Sabtu malam tanggal 2 Agustus saya berdiskusi dengan asyik mengenai fenomena pemunculan calon presiden AS Barack Obama. Calon presiden Barrack Obama dikenal karena ajakannya kepada semua orang untuk berubah. Lihat saja semboyannya “Ï’M ASKING YOU TO BELIEVE. Not just in my ability to bring about real change in Washington … I’m asking you to believe in yours.” dan “Change We Can Believe In”. Namun diskusi ini menjadi lebih bermakna dikarenakan lawan diskusi yang beda dari biasanya, mereka adalah calon-calon pemimpin bangsa yang sekarang sedang masuk jajaran pengurus OSIS di SMAN 103 Jakarta Timur dan sedang menjalani Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK).
Bersama Pak Dedi Dwitagama, pengasuh blog ‘principal and trainer’ di sekolah yang sudah mendapat predikat ‘Anti Bullying’ ini saya mendapatkan kesempatan untuk berbagi , membuka wawasan, memberikan gambaran tantangan masa depan. Pada kesempatan pelatihan tersebut kami juga memberi motivasi kepada siswa-siswi yang hadir dalam pelatihan pengurus OSIS SMUN 103 Jakarta agar semakin mencintai organisasi dan mengambil manfaat dari kegiatan berorganisasi bagi pengembangan diri mereka di masa depan.
Pak Dedi Dwitagama seperti biasa hadir dengan ‘ramuan’pelatihannya yang tidak biasa. Beliau memulai pelatihan dengan mengajak peserta untuk bermain sambil melatih kerjasama. Setelah ice breaking usai saya tampil untuk berbagi mengenai hal-hal apa saja yang dibutuhkan untuk menjadikan organisasi siswa intra sekolah (OSIS) di SMAN 103 sebagai organisasai pembelajar. Organisasi pembelajar adalah sebuah sebutan baru bagi organisasi yang anggotanya didorong dan diberikan kesempatan untuk terus belajar dan memperluas kapasitas dirinya. Organisasi pembelajar dianggap berhasil bila siap menghadapi perubahan dengan mengelola perubahan itu sendiri.
Acara pelatihan yang berlangsung 2 jam menjadi terasa cepat dikarenakan peserta semuanya dituntut keaktifannya dalam mengemukakan pendapat dan tidak hanya mendengarkan ‘ceramah’ dari kami sebagai nara sumber. Dalam sebuah kesempatan peserta bahkan ditantang untuk ‘berbeda’ ketika diminta mengomentari pernyataan terbuka mengenai esensi kepemimpinan. Pernyataan seperti “Hanya orang yang berpengalaman yang bisa memimpin”, ditanggapai beragam oleh peserta yang hadir. Saya dan Pak Dedi membagi respon mereka dalam 3 golongan, ‘setuju’, ‘sangat setuju’ dan ‘tidak setuju’. Semua peserta dibebaskan untuk bersikap dan mengemukakan pendapat. Saat mengemukakan pendapat inilah kami merasakan ‘aura’ mereka sebagai calon pemimpin masa depan sudah terbentuk.
Kesempatan untuk ‘tandem’ (istilah Pak Dedi untuk memberikan pelatihan berdua) dengan Pak Dedi adalah kesempatan yang langka bagi saya, karena dengan demikian terbuka banyak sekali kesempatan bagi saya untuk belajar dari beliau bagaimana memfasilitasi sebuah pelatihan agar peserta aktif sambil tetap bisa mengambil manfaat dari topik yang dibawakan.
Akhirnya ucapan terima kasih kepada Seluruh civitas akademika SMAN 103 yang sudah menerima saya dan Pak Dedi Dwitagama dengan baik. Juga kepada Omen yang sibuk memastikan semua berjalan dengan baik.
Nice work Sir, Jumat besok ada undangan dari SMA Negeri 4 Jakarta di Cibubur … mau tandem lagi?
wah sip banget Pak Agus, emang anak2 muda yg lagi nyari idealisme itu perlu banget ditanemin idealisme kepemimpinan sejak awal, so, mereka punya dasar yang kuat tuk jadi leader dimanapun mereka ditempatkan nantinya. gue yakin pasti ada benih visi yang tertanam di hati mereka.
Wah bagus juga tuha, kapan-kapan guru besar dari Labschool diajak juga biar punya pengalaman, he…3x