Saat mengambil rapor, saatnya mengoptimalkan kerja tim antara orang tua, siswa dan guru

Pagi ini saya mengambil rapor sekolah putri saya. Sebuah momentum yang baik, ini kali pertama saya mengambil rapor. Dari saat pertama putri saya masuk sekolah, mengantarnya ke pintu gerbang sekolah nya yang baru pun tidak bisa saya lakukan, maklum sekolah saya juga masuk di hari pertama. Tapi di tahun ajaran ini kalender akademis kami berbeda, dengan demikian saya berkesempatan merasakan saat bahagia sebagai ayah, merayakan perjalanan putri saya sebagai pembelajar.

Saya menghabiskan waktu 15 menit berdiskusi dengan ibu guru kelas putri saya. Sebagai orang tua siswa saya berusaha membuat suasana saling percaya saat melakukan diskusi. Saya salut dan hormat karena ibu guru putri saya, sendirian dan bekerja keras menangani 38 orang anak di dalam kelasnya. Bayangkan 38 anak dengan tipe kecerdasan dan gaya belajar yang berbeda-beda.

Sebagai guru dan orang tua murid saat bersamaan saya jadi dengan mudah melihat proses diskusi pengambilan rapor ini. Peter Senge dalam buku nya A Fifth Discipline ‘Schools That Learn’ memberikan petunjuk apabila kita berperan sebagai guru yang sedang menghadapi orang tua siswa dalam pengambilan rapor.

Sebagai guru;

  • Dengar kan orang tua siswa dengan seksama, diam dan tidak memotong, perhatikan saja hal apa saja yang menjadi perhatian orang tua.
  • Perhatikan bahasa tubuh anda saat berbicara dengan orang tua siswa, rileks saja, usahakan bersikap konsisten dengan bahasa verbal anda.
  • Jujur mengenai sisi kuat dan sisi lemah siswa
  • Jangan membuat penghakiman mengenai latar belakang siswa atau perilaku siswa di kelas (misalnya; anak anda di kelas selalu mencari perhatian, pasti di rumah sebagai orang tua anak anda kurang mendapat perhatian)
  • Bicarakan rencana anda sebagai guru mengenai peningkatan kinerja siswa dalam segala bidang kepada siswa dan orang tua
  • Bersikap pengertian dalam perkembangan akademis apabila siswa terbukti mengalami hal-hal yang kompleks dalam hidupnya (masalah keluarga misalnya)
  • Gunakan saat pengambilan rapor sebagai saat membangun kerjasama tim antara anda sebagai guru dengan orang tua dan siswa.
  • Jangan menggunakan kata “ya..tapi” dikarenakan pernyataan tersebut membuat kelimat-kalimat yang anda ucapkan sebelumnya menjadi tidak valid.
  • Jangan mengkritisi, hindari penggunaan kata “benar”, “salah”,”pintar”, dan “bodoh”.

Akhirnya rasa kagum dan hormat saya untuk Ibu guru Della yang sudah bersama putri saya Aini, selama satu semester ini. Walau dengan cara yang sederhana beliau sudah menerapkan prinsip-prinsip diatas. Doa saya sekeluarga untuk anda, semoga dilancarkan semuanya dalam segala hal, amin.

Iklan

Penulis: agusampurno

Mitra menuju sekolah efektif dan guru profesional

6 tanggapan untuk “Saat mengambil rapor, saatnya mengoptimalkan kerja tim antara orang tua, siswa dan guru”

  1. Yang biasa bikin bingung Pak guru, jika orang tua mengadu ke guru saat ambil rapor tentang kelakuan anak di rumah yang susah diatur. Misalnya, orang tua ngadu anaknya kagak mau minum obat padahal dia sakit, orang tua mengadu anaknya selalu bawa motor , dll. Lho… bukankah yang ngawasin di rumah ortu sendiri

    Thanks Pak
    Sharing nya..

  2. sebenarnya tidak salah juga kalau orang tua menceritakan kelakuan anak di rumah…cuman memang sebaiknya yang diceritakan bukan yang negatif saja, sehingga kesannya mengadu ke guru. Orang tua yang baik akan menceritakan hal yang negatif dan positif. Buat guru, hal ini akan menjadi referensi tentang keunikan siswa yang bersangkutan.
    Pengalaman saya sih ketika pembagian raport, apa yang disampaikan orang tua memang macam-macam…kadang tentang prestasi, kekecewaan, kelakuan anak di rumah, bahkan sampai masalah pribadi keluarga yang dianggap mempengaruhi belajar anak.
    Apapun itu saya setuju dengan pak agus, pembagian rapot seharusnya memang menjadi ajang komunikasi guru dan orang tua…maaf ya pak, commentnya kepanjangan…saya semangat sih baca artikel2 bapak…tetap bersemangat!!

    setuju, Miss Unita pernah dengar istilah Student Led Conference?

  3. Student Led Conference? saya belum pernah denger…

    Tolong dibuatkan tulisannya dong, pak….saya tunggu lho…thanks…

    ok segera dibuatkan mudah-mudahan berguna

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: