Kalimat diatas serasa aneh dan janggal padahal semua sekolah swasta inginnya maju. Baik guru dan pemiilik inginnya ya maju menjadi sekolah nomor satu jadi kepercayaan masyarakat. Namun tanpa sadar pemilik sekolah secara ironis menjerumuskan sekolahnya sendiri jadi sekolah yang hanya menjadi pilihan terakhir orang tua siswa alias menyekolahkan disitu karena terpaksa
Beberapa tindakan yang dilakukan pemilik sekolah untuk kemudian ‘menghancurkan’ sekolah nya sendiri antara lain:
- Terlalu ikut campur. Semua mau diurusi dan susah percaya. Jika terpaksa memberikan kepercayaan, jika orang itu salah maka akan dihabisi dengan pernyataan bernada penyesalan sudah memberikan kepercayaan
- Tidak percaya pada sistem, dan lebih percaya pada keluarga dekat. Jika keluarga walaupun tidak cakap dalam bekerja akan lebih dipercaya dari yang karyawan yang kompeten.
- Anggap orang tua siswa sebagai rival yang mesti dikalahkan, ia anggap orang tua siswa sebagai orang yang banyak maunya, dan harus dikalahkan dengan segala cara agar tidak terlalu menuntut lagi. Pemilik sekolah seperti ini bahkan bersedia membayar mahal seseorang karyawan untuk menjinakkan orang tua siswa.
- Terlalu ekonomis. Semua dihitung dengan uang. Uang yang didapat dari orang tua siswa tidak dikembalikan dalam bentuk fasilitas atau pelayanan dan lain sebagainya, malah sulit keluar dan cenderung digenggam sebagai profit.
- Menganggap gurunya sebagai karyawannya, seperti layaknya pabrik atau toko kelontong. Di toko kelontong dengan mudah kita jumpai karyawan dimaki dan diamuk oleh pemilik didepan pelanggan. (tidak semua ya) Padahal guru adalah profesi yang berbeda, ia adalah profesional, jika dimaki depan umum maka akan habis rasa percaya diri dan wibawa.
- Pemilik sekolah menjadikan sekolah sebagai ‘ladang bisnis’nya. Menjadikan sekolah sebagai sumber penghasilan. Ini berlawanan dengan pengalaman saya bertemu dengan pemilik pesantren yang memposisikan dirinya mengabdi di pesantren nya dengan mengatakan bahwa ‘saya hanya ikut makan dari santri’. Santrinya tetap nomor satu semua yang ia dapat ia kembalikan kepada santrinya.
Analisa saya diatas bisa salah dan bisa benar juga, saatnya pemilik sekolah swasta mejadikan semua orang disekitarnya sebagai mitra dalam mengembangkan sekolahnya dengan cara transparansi dan keterbukaan serta prasangka baik. Dijamin sekolahnya akan maju dan menjadi sekolah yang dipercaya masyarakat.