Topik Presentasi Agus Sampurno, Update..!

Berikut ini daftar judul presentasi yang saya biasa sampaikan. Adapun format presentasi bisa merupakan seminar atau workshop. Kedua-duanya tetap dengan format peserta belajar aktif dan pelatihan partisipatif dengan banyak contoh kasus, tips praktis, wawasan yang bisa langsung diterapkan.

Silahkan mencermati judul-judul dibawah ini, semua judul presentasi saya rancang demi memenuhi kebutuhan anda sebagai  orang tua, guru, kepala sekolah, dan pengelola sekolah dalam menjadikan kita semua sebagai pembelajar sepanjang hayat (lifelong learners)

Lanjutkan membaca “Topik Presentasi Agus Sampurno, Update..!”

‘Dari peserta menjadi fasilitator’, catatan dari pelatihan internet untuk pembelajaran bagi MGMP Bahasa Inggris SMK se Jakarta Utara

Peserta dalam kelompok sedang membantu rekannya yang belum mempunyai email. Pesan saya saat mengajarkan rekannya dilarang memegang mouse.
Peserta memerankan diri sebagai fasilitator dengan mengajarkan rekannya membuat email.

Peserta mengecek koneksi laptop yang dibawanya untuk disesuaikan dengan hotspot SMKN 12

Saya membuka workshop dengan beberapa gambar dan tayangan yang menunjukkan betapa berbedanya dunia siswa kita saat ini dengan dunia saat kita dahulu. Meski berbeda, bukan berarti menyerah begitu saja pada keadaan dan membiarkan siswa kita menggunakan teknologi tanpa kendali. Karena boleh saja siswa lebih pintar menggunakan teknologi, namun dalam hal etika dan dalam hal berpikir sebelum bertindak, guru diharapkan bisa mendampingi siswa.

Lanjutkan membaca “‘Dari peserta menjadi fasilitator’, catatan dari pelatihan internet untuk pembelajaran bagi MGMP Bahasa Inggris SMK se Jakarta Utara”

4 tips cara bertanya yang membuat guru mau melakukan sesuatu hal/pekerjaan tanpa dipaksa(Laporan pelatihan bagi kepala sekolah se Bandung Raya)

Salah satu anugrah dalam berperan sebagai fasilitator adalah saat melihat peserta tekun mendengarkan.

Sebagai sambungan dari acara pelatihan Kepala Sekolah Se Bandung raya, saya kembali bertemu dengan para pimpinan sekolah yang antusias yang datang dari penjuru propinsi Jawa Barat dalam ‘Pelatihan menuju sekolah yang berkualitas’. Hadirin yang datang sekitar 160 orang, tekun dan asyik berdiskusi dalam nuansa yang profesional dalam tema ‘Peran kepala/ pemimpin sekolah menciptakan kelas yang menginspirasi’.

Para pemimpin yang luar biasa di sekolah tahu bahwa ada waktu untuk memberikan arah dan memberitahu orang-orang apa yang harus dilakukan, dan ada waktu untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang membuat bawahannya berpikir dan melakukan dengan baik apa yang atasannya inginkan dengan sukarela.

Tidak perlu banyak menasehati, cukup giring bawahan anda dengan pertanyaan.

Jika sebagai seorang kepala sekolah anda ingin guru-guru anda atau siapa pun yang menjadi bawahan anda bertanggung jawab atas pekerjaan, perilaku dan tindakan mereka, maka perlu kiranya  melibatkan, memotivasi, mendorong dan mendukung mereka untuk melakukan hal tersebut.

Bekerja dalam group dengan suasana yang profesional

Salah satu cara terbaik untuk melakukan semua hal ini adalah dengan mengajukan pertanyaan – bukannya memberi nasihat atau memberitahu mereka apa yang harus dilakukan.

160 peserta yang hadir sibuk berdialog dalam nuansa 'educational leadership' yang kental

Lanjutkan membaca “4 tips cara bertanya yang membuat guru mau melakukan sesuatu hal/pekerjaan tanpa dipaksa(Laporan pelatihan bagi kepala sekolah se Bandung Raya)”

“Apakah mereka bisa mengerti pelajaran yang saya berikan atau tidak yaa?”

http://www.heyugly.org/images/QuestionMark.jpg

Sebagai guru yang mengajar di kelas, selepas mengajar terkadang terbersit pertanyaan seperti ini, “Apakah mereka bisa mengerti pelajaran yang saya berikan atau tidak?” Mengerti atau tidak mengerti, sebenarnya bukan itu persoalannya. Karena pada dasarnya siswa bisa membangun pengertiannya sendiri dengan pengalaman belajar mereka sebelumnya. Hal yang paling mungkin bisa kita sebagai guru lakukan adalah memberikan sejumlah pertanyaan yang membantu siswa menghubungkan dirinya dengan pengajaran yang anda lakukan. Berikut ini adalah pertanyaannya

Lanjutkan membaca ““Apakah mereka bisa mengerti pelajaran yang saya berikan atau tidak yaa?””

Saya mau berubah menjadi guru yang lebih baik asal…..

Golongan guru yang ini yang paling banyak terdapat di sekolah. Golongan yang bersikap abu-abu, hitam tidak, putih juga tidak. Artinya sekolah perlu membuat sebuah sistem yang mengatur ‘reward and consequences’ atau ‘penghargaan dan konsekuensi’ bagi guru tipe ini.

Sekolah sebagai institusi pendidikan memang tidak bisa menghindar dari kewajiban untuk berubah. Untuk bisa bersaing dan menjadi yang terbaik bagi siswa, maka berubah adalah sebuah keniscayaan. Karena saat bersikap terhadap perubahan tidak semua guru memandangnya positip apalagi jika sekolah tidak punya sistem komunikasi yang baik dalam menjelaskan kepada guru kenapa harus dan perlu berubah. Istilah perubahan di sini bisa mengacu kepada banyak hal di sekolah. Dari perubahan mengenai kompetensi, profesionalitas sampai perilaku guru.

Sayangnya presentasi guru yang mengucapkan hal diatas banyak sekali terdapat di sekolah. Mari kita identifikasikan jenis guru tersebut.

Lanjutkan membaca “Saya mau berubah menjadi guru yang lebih baik asal…..”

Menjadikan murid kita pintar di abad 21 ini belum cukup, mari kita jadikan murid kita ‘murid yang kreatif’. Laporan seminar guru Muhammadiyah di Palembang (2)

Lupakan sejenak istilah ‘murid pintar’. Sebuah istilah yang terkadang menjerumuskan siswa kita bahkan kita sendiri saat kita menjadi siswa dahulu.  Ketika cap siswa pintar menempel di dalam diri siswa, yang terjadi adalah siswa jadi takut tersaingi, tidak siap kalah, dan berorientasi individual.

Bersama penyelenggara seminar, paling kanan adalah Mas Adi (terima kasih mas Adi atas bakti dan jerih payahnya untuk pendidikan dan guru di Sumsel)

Mari sekarang kita berkonsentrasi pada usaha menjadikan murid kita menjadi ‘murid kreatif’. Murid kreatif akan selalau mempertanyakan semua hal di sekelilingnya, mau mencoba, tidak takut salah, fleksibel dan berusaha untuk melakukan sebuah proses dengan sebaik mungkin sesuai kapasitas dirinya. Karena ternyata menjadikan murid pintar di abad 21 ini belum cukup. Tapi mari saat yang sama kita jadikan siswa kita sebagai ‘murid yang kreatif’.

Agus Sampurno dan Hizbul Wathan
Hizbul Wathan sampai ke hati (foto saya bersama bapak yang berseragam pramuka Muhammadiyah). Beliau tekun menyimak presentasi saya dari awal sampai akhir dengan serius.

Lanjutkan membaca “Menjadikan murid kita pintar di abad 21 ini belum cukup, mari kita jadikan murid kita ‘murid yang kreatif’. Laporan seminar guru Muhammadiyah di Palembang (2)”

Menyimak status Facebook peserta seminar pendidikan Abad 21 di Universitas Muhammadiyah Palembang

Mendapat giliran di sesi kedua, saya berusaha menampilkan yang terbaik untuk guru yang hadir

Dalam saya berbagi ilmu dengan guru-guru di penjuru persada Indonesia, saya banyak mendapat kisah dan cerita yang menarik sekaligus menambah semangat saya dalam berbagi.

Di Palembang bersama 156 guru Muhammadiyah, Minggu kemarin saya berbicara mengenai pentingnya guru berubah dan membuat perubahan sekecil apapun bagi masa depan yang lebih baik bagi siswa nya. Seminar ini bertajuk ‘Mempersiapkan kompetensi guru dalam menghadapi tantangan pendidikan abad 21’. Acara ini adalah bagian dari peringatan 100 tahun organisasi Muhammadiyah di Indonesia dan di Sumatera Selatan khususnya.

Menerapkan metode seminar yang partisipatif bagi peserta yang hadir

Dengan adanya situs jaring pertemanan seperti facebook saat ini setelah seminar dan workshop saya jadi punya teman yang baru. Mereka tidak lain tidak bukan adalah peserta yang datang dan hadir menyimak presentasi saya. Dari status tersebut saya bisa mengukur bagaimana saya bisa menginspirasi dan berbagi ilmu dengan orang lain.

"Guru yang profesional adalah guru yang kritis dan siap berubah ke arah yang lebih baik", demikian ungkap salah satu peserta

Menunjukkan slide yang menarik dan menggelitik untuk dijadikan bahan diskusi mengenai kompetensi apakah yang dibutuhkan oleh guru dan siswa dalam menghadapi abad 21.

Di bawah ini adalah status Ibu Ana seorang peserta yang datang saat seminar di kota Palembang yang baru lalu. Silahkan diamati status beliau  sebelum dan sesudah workshop. Saya cuplik kan untuk anda hasil kopi paste saya di pagi hari hari Senin tanggal 18 Januari. Hal yang unik saya jadi punya sebutan baru yaitu Mr. AS.  Unik juga…

Lanjutkan membaca “Menyimak status Facebook peserta seminar pendidikan Abad 21 di Universitas Muhammadiyah Palembang”

6 Tips bagi kepala sekolah dan pengelola sekolah dalam mengadakan pelatihan di dalam sekolah

1. Libatkan semua guru dalam menentukan topik pelatihan. Buat survey jika perlu, jangan sekali mengadakan pelatihan hanya karena ‘kelihatannya’ bagus untuk anda, karena belum tentu guru membutuhkan.

2. Libatkan semua orang sebagai peserta pelatihan, dari guru bidang studi sampai pustakawan, dari pustakawan sampai tata usaha, orang tua (perwakilan) juga kenapa tidak? Ini adalah langkah awal anda untuk membuat komunitas pembelajar di sekolah anda.

Lanjutkan membaca “6 Tips bagi kepala sekolah dan pengelola sekolah dalam mengadakan pelatihan di dalam sekolah”

The First School Branding Conference: “CREATING EFFECTIVE SCHOOL BRANDING IN DEMANDING ERA”

Sebuah konferensi untuk menemukan titik temu antara fungsi idealisme sekolah sebagai center of education dan tuntutan menjadi entitas bisnis yang mandiri dan kokoh berkembang. Bagaimana pula membangun reputasi sekolah melalui strategi branding yang smart, strategic dan elegan, serta bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan generasi muda yang umumnya selalu terkoneksi dengan internet dan mobile gadget itu?

Konferensi ditujukan bagi seluruh stake holder pendidikan: para pengelola sekolah dari tingkat dasar, menengah, sampai perguruan tinggi, pemegang kebijakan pendidikan, mahasiswa, dosen, para orang tua murid, dan lainnya.

Materi dan Pembicara:

GUIDELINE SEMINAR
“Creating Effective School Branding in Demanding Era”

Lanjutkan membaca “The First School Branding Conference: “CREATING EFFECTIVE SCHOOL BRANDING IN DEMANDING ERA””

%d blogger menyukai ini: