Mari lakukan perubahan, ubah acara pengambilan rapor di sekolah anda dengan ‘Student Led Conference’

student-led-conference-di-sekolah.jpg

Sepanjang perjalanan saya sebagai pembelajar, masa-masa yang saya anggap sangat berat adalah saat ulangan, ujian dan pengambilan rapor. Serasa hari-hari tersebut menjadi ajang pembuktian diri untuk semua kerja keras yang sudah diupayakan. Saat tiba pengambilan rapor hati terasa harap-harap cemas menunggu vonis dari guru mengenai nilai serta ranking yang akan diberikan.

Bila dipikir-pikir berat sekali perjalanan kita dahulu saat belajar. Alih-alih belajar yang menyenangkan malah belajar yang membuat mental menjadi terus menerus was-was dan hanya berorientasi pada hasil bukan proses.

Berbicara mengenai pengambilan rapor ada sebuah cara untuk menjadikan saat pengambilan rapor menjadi saat yang baik untuk mengeratkan hubungan orang tua, guru dan siswa saat bersamaan. Ingat saat pengambilan rapor bukan pengadilan yang memutuskan hasil belajar anak dalam sehari tetapi selayaknya menjadi ajang orang tua dan guru menghargai apa yang anak sudah usahakan, bagaimanapun hasilnya.

Cara itu adalah mengubah acara pengambilan rapor menjadi ‘student lead conference’ (silahkan anda menuju ke blog Miss Unita yang juga membahas hal ini)

Layaknya sebuah perubahan tidak ada yang bisa dilakukan dalam semalam. Semuanya membutuhkan kerjasama agar berlangsung baik dan tidak menimbulkan tekanan baru pada pihak-pihak yang melaksanakannya dilapangan.

Student lead conference adalah diskusi mengenai hasil pekerjaan siswa dengan siswa sebagai pemegang kendali. Tentu saja tidak hanya siswa yang memegang peranan, namun dibutuhkan juga peranan administrasi sekolah, guru dan orang tua dalam mempersiapkan.

Dibawah ini adalah penjelasan mengenai peran semua pihak dalam menyukseskan Student led conference.

Peran guru.

1. Berperan sebagai fasilitator, pengamat dan menolong apabila ada hal yang memerlukan bantuan guru.

2. Menyusun jadwal (jadwal akan memerlukan koordinasi dengan guru lain atau administrasi bila ada siswa yang mempunyai adik atau kakak)

3. Mengatur lay out ruangan agar bisa terjadi interaksi yang aktif saat siswa menunjukkan pekerjaannya kepada orang tua.

4. Melatih siswa saat berbicara dalam memperkenalkan orang tuanya pada guru

5. Memotivasi dan memberikan tanggungjawab pada siswa untuk memegang kendali

6. Bersama siswa mempersiapkan bahan student lead conference yanitu daftar pekerjaan siswa yang sudah dipilih dan dinilai untuk menjadi bahan diskusi

7. Bersama siswa mempersiapkan display ruangan, tidak hanya hasil pekerjaan yang ada di folder, display pun bisa menjadi bahan diskusi yang menarik antara anak dengan orang tua.

Peran siswa

1. Bertanggung jawab terhadap pembelajarannya

2. Berlatih role play dalam memperkenalkan guru pada orang tuanya

3. Menyimpan dengan baik hasil karya portfolio

4. Mengisi form refleksi yang telah disediakan

5. Bertanya pada diri sendiri mengapa dan bagaimana sikap dan etos kerja mereka saat mengerjakan tugas yang menjadi portfolio untuk kemudian didiskusikean dengan orang tuanya

Peran orang tua

1. Menjadi partner, pendengar yang baik dan tidak menghakimi anak

2. Menghargai proses anak, bukan hasil

3. Memberikan dorongan atau pujian yang terarah

4. Memotivasi anak untuk semua hal yang telah dilakukannya

5. Membantu anak berrefleksi dengan kinerja nya dengan cara bertanya .

6. Mulai untuk membiasakan prinsip -prinsip dalam student lead conference ini dirumah .

7. Berempati dengan cara melihat sekolah dengan kaca mata anak

Iklan

Penulis: agusampurno

Mitra menuju sekolah efektif dan guru profesional

8 tanggapan untuk “Mari lakukan perubahan, ubah acara pengambilan rapor di sekolah anda dengan ‘Student Led Conference’”

  1. Wah…pembahasan pak agus sampurno memperkaya pemahaman saya…Matur nuwun pak, telah me link tulisan ini ke blog saya…:)

    Sama-sama Miss Unita, saya juga mendapat banyak pengetahuan baru lewat blog anda.

  2. Bagus sekali konsep ini jika bisa diterapkan di sekolah2 kita. Cuma resources kita sangat terbatas sekali kan… Makasih, dah bikin tautan.

    Terima kasih kembali pak Suhadi

  3. Memang sangat menarik, … karena kebetulan anak saya bersekolah di sekolah yang sudah menerapkan “SLC”. Anak-anak sangat bersemangat untuk menjelaskan apa yang dipelajarinya dalam theme yang diberikan. Orang tua juga bisa memberikan pertanyaan yang memancing pemikiran mereka.

    Semoga bisa menambah informasi.

    Halo Ibu Srie
    selamat ya, dengan demikian anda termasuk orang tua yang percaya akan proses dan bukan semata-mata hasil.

    salam hormat saya untuk semua komunitas di sekolah anda

  4. Andai konsep ini bisa diterapkan di semua sekolah di Indonesia, saya sebagai guru tentunya sangat berharap sekali. Namun meskipun sekolah tempat saya mengajar berstatus SBI, tampaknya agak sulit diterapkan. Masalahnya latar belakang ortu siswa dari tingkat pendidikan yang berbeda, stake holder di sekolah belum sepenuhnya mendukung setiap kemajuan di dunia pendidikan, dan siswa telah dimanjakan dengan pembatasan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Thanks.

    Terima kasih kembali Ibu Lina,
    Student led conference ini lebih kearah merayakan perjalanan siswa sebagai pembelajar. Memang banyak detail yang harus dipersiapkan, namun yang lebih penting adalah kemauan kita untuk berubah dan kemauan berorientasi pada siswa sebagai subyek.

    Salam kenal Ibu Lina

  5. sepakat saya dengan kita hrs menerapkan pendidikan berbasis prosews bukan hasil. gmb tangggapan bpk tentang TK2 di INdonesia yg menerapkan Calistung? gelisah pak sy dengan kenyatan ini, indonesia bakal memproduksi generasi instan, “pintar” sebelum waktunya. TK pdghl tempat utk bermain bukan utk menulis. menulis ya di SD. tp mereka melakukan ini katanya mmepersiapkanmasuk ke SD favorit krn tes masuknya Calistung.diapain neh pendidikan di Indonesia.
    salam kenal,
    http://dewisang.wordpress.com

    Memang kita tidak bisa menghindar dari hal-hal yang ternyata sudah terlanjur terjadi. Menurut saya yang diperlukan adalah membuat suasana pembelajaran calistung di TK menjadi menyenangkan dan tidak menjadi tambahan beban bagi siswa. Karena siswa kita akan sangat kesulitan apabila kita sebagai pengelola sekolah tidak membantu mereka dalam melewati tes masuk di sekolah dasar.
    Salam kenal kembali Bu Dewi.

  6. di global jaya ada tes masuk?apa aja tesnya?

    Ada juga bu Dewi, bahasa Inggris, bahasa Indonesia, Matematika dan perilaku.
    Adapun tujuan tes hanya untuk melihat sejauh mana kemampuan anak. Sebab bila ternyata ada hal-hal yang memerlukan tambahan atau dukungan untuk siswa ybs, tim student support services kami siap membantu.

  7. Saya ingin menanggapi tentang SLC nih. Maret biasanya menjadi akhir term 3, dan biasanya pula menjadi bulannya SLC. Betul tidak? Saya cuma mau menambahkan opini bahwa SLC bukan hanya membutuhkan peran siswa, ortu dan guru saja (sebagai satuan sebuah segitiga pendidikan) namun juga pemerintah. Why? karena sebetulnya dalam KTSP ataupun dulu KBK, sistem penilaian yang otentik yaitu yang melihat anak secara menyeluruh dan sebenar2nya, sudah tertuang dalam kurikulum pemerintah. Makna pembelajaran berbasis kepada siswa (student-centered), misalnya, ini kan jelas2 memberikan ruang kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan, keterampilan dan pemahaman mereka selama proses dan hasil pembelajaran berlangsung. Nah, adalah SLC yang sangat tepat berperan dalam mendukung pembelajaran berbasis kepada siswa plus filosofi penilaian otentik. Jadi, peran pemerintah dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang sebenarnya, dapat dimulai dengan cara sederhana dulu, yakni, memasukkan SLC ke dalam media (bentuk) penilaian secara ‘resmi’ supaya semua sekolah mengacu dan melaksanakannya. Sekali lagi peran siswa, guru, orang tua dan pemerintah harus seia sekata. Nantinya, dibutuhkan lagi peran masyarakat dalam mensosialisasikan bentuk SLC ini secara meluas dan alhasil mencerdaskan kehidupan bangsa dapat terwujud secara nyata (Amin). Bravo para pembelajar semuanya!!

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: