Pelatihan guru yang memberi inspirasi. (Workshop guru Sekolah Al Izzah Taman Adyasa Tangerang)

alizzahbackdrop.jpg

Hari Sabtu tanggal 25 Agustus 2007, saya bersama Pak Dedi, melakukan pelatihan guru di Sekolah dasar Al Izzah Taman Adyasa Tangerang. Kami melakukannya berdua. Pelatihan yang berlangsung setelah makan siang itu berjalan dengan lancar dan menarik sekali. Ini kali pertama saya melakukan presentasi dengan kakak saya dalam satu sesi presentasi. Saya tampil dengan topik pengelolaan kelas, beliau tampil dengan topik bagaimana menjadi guru yang profesional. Sengaja kami pilih topik yang saling mendukung tersebut dikarenakan untuk membuka pola pikir guru agar mau berubah dibutuhkan stimulasi yang tepat. Setelah antusiasme guru dibangkitkan maka harapan agar mereka berubah sampai kepada hal yang bersifat teknis jadi lebih mudah.

Dalam pembahasan mengenai guru yang profesional, oleh Pak Dedi guru dibangkitkan rasa percaya dirinya dalam memandang profesi serta diberi motivasi agar bisa melalui tantangan keseharian sebagai manajer di kelas. Sebagai manajer di kelas, guru tidak hanya harus mendidik siswa, tetapi saat yang sama mempunyai kewenangan serta otoritas yang tinggi dalam berhadapan dengan komunitas sekolah. Hal inilah yang terkadang tidak dimanfaatkan dengan baik oleh guru.

Dalam menghadapi orang tua di Taman kanak-kanak yang memaksa agar sekolah mengajarkan baca tulis hitung, guru biasanya tidak punya pilihan selain menuruti apa yang menjadi tekanan oleh orang tua murid. Contoh lain saat guru menghadapi ujian nasional yang bertentangan dengan prinsip pendidikan. Pak Dedi menyarankan agar sekolah melakukan kompromi, dalam pengertian sekolah dengan penuh daya dan upaya melakukan semua hal yang betul-betul berpusat pada siswa selama mereka ada di kelas 1 sampai 5, untuk kemudian dikelas 6 mengajak siswa berlatih keras menghadapi soal ujian. Melakukan kompromi sangat penting agar guru dan manajemen sekolah tidak mengalami kesulitan dengan dinas pendidikan setempat.

al izzah

Dalam topik pengelolaan kelas, saya mengajak semua guru yang hadir membayangkan bahwa kelas yang mereka bawahi sebagai sebuah miniatur komunitas. Ada pengendali kebijakan, ada warga dan ada juga konsensus yang disepakati bersama. Saat membentuk konsensus atau essential agreement semua siswa dilibatkan. Dengan demikian tidak mengundang celah siswa untuk menawar atau mendebat saat dirinya dikenai konsekuensi. konsekuensi bukan hukuman dan bukan dilterapkan untuk mempermalukan siswa tapi untuk menyadarkannya serta memberi penghargaan saat siswa berbuat yang terbaik. Berbeda dengan hukuman, konsekuensi memberikan peluang bagi guru untuk berfokus tidak hanya pada perilaku anak yang negatif tetapi juga pada perilaku anak yang positip. Fokus pada hal yang positip pada perilaku anak adalah sebuah hal yang sering luput dari perhatian para pendidik. Dalam dunia pendidikan dasar penghargaan terus menerus pada perilaku anak yang baik akan membuat anak menjadi bisa melewati halangan emosional (rasa percaya diri, kemandirian dan lain-lain) sehingga siap menjadi pembelajar yang bertanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri.

Pelatihan ini ditutup dengan refleksi dari peserta, salah satu peserta Ibu Emmy , mengatakan bahwa dirinya merasa terinspirasi dengan pelatihan ini. Hal demikian cocok sekali dengan apa yang Pak Dedi katakan bahwa guru yang baik bukan hanya bisa mengajar dan memberi contoh tetapi juga memberi inspirasi.

Penulis: agusampurno

Mitra menuju sekolah efektif dan guru profesional

12 tanggapan untuk “Pelatihan guru yang memberi inspirasi. (Workshop guru Sekolah Al Izzah Taman Adyasa Tangerang)”

  1. Salam pendidikan!

    Salut atas usaha Anda membagi ilmu kepada sesama guru. Mudah-mudahan bisa diikuti oleh rekan yang lain.

    Bung, mohon share kalau ada ilmu baru, pelatihan, lomba, dan info pendidikan lainnya.

    Wah ada rekan dari Sorowako nih, salam kenal pak Sultan. Lewat blog ini saya akan coba share hal-hal yang praktis, supaya langsung bisa digunakan didalam kelas.

    1. Saya mau share soal Multiple Intelligences, Kecenderungan kecerdasan anak, yang pasti dan selalu dimiliki oleh setiap anak. Hanya saja kecerdasan tersebut sering kali diacuhkan oleh para orang tua atau guru. Sering kali bakat atau kecerdasan seorang anak dikekang, seperti misalnya: seorang anak pandai bermain alat musik, itu berarti dia cerdas di bidang musik, tapi malah dijauhkan dari musik. Pendidikan umum memang wajib, tapi pasti akan lebih asyik jika pendidikan umum tersebut dikemas dengan musikalitas, sehingga anak yang cerdas musik tersebut bisa menyerap dengan optimal akan pendidikan umum yang telah diajarkan. Jadi, paradigma anak bodoh itu akan terhapus. Bahkan Albert Einstein pun baru bisa membaca pada bangku kelas 4 SD. Nah, tunggu apa lagi ” Kita Gali Kecenderungan Kecerdasan Setiap Anak lalu kita Bangkitkan”, di Indonesia dan seluruh dunia pun tidak akan pernah kita jumpai lagi anak bodoh.

      1. Pak Widodo terima kasih komentarnya, masih banyak memang guru yang memang memandang yg layak dikembangkan hanyalah kecerdasan yg ada hubungannya dengan calistung, atau membaca menulis dan berhitung.

  2. selamat atas pelatihannya, Pak Agus dan Pak Dedi.
    Saya setuju sekali dg manajemen partisipasi yg dibangun dg melibatkan opini siswa.
    Maju terus, Pak 😀

    Thanks mbak Murni,

    Sekolah saya mulai menerapkan manajemen pertisipasi siswa bukan hanya pada saat pembentukan peraturan kelas, tapi juga pada saat memutuskan perihal lain dalam penyelenggaraan sekolah.
    Soal menu kantin misalnya, atau peraturan bermain saat di tempat bermain.
    Melalui student council bentukan sekolah, perwakilan siswa dari kelas 1 sampai kelas 6, memberikan ‘suaranya’ tentang hal apa saja yang menjadi ganjalan mereka. (he2x seperti DPR saja layaknya)

  3. Assalamu’alaikum Wr.Wb.

    Pa Dedi, Pa Agus ..Selamat atas pelatihannya.
    Alhamdulillah, sekolah saya juga melakukan apa yang sudah bapak2 latih di al Izzah. Pa saya mo tanya, Bapak ada paket pelatihan untuk guru SMP? Pelatihannya tentang Bagaimana Menjadi Guru Efektif? Isinya: Mengajar efektif untuk tingkat SMP dengan karakter anak yang multy ragam, perilaku dan kemampuan. dan guru profesional.Mohon informasinya Pa, Trima kasih.

    waalaikum salam pak Stiadi,
    Kebetulan saya baru aja menjadi peserta pelatihan materi tersebut.
    hubungi saya via japri saja untuk mengetahui lebih lanjut.
    di
    a.sampurno at gmail dot com

  4. asw.
    salam kenal pak, saya dewi..

    masih mahasiswa, jurusan pendidikan kimia 2006.

    membaca tulisan ini saya tertarik ingin mengetahuinya lebih banyak, kebetulan saya sedang aktif dalam pengembangan TKIT buah hati di Condet..

    mohon berbagi pengalamannya, insyaAllah dalam waktu dekat kami akan mengadakan pelatihan guru2 TKIT,,, mohon masukannya…

    tema yang kami angkat adalah
    “become creative and comunicative teacher”

    apa saja yang kita butuhkan pelatihan ini sesuai harapan… (^_^)

    terimakasih atas pertisipasi aktifnya…
    wsw

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: