5 analisa terhadap kecenderungan penggunaan Facebook serta situs pertemanan lainnya.

google_facebook

Coba kita renungkan illustrasi berikut,

Seorang anak dikenal sebagai anak yang pemalu disekolahnya, di sekolah tidak banyak yang dilakukannya. Saat istirahat pun saat rekan-rekannya sibuk mengobrol dan bersenda gurau dengan teman sebaya, ia malah asyik dengan dirinya. Jika tidak diperpustakaan untuk membaca  maka yangdilakukan hanya sendirian menikmati makan siangnya. Tetapi keadaannya berbeda sekali ketika ia sampai dirumah. Sesampainya dirumah ia langsung menghubungkan komputernya dengan internet. Di internet diluar dugaan ternnyata banyak sekali teman yang dimilikinya. Lewat situs jejaring social (social networking sites) seperti friendster, facebook dan lainnya teman yang dipunyainya ada puluhan bahkan mendekati ratusan. Jika didunia nyata teman-teman yangdimiliki hanya sedikit, didunia maya teman-temannya banyak sekali.

Lanjutkan membaca “5 analisa terhadap kecenderungan penggunaan Facebook serta situs pertemanan lainnya.”

Mengatasi anak yang membolos karena playstation.

Pernah mendengar siswa membolos karena sibuk bermain Play station di tempat penyewaan dekat sekolahnya? Ketika mendengar berita ini, sebagai pendidik anda pasti akan marah, geram dan tidak habis pikir mengapa siswa tersebut mengorbankan masa depannya hanya untuk memainkan permainan yang sepintas hanya menghabiskan waktu dan membuang uang.

Lanjutkan membaca “Mengatasi anak yang membolos karena playstation.”

4 aspek kepemimpinan guru dikelas

Kepemimpinan merupakan hal yang mutlak dalam tiap segi kehidupan. Dari kepemimpinan negara sampai kepemimpinan di dalam rumah tangga adalah hal yang bisa dan gampang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Tapi di sekolah? Walaupun sudah jelas ada jabatan kepala sekolah serta sederet jabatan lain yang intinya adalah pemimpin para guru namun guru sebagai individu tidak bisa tidak harus juga punya aspek kepemimpinan.

Lanjutkan membaca “4 aspek kepemimpinan guru dikelas”

Mazaya Nurlathifa Sampurno

aguss-angel1

Putri ketiga saya telah lahir. Sabtu 13 Desember 2008 pukul 16.00, dengan bobot 3.7 dan panjang 51 cm.

Mohon doa kiranya dari pembaca semua agar putri kami menjadi putri yang sholehah dan mampu menjadi insan pembelajar yang mandiri di masa depan.

Hormat kami

Agus Sampurno dan Nurhasanah

Ternyata membuat puisi menyenangkan

Definisi 7 atau 9 jenis kecerdasan yang terkenal salah satunya memasukkan aspek bahasa sebagai tipe kecerdasan. Anda juga pasti pernah mendengar istilah calistung dalam pendidikan nasional kita atau membaca menulis dan berhitung.

Berbicara mengenai kecerdasan bahasa rekan saya dari tim kelas 3 membuat blog yang diperuntukkan bagi siswa siswi nya dalam mengekspresikan diri lewat puisi.

Selamat untuk segenap tim kelas tiga , Pak Rully , Ibu Anik, Ibu Reno , Pak Eka, Pak Agas, dan Ibu Wita

Silahkan nikmati puisi siswa dan siswi mereka yang segar dan menarik di http://puisikelastiga.wordpress.com/

puisi-kelas-3

Menghormati siswa

Siswa dihormati, wah bukannya sebaliknya? guru yang harus dihormati bukan siswa. Siswa itu harus di didik dan disiplinkan! Demikian kira-kira pikiran yang masih timbul di benak kita ketika berpikir soal hierarki guru dan siswa.

Dalam praktek pembelajaran sehari-hari dikelas dilema hierarki seperti itu kerap timbul. Apalagi jika kita sebagai guru belum banyak mempunyai koleksi cara untuk menjadikan hubungan guru dan siswa menajdi harmonis. Padahal jika hubungan ini harmonis pembelajaran dikelas akan menjadi mengasyikkan dan guru bisa menempatkan diri menjadi fasilitator untuk memuaskan dahaga anak akan pengetahuan.

Lanjutkan membaca “Menghormati siswa”

“Tapi saya kan cuma guru biasa?”

Seperti itulah jawaban ketika seorang guru ditanya kenapa ia tidak dengan cepat memutuskan sebuah hal yang menjadi pertanyaan atau tuntutan diluar pekerjaannya. Padahal kesuksesan sebuah sekolah bisa dibangun lewat individu guru yang bisa dan punya kapasitas sebagai pemimpin. Banyak sekali hal yang akan menerima dampak positif dari kebisaan guru dalam memimpin dan menjadi pemimpin. Hal tersebut antara lain

  • program-program sekolah dan kebijakan sekolah yang semakin ‘tajam’ karena dibuat oleh tipe guru-guru yang mempunyai leadership
  • proses belajar mengajar. Guru semakin percaya diri dan penuh tanggung jawab saat merencanakan dan mengendalikan kelas yang dipegangnya.
  • Komunikasi dan hubungan antar komunitas di sekolah. Sebagai guru dan orang tua pada saat yang sama saya senang ketika berbicara dan berdiskusi dengan guru putri saya yang percaya diri saat menjawab pertanyaan mengenai kebijakan di sekolah dan tidak cepat-cepat bilang, “wah kalau itu saya tidak tahu pak, coba tanya kepala sekolah”.

Lanjutkan membaca ““Tapi saya kan cuma guru biasa?””

%d blogger menyukai ini: