberi sumbangan positif dan bukan mencari-cari kesalahan
• Orientasi pada kompetensi, apa yang telah dicapai siswa? Apa yang mesti ditingkatkan oleh siswa dan bukan berorientasi pada hasil akhir saja.
• Adil, tidak membedakan latar belakang, siapapun jika bagus, mesti dinilai bagus.
• Terbuka, transparan, saat menilai katakana pada siswa ap kriterianya sehingga mereka tidak meraba-raba keinginan guru.
• Berkesinambungan, terencana, bertahap dan terus menerus demi peningkatan kompetensi siswa.
• Menyeluruh, seluruh aspek Kognitif, afektif dan psikomotorik
• Bermakna, punya arti untuk ditindak lanjuti, ini adalah cara untuk membuat pembelajaran di kelas menjadi lebih bermakna.

Lanjutkan membaca “Workshop Penilaian dalam Pembelajaran di Sekolah Sophos Indonesia Serpong”

Pelatihan 2 hari, guru SDI Generasi Rabbani Gunung Putri Bogor. Tema ‘Manajemen Pengelolaan kelas yang menginspirasi’.

Kali ini saya mengawali tahun 2011 dengan memfasilitasi pelatihan di Sekolah Dasar Islam Generasi Rabbani di Bumi Mutiara Gunung Putri Bogor. Sebanyak 65 orang guru yang hadir mengikuti pelatihan selama 2 hari penuh.

Manajemen kelas merupakan kata kunci dalam membuat seorang guru merasa bahwa dirinya berhasil sebagai pengajar dan pendidik. Perasaan sukses sebagai guru sangat penting, karena saat seorang guru merasa dirinya berhasil ia akan mau mencoba menerapkan metode terbaru dalam pembelajaran, sebaliknya jika ia merasa gagal, ia akan kembali ke pola lama dan cenderung tidak mau berubah, karena khawatir perubahan malah akan menyulitkan.

Berikut ini adalah ringkasan dari workshop selama 2 hari di sekolah dasar Islam Generasi Rabbani Gunung Putri

1. Bagaimana guru mengatur fisik kelas. Jika kelas anda sudah permanen apalagi berpendingin udara saya ucapkan selamat. Ini karena masih banyak sekolah di Indonesia yang masih belum permanen apalagi berpendingin udara. Namun kelas yang baik bukan cuma masalah AC, kelas yang baik juga tentang bagaimana anda mengatur tempat duduk siswa, bagaimana anda meletakkan gunting serta alat-alat lain yang diharapkan bisa membantu siswa bekerja tanpa mesti disalah gunakan oleh mereka karena lemahnya pengawasan guru. Guru pandai mengatur fisik kelas berarti ia menyiapkan kelasnya untuk proses belajar yang sehat dan bisa menghantarkan siswa untuk menjadi pembelajar yang aktif di kelas.

Lanjutkan membaca “Pelatihan 2 hari, guru SDI Generasi Rabbani Gunung Putri Bogor. Tema ‘Manajemen Pengelolaan kelas yang menginspirasi’.”

Sudahkah siswa anda membuat resolusi di tahun 2011

Ini minggu pertama saya hadir dan masuk di sekolah, setelah kemarin rapat bersama dengan seluruh guru, hari ini siswa sudah masuk dan langsung belajar. Saya langsung memulai dengan meminta mereka menulis hal apa saja yang ingin mereka  tingkatkan di tahun 2011 dan di term 3 ini.

Berikut adalah hal yang mereka tuliskan di term yang lalu

Dan ini yang mereka buat untuk cawu di tahun baru

Guru yang senang melarang

Judul di atas juga  berlaku terhadap saya. Karena jika anda mengajar di sekolah dasar anda akan sering mendapatkan pertanyaan “Pak bolehkan saya ……..?” selama keseharian sebagai pengajar. Pertanyaan itu ada dikarenakan siswa ragu untuk melakukan sesuatu yang menurutnya akan membawa masalah baginya setelah ia melakukannya. Karena tidak mau repot jawaban saya hanya satu ‘tidak boleh’ atau ‘boleh tapi nanti’. Sekarang mari kita ingat apa saja hal yang prinsip bagi guru kita saat dulu kita masih bersekolah. Buat guru kita dahulu hal yang prinsip adalah;

  • kelas sunyi senyap saat ada guru di kelas
  • siswa bekerja secara individu
  • siswa tidak mencontek
  • siswa fokus dan mendengarkan saat guru sedang berbicara
  • guru  menjadi satu-satunya orang yang berbicara sepanjang jam pelajaran
  • siswa hanya berbicara jika ditanya

Lanjutkan membaca “Guru yang senang melarang”

Yuk kita kenali kebutuhan siswa

Pernahkah anda menempatkan diri dan bertukar tempat sebagai siswa dikelas? Coba lah sekali-sekali, artinya jangan kemudian bertukar secara fisik tapi rasakan lah perasaaan siswa anda di kelas dengan anda sendiri sebagai gurunya. Saya yakin akan terbuka lah perasaaan kita sebagai guru di kelas akan  kebutuhan siswa kita sebagai individu di kelas. Berikut ini adalah hal-hal apa saja yang menjadi kebutuhan siswa kita dikelas (sumber Blog Against the Wind)

1.     kebutuhan untuk ‘survival’ (makan, minum dan lain-lain)

2.     kebutuhan untuk bersenang-senang

3.     kebutuhan untuk merasa bebas memilih dan menentukan

4.     kebutuhan untuk punya kesuksesan

5.     kebutuhan untuk merasa dicintai dan dihargai

Memang tidak mudah untuk memenuhi semua kebutuhan di atas, bayangkan jika ada 35 orang siswa di kelas yang kita ajar, maka akan ada banyak sekali kebutuhan yang mesti dipenuhi oleh kita sebagai guru.  Hal yang bisa kita lakukan  adalah berusaha untuk bisa lebih mengerti siswa dan menganalisa perilaku siswa  sesuai dengan kebutuhan mereka diatas.

Jika anda ingin menerapkan dan mencobanya dikelas, mudah-mudahan ide dibawah ini bisa membantu.

Kebutuhan untuk makan dan minum; siswa boleh saja menaruh botol minuman di dalam kelas agar jika ia haus maka akan mudah baginya untuk minum. Sekolah tempat saya mengajar juga selalu menganjurkan siswa untuk sarapan di rumah atau di sekolah.   Banyak penelitian yang mengatakan bahwa asupan cairan akan membuat seseorang menjadi gampang berfikir dan tidak mudah lelah.

 

Kebutuhan untuk bersenang-senang; Dikelas saat melakukan kegiatan dengan siswa saya upayakan untuk melakukannya dengan metode ‘hands on activity’ ini akan membuat siswa senang dan waktu menjadi tidak terasa. Saya juga biasa memainkan permainan pada 5 menit terakhir jam pelajaran, biarkan mereka memilih permainannya atau bisa juga anda putarkan video menarik dari youtube unruk mereka.

 

Kebutuhan untuk punya kebebasan; biarkan siswa di kelas yang anda ajar menentukan sendiri tempat duduknya, namun sambil ingatkan mereka untuk bertanya pada diri sendiri apakah pasangan duduknya atau teman yang ada di sebelahnya akan membuat ia tidak berkonsentrasi dan mengganggu saat sedang mengerjakan tugas. Dengan demikian ia menjadi seorang yang tetap punya tanggung jawab saat diberikan kebebasan.

 

Kebutuhan  akan kesuksesan; cukup kita saja yang mengalami ‘dinilai dan dihakimi’ berdasarkan nilai yang didapat dalam pelajaran matematika, dan pelajaran hafalan, sudah saat nya kita mencari sisi cerdas dari setiap siswa yang ada di kelas kita. Jika seorang anak tidak begitu bisa dan menguasai matematika, lihat sisi lainnya mungkin saja ia senang dan bisa terlibat penuh dalam pelajaran seni, drama atau malah pintar dalam sesi debat dikelas. Guru yang baik adalah guru yang bisa membuat siswa merasa sukses walaupun dari hal-hal yang kecil sekalipun.

 

kebutuhan untuk merasa dicintai dan dihargai; rayakan setiap keberhasilan di kelas.  Keberhasilan yang saya maksud disini adalah keberhasilan apa saja dari siswa kita, baik itu bidang akademis atau bukan. Saya biasa mengajak seluruh siswa di kelas untuk memberikan selamat kepada siswa yang berhasil naik tingkat dalam olah raga karate atau baru saja pentas menari di luar sekolah. Hal ini membuat siswa percaya bahwa bukan hanya saat ia ulang tahun teman dan gurunya memberikan selamat, tapi saat ia meraih sesuatu di luar kegiatan sekolah, maka guru dan temannya pun akan ikut berbahagia.

 

%d blogger menyukai ini: