Saya mempunyai hak untuk bahagia dan di perlakukan
dengan baik di dalam kelas ini;
Ini berarti tidak ada seorang pun yang menertawakan saya,
tidak menghiraukan saya atau menyakiti perasaan saya.
Saya mempunyai hak untuk menjadi diri sendiri di dalam kelas ini,
ini berarti tidak seorang pun memperlakukan saya dengan tidak adil hanya karena saya;
Gemuk atau kurus
Cepat atau lambat
Laki-laki atau perempuan.
Saya mempunyai hak untuk merasa aman di kelas ini ;
Ini berarti tidak ada seorang pun akan;
Menendang saya, memukul saya
Mendorong saya dengan kasar.
Saya mempunyai hak untuk mendengar dan didengar;
Ini berarti tidak ada seorang pun yang akan;
Berteriak pada saya.
membentak saya
semua pendapat dan keinginan saya akan dipertimbangkan dalam setiap kesepakatan
yang dibuat di dalam kelas ini
Saya mempunyai hak untuk belajar mengenali diri sendiri di kelas ini;
Ini berarti saya akan;
Bebas menyarakan ekspresi perasaan,
pendapat saya tanpa takut di hukum .
Silahkan mendownload pernyataan diatas untuk keperluan kelas anda disini.
image saya dapatkan dari situs kabupaten Blitar
Kita sebagai guru harus selalu mengingatkan siswa mengenai aturan di kelas. Untuk itu, ‘hukuman’ pun harus diterapkan agar aturan tetap berjalan. Kerap kali, karena sibuk dengan materi, kita lupa mengingatkan siswa. Bahkan cara kita mengingatkan pun terkesan kurang serius di mata siswa sehingga mereka sering mengabaikan, padahal kita benar-benar ingin siswa kita saling menghormati, merasa aman, tenang dalam belajar, kreatif, dan sebagainya. Oleh karena itu, kuncinya adalah konsistensi. Anak-anak sangat cerdik dalam hal menilai perilaku guru, mereka paham kapan bisa ribut, kapan bisa diam, tapi bukan pada tempatnya. Yang mereka lihat bukan aturan atau waktu, tapi ‘kelengahan’ guru dalam bersikap. Maka dari itu, Guru harus sering memuji kerja dan perilaku siswa yang baik, seperti juga harus bisa mendisiplinkan siswa jika melakukan hal tidak baik atau melanggar aturan. Di sinilah pembelajaran akan mendatangkan pemahaman, keamanan, dan kenyamanan.
Pak Eka, mungkin istilah hukuman bisa kita rubah menjadi konsekuensi ya
saya setuju pak mari kita konsen sama perilaku baik dari siswa kita saja, sambil membenahi yang kurang.
Thanks for comment.
Saya mempunyai …. 😀 apa ya??? cuma niat berbuat yg terbaik aja … nice posting
Niat untuk berbuat yang terbaik? justru itu induk dari segala niat..
thanks sudah mampir A..
Anak-anak saya tentu senang sekali jika membaca tulisan di atas. Selama ini yang saya lakukan hanyalah mengingatkan secara verbal. Yang sepertinya tidak pernah hinggap di telinga mereka. Ini akan saya tempel di kelas dengan tulisan besar-besar, biar Fouwi, Anti, Ikhwani dan Robi lebih percaya diri untuk berekspresi di kelas. Bolehkan pak ?
silahkan Unie, ini link nya
http://www.box.net/shared/hsv2aq5gk0
salam buat Fouwi, Anti, Ikhwani dan Robi ya..
Terima kasih pak saya dapat banyak ilmu dari situs ini
terima kasih juga pak Wijaya,
Ijinkan saya untuk link situs milik anda ya..
Yang jadi masalah dalam mendisiplinkan kelas adalah persepsi guru tentang disiplin dan keistiqomahan guru dalam menjalankan aturannya, alias tidak konsisten
Padahal konsistensi itu modal utama loh..dalam menjadikan kita aktor yang baik saat dikelas..
Salam kenal Mas Amun..
ya betul sekali,…kita harus bisa merasakan bagaimana seandainya kita yang jadi siswanya…
Terima kasih Pak Saiful atas komentarnya.
pak cara menangani siswa satu kelas yang nakal semua tapi tidak pakai kekerasan bagaimana ya pak, dan kalau terpaksa menghukum dihukum apa yang tidak merugikan siswa dan guru? kalau ada siswa memukul teman di kelas sebaiknya diapakan ya?
Buat kesepakatan dan konsekuensi positip dan negatif di awal tahun ajaran, jika ada yang melanggar tinggal jalankan saja apa yang sudah menjadi konsekuensi.