Bulan: Desember 2009
Tips menjadi orang tua yang super, laporan workshop untuk orang tua bersama penulis buku Ibu Ifa Avianti
Laporan workshop pengelolaan kelas dan cara berkomunikasi yang efektif pada siswa. MTSN Pagedangan Serpong 18 Desember 2009
Saat guru dan siswa bertemu di sebuah kelas dalam rangka kegiatan belajar mengajar maka sudah dapat diduga yang terjadi adalah proses interaksi dan komunikasi. Permasalahannya di banyak kelas yang ada di banyak sekolah yang terjadi adalah komunikasi nya bersifat satu arah saja atau teacher centric. Didalam kelas yang bernuansa seperti ini jangan harap ada nuansa terjadinya dialog yang bersifat keilmuwan atau dialog yang bersifat dua arah. Hal yang akan terjadi dalam suasana kelas seperti itu adalah kelas jadi hening setiap saat, bukan karena siswa asyik mendengarkan yang gurunya paparkan tapi mungkin juga karena siswa takut untuk bertanya dan meminta keterangan lebih mengenai suatu topik yang sebenarnya menarik bagi dirinya.
Susahnya banyak guru yang cukup senang ketika menemukan suasana seperti itu di kelasnya, ia berpikir kelas yang diajarnya sudah cukup berhasil, buktinya siswa terpana saat mendengarkannya. Jika ada guru yang ingin berubah dalam arti membuat suasana kelasnya menjadi lebih dialogis dan demokratis, maka hal pertama yang ia khawatirkan adalah wibawanya sebagai guru akan menurun, karena setiap saat bisa saja siswa mendebatnya atau siswa mempertanyakan hal yang diajarkannya.
Sekarang pilihannya ada pada anda sebagai guru? Apakah akan tetap mempertahankan gaya lama dalam membelajarkan siswa dan mengelola kelasnya dengan situasi pembelajaran yang berpusat pada guru, bersifat komunikasi satu arah dan berfokus pada individual dan bukan pada grup?
Pertanyaan ini juga yang saya hantarkan pada 40 guru yang hadir pada workshop ‘Pengelolaan kelas dan berkomunikasi yang efektif dengan siswa’ di MTSN Pagedangan Serpong hari Minggu tanggal 18 Desember 2009. Selama hampir 4 jam saya memfasilitasi guru yang hadir dengan antusias agar bisa dengan efektif berkomunikasi dengan siswa. Sebab sukses tidaknya dalam mengelola sebuah kelas tidak lain tidak bukan adalah bagaimana guru berkomunikasi dengan siswanya. Jika baik dalam berkomunikasi secara otomatis maka baik juga pengelolaan kelasnya.
Berikut ini adalah tips bagaimana guru berkomunikasi yang efektif dengan siswanya di kelas. Tidak hanya dalam berbicara tapi juga saat mendengar, dan menulis kepada siswa.
Selamat datang pemerhati pendidikan di Indonesia

Selamat datang semua yang peduli dengan pendidikan di Indonesia. Saya adalah guru yang mengajar di sekolah dasar dan senang belajar dan berbagi dengan sesama kaum guru. Dimanapun anda berada jika anda mengajar , kelas anda akan berisi anak-anak periang yang senang bertanya dan senang membuat kita mengernyitkan dahi dengan pertanyaan dan tingkah mereka. Nikmati selagi bisa, karena jika kita sebagai gurunya mendidik mereka dengan baik, mereka lah calon pemimpin bangsa ini. Nilai mereka bisa naik turun, tingkah mereka bisa membuat kita senang dan tersenyum pahit saat yang sama, namun yang tidak boleh pudar adalah antusiasme kita saat mengajar mereka. Antusiasme itu menular mudah-mudahan anda juga percaya itu, jika kita sebagai pendidik antusias saat mengajar mereka, siswa kita akan balik mensupport kita semampu mereka.
Tulisan di blog ini berisi pengalaman saya sehari-hari saat mengajar, juga pengalaman saya saat berbagi ilmu dengan sesama guru. Saya banyak belajar pada guru-guru yang saya temui dimana pun mereka berada, buat saya mereka adalah sumber ilmu yang tidak ada habisnya. Dari guru senior saya belajar asam garam menjadi pendidik, dari guru yang lebih yunior saya belajar bagaimana mempertahankan idealisme dan impian tentang perubahan bagi pendidikan Indonesia. Jadi selamat datang selamat menyelami ide dan bertukar pengetahuan lewat komentar yang anda berikan.
Agus Sampurno @gurukreatif
Karena kita adalah figur orang dewasa selain orang tua mereka
Saat menjadi siswa jaman anda kecil dahulu, mungkin anda pernah punya kenangan pahit pada guru anda atau orang tua anda. Uniknya walaupun di mata kita mereka adalah sosok yang galak dan tidak punya pengertian bahkan rasa humor, kita sendiri malah mengulangi dan meniru sosok mereka saat sudah menjadi guru sekarang ini, Seperti lingkaran setan saja layaknya.
Mari putuskan lingkaran tersebut jadilah orang dewasa yang berbeda di mata siswa anda. Saya yakin ini akan membuat dunia menjadi lebih baik, karena saat dewasa siswa kita akan tersenyum sambil berucap “guru saya adalah orang yang berfokus pada kelebihan saya dan bukan pada kekurangan saya”. Lanjutkan membaca “Karena kita adalah figur orang dewasa selain orang tua mereka”
8 tanda penyalahgunaan internet oleh siswa atau anak anda di rumah
Mari berhenti pasrah mengatakan bahwa dunia siswa dan dunia kita sebagai guru atau orang tua berbeda dalam hal penggunaan teknologi. Namun setelah itu (sengaja atau tidak) membiarkan anak dan siswa kita menjadi korban dari dampak buruk teknologi.
Inilah saatnya kita mengakui bahwa memang ada kesenjangan perihal teknologi antara guru, orang tua dan siswa. Mengakui bukan berarti tidak mau peduli. Menjadi guru,dan orang tua di masa sekarang bukan berarti menjadi orang yang mesti pintar segalanya dalam hal teknologi. Menjadi orang tua masa kini tidak semata senang ketika bisa membelikan dan mencukupi perangkat teknologi yang anak mau.
Masih banyak orang tua yang beranggapan anak mereka sibuk belajar ketika berada di depan komputer hingga larut malam di kamarnya, padahal belum tentu. Masih banyak juga guru di sekolah yang tergagap-gagap ketika orang tua siswanya mengeluhkan tentang penggunaan teknologi yang kelewat batas hingga masalah yang ditimbulkannya. Berikut ini adalah indikasi bahwa penggunaan teknologi oleh anak dan siswa kita bermasalah. Mudah-mudahn bisa menjadi masukan untuk anda.
Lanjutkan membaca “8 tanda penyalahgunaan internet oleh siswa atau anak anda di rumah”
Katakan apa yang ingin siswa anda lakukan
Apakah anda pernah melakukan ini? Saat ada siswa di kelas anda ribut maka anda mengucapkan atau menegur ia dengan kata-kata “Jangan ribut!” Saran saya segera amati perubahan perilaku yang terjadi, apakah ia berhenti atau hanya berhenti sebentar, lalu melanjutkan lagi aktivitasnya yang jelas membuat kelas kita menjadi bising dan ribut?
Sebagai guru di kelas, seringnya kita berkonsentrasi pada perilaku negatif siswa di kelas seperti misalnya, ribut, ngobrol, bercanda dan sederet perilaku lain yang menurut kita mengganggu jalannya kelas yang sedang kita ajar. Namun Pak Andy Dougherty guru musik di sekolah saya punya pendapat lain. Menurutnya kenapa tidak memulai dengan merujuk pada perilaku atau tindakan yang ingin kita lakukan dari siswa. Selama 1 jam Pak Andy membuat guru-guru yang hadir di acara rapat mingguan di sekolah saya berefleksi mengenai strategi yang dilakukan dalam upaya lebih mengenal siswa lebih dekat.
Sebagai contoh; saat siswa kita ribut dan bicara di kelas, daripada kita katakan “jangan ribut!” lebih baik “Ayo tenang semua!” Ini berarti yang akan ada di pikiran siswa kita adalah kata ‘tenang’ dan sebaliknya bukan kata ‘ribut’. Jadi jangan salahkan siswa jika mereka membandel dan lebih memilih tidak mau mendengan peringatan kita soal perilaku mereka, karena ternyata kita sendiri sebagai guru yang salah mengirim ‘pesan’ untuk mereka lakukan.
Hal lain yang dikatakan beliau adalah bagaimana upaya lebih dekat untuk mengenal tipe pembelajar jenis apa siswa kita dengan melihat arah mata siswa kita saat berbicara dengan mereka dan saat siswa menjawab pertanyaan yang kita lontarkan. Silahkan lihat gambar di awal artikel ini untuk mendapat gambaran lengkap dan berikut adalah detailnya.
Lanjutkan membaca “Katakan apa yang ingin siswa anda lakukan”
6 tanda sekolah anda perlu berubah

Kata perubahan sepertinya semakin akrab di telinga. Apalagi ketika salah satu pemimpin di negara adi daya memenangkan pertarungan politik pemilihan di negaranya dengan semboyan ‘change’ atau perubahan. Dalam dunia pendidikan sepertinya kata perubahan belum terlalu akrab dalam praktek dan perwujudannya. Masih banyak sekolah dan guru sebagai aktor utama di sekolah, berpikir bahwa untuk apa berubah?” Toh bagini saja saya sudah akan terima gaji dan pendapatan tiap bulan?” atau ungkapan yang ini “untuk apa berubah, kalo hal itu malah akan membuat pekerjaan menjadi bertambah dan mempersulit?” Menariknya jauh dari dalam lubuk hati guru sendiri sebenarnya ada perasaan ingin memberi yang terbaik bagi pekerjaan atau profesi yang ditekuni. Namun perasaaan enggan keluar dari zona nyaman lah yang membuat perasaan tadi pupus.
Mari sejenak lupakan zona nyaman itu, sekarang lihatlah suasana pembelajaran di kelas anda. Jika tanda-tanda dibawah ini ada dan sedang terjadi di sekolah anda, tunggu apa lagi mari berupaya bersama-sama dengan komponen sekolah untuk mencari jalan keluar dan mengusahakan perubahan. Lanjutkan membaca “6 tanda sekolah anda perlu berubah”
Ikuti seminar motivasi bagi guru
11 Aturan Dasar Membesarkan Anak ala Nanny Stella
KOMPAS.com – Penonton setia acara Nanny 911 pasti tak asing dengan nama Nanny Stella. Acara ini memiliki banyak penonton karena para nanny yang terlibat harus membantu keluarga tersebut mencapai kerja sama dan mengubah kekacauan menjadi ketenangan hanya dalam waktu 7 hari.
Beberapa waktu lalu, Nanny Stella mengunjungi Jakarta untuk berbagi 11 aturan dasar (11 Commandments) dalam membesarkan anak. Aturan-aturan ini ia buat bersama salah seorang sahabatnya, Nanny Deb, yang juga ikut dalam acara tersebut. Pengalamannya selama kurang lebih 15 tahun dalam mengasuh anak, ditambah pendidikannya selama 2 tahun di National Nursery Education Board membuatnya percaya diri untuk menerbitkan 11 aturan dasar ini. Menurutnya, aturan dasar ini lintas usia, lintas negara, tidak situasional, tidak emosional, absolut, dan dibuat untuk menghindari tindakan-tindakan buruk yang bisa saja terjadi di masa mendatang.
Lanjutkan membaca “11 Aturan Dasar Membesarkan Anak ala Nanny Stella”