Workshop Handwriting

Saya berkesempatan mengikuti sebuah pelatihan inhouse di sekolah saya mengenai menulis (handwriting). Ibu Chris Rawlins, kepala sekolah dari International School Bogor menjadi presenter selama satu setengah jam. Ibu Chris telah 8 tahun menjadi konsultan menulis halus di Queensland dan  di seluruh Australia. Ada 48 buku yang sudah beliau karang mengenai Handwriting. .Beliau menggugah kesadaran kita sebagai pendidik sekaligus orang tua akan pentingnya keterampilan dalam menulis. Di jaman kita bersekolah dahulu pelajaran ini disebut sebagai menulis halus.

Bisa saya bayangkan siswa kita dijaman sekarang yang selain harus melek teknologi saat yang sama harus menguasai keterampilan dasar dalam hidup seperti menulis halus ini. Dikarenakan tidak semua hal bisa tersampaikan lewat tombol keyboard yang biasa dipakai pada alat teknologi, namun ada hal-hal yang membutuhkan keterampilan menulis. Saat siswa melakukan note taking informasi dari internet misalnya, dibutuhkan 2 keterampilan yang sama pentingnya yaitu mengambil dan menilai kelayakan data atau informasi yang mereka dapatkan dan saat yang sama menulisnya sehingga siswa gampang menggunakan informasi kembali untuk keperluan tugas dari guru.

Dalam kesempatan pelatihan Ibu Chris mengamati pola asuh di keluarga Indoensia yang terkadang membuat anak yang melewati hal yang sangat penting dalam tumbuh kembang. Hal tersebut adalah merangkak. Dikarenakan kekhawatiran yang berlebihan anak jadi sering digendong, apalagi jika pengasuh yang kita percayakan tidak kita informasikan mengenai betapa pentingnya tahap tumbuh kembang bayi. Ternyata abesennya salah satu tahap dalam tumbuh kembang bayi bisa membawa pengaruh ke tahap berikutnya dalam motorik kasar saat tumbuh menjadi balita. Bahkan bisa mengganggu koordinasi otak kanan dan otak kiri.

Gerakan motorik anak dalam memegang sesuatu sangat berperan dalam upaya anak menulis halus. Namun hal tersebut bisa ditempuh dengan pembiasaan, memegang sendok, bola kecil atau pegangan pintu misalnya, dipakai sebagai upaya kita membiasakan anak memegang alat tulis saat menulis. Serta hal lain yang membuat jari anak terlatih dan terbiasa menggunakan semua jari-jarinya. Itulah sebabnya sekolah diJepang menganjurkan siswa untuk kembali menggunakan sumpit saat makan di sekolah.

Berikut ini adalah upaya yang bisa dilakukan sekolah dan orang tua dalam membiasakan anak agar bisa menulis halus dengan baik

1.    Hal yang perlu diperhatikan guru saat siswa menulis adantara lain postur , cara memegang pensil, dan posisi kertas.

2.    Hal yang harus terus dilatih adalah membuat pola huruf, melingkar, lurus, dan berputar dengan pensil pada kertas. Saat berlatih bisa juga menggunakan kata atau kalimat.

3.    Huruf yang harus mendapat perhatian adalah b, d, h, k, l, dan  t sementara saat menyambung huruf yang harus diperhitungkan adalah huruf g , j, y  dan f

4.    Peran guru dalam hal ini adalah memonitor dan mengobservasi, membetulkan dan menganalisa contoh yang siswa buat, perhatikan hal-hal yang penting demi peningkatan siswa dan diskusikan secara individual.

5.    Pembelajaran menulis halus bisa berlangsung dalam semua tingkatan. Sesuaikan waktu dengan jumlah jam belajar siswa.

6.    Tentukan kapan siswa boleh menggunakan pulpen

7.    Upayakan agar siswa menggunakan gaya yang mereka pelajari saat pelajaran menulis halus dalam setiap kesempatan pelajaran

8.    Bentuklah satu komite khusus di sekolah mengenai handwriting sebagai cara menentukan kebijakan menulis halus secara menyeluruh disekolah. Faedahnya adalah siswa akan lancar dalam menulis dengan demikian siswa akan bisa lebih berkonsentrasi pada materi yang diajarkan.

Iklan

Penulis: agusampurno

Mitra menuju sekolah efektif dan guru profesional

7 tanggapan untuk “Workshop Handwriting”

  1. Kuncinya adalah kebiasaa menulis yang benar, dan ini harus terus menerus dilatih di sekolah dan di rumah. harus ada komunikasi dengan orangtua yang anaknya mengalami kesulitan dalam menulis halus, karena kerap apa yang dilakukan di sekolah tidak dilanjutkan di rumah.

  2. Alhamdulillah
    Saya ada kawan mengajarkan menulis halus / tegak bersambung. Saat ini mungkin hal tersebut dianggap ketinggalan jaman/ilmu kedaluwarsa. Tetapi yang menjadi masalah adalah generasi penerusnya, sejak “almarhumnya” SPG (sekolah pendidikan guru) tdk kelihatan lagi “pabrik guru” yang membekali ilmu / ketrampilan itu.
    Agar lebih intensif masukkan pelajaran menulis tegak bersambung ke dalam jadwal pelajaran tambahan 1-2 jp di SD.

  3. halo pak agus…lama gak main nih…:)
    setuju pak soal pentingnya masa merangkak…
    dari beberapa kasus anak-anak berkebutuhan khusus dan LD, banyak yang melaporkan anaknya tidak melewati masa merangkak…
    sejatinya ini adalah ketrampilan awal yang kompleks – menyangkut persepsi visual-spasial, koordinasi gerak kaki tangan dan badan.

  4. selalu saja saya terkesima jiak bersilaturahim dengan bapak.
    sekarang saya sedang mencoba dunia di luar mengajar. tapi silaturahim kita tetap jalan terus kan pak!

  5. Anak ketiga saya mengalami disleksia ringan, setelah ditelusuri datanya saya ingat dia sudah berjalan mantap di usia 10 bulan . Waktu itu saya merasa fisiknya sangat kuat, tapi dibalik kelebihan tersebut ternyata psikolog menganalisa waktu merangkaknya kurang lama. IQ verbalnya 89 sedang IQ Performance tergolong superior. Dengan terapi Brain Gym dan Renang kecenderungan disleksia dan disfasianya semakin berkurang, dan itu akan tetap saya lakukan. Sekarang anak saya sudah kelas V SD, kesulitan belajarnya mulai terlihat dari TK.

    Dasar-dasar calistung adalah kompetensi yang benar-benar harus dimiliki dengan baik oleh murid kelas 1 – 3. Sehingga guru pada level tersebut memang harus mempunyai komitmen tinggi membidani dan membengkeli ketrampilan menulis tegak pisah, tegak sambung, kecepatan membaca dan ketrampilan berhitung. Sebenarnya panduan tulisan tegak pisah dan sambung sudah di SK kan menteri, tapi tidak sedikit yang mengabaikannya.

    Terima kasih atas sumbang saran nya Ibu, semoga menjadi tambahan pengalam dan pengetahuan bagi yang membaca

  6. Menarik sekali apa yang dituliskan oleh pak Agus. Saya jadi tahu bagaimana mendidik anak sendiri untuk menulis halus. Terima kasih pak.

    Sama-sama Pak Wijaya semoga berguna.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: